Bicara soal kopi, ingatanku melayang pada 15 tahun lalu silam.
Dulu, sebagai seorang gadis cilik yang ku tahu dari kopi hanyalah kopi hitam dan ampasnya. Setiap pagi Ibu selalu membuatkan kopi hitam untuk bapak. Katanya kalau menghirup aroma kopi dan minum kopi itu bisa seger, kerja juga semangat. Dan kakak perempuanku yang bertugas mencuci piring dan gelas, termasuk gelas bekas kopi Bapak.
"Dhek sini pengen tangannya halus gak?"
Aku pun bergegas menuju kakak perempuanku. Lalu ia mengambil ampas kopi dan mengoleskan pada telapak tangan ku. Hal itu kami lakukan setiap sore hari setelah kakak perempuanku mencuci piring di dapur.
Menginjak sekolah menengah pertama Bapak menyekolahkanku di Rembang dan kakak perempuanku juga melanjutkan kuliah di Yogyakarta. Kami pun berpisah dan Kebiasaan kami mengoleskan ampas kopi pada tangan pun terputus begitu saja.
Kadang kala saya rindu sekali mengoleskan ampas kopi pada tangan, karena percaya atau tidak ampas kopi tersebut membuat tangan kami lebih halus dan bersih. Kerinduan itu, membuatku ingin mencari kedai kopi untuk membeli kopi. Kopinya diminum dan ampasnya buat dioleskan ke tangan.
Aaaaah... Aku pun menyusuri pinggir pantai pantura sambil menghirup udara pantai berharap menemukan warung kopi. Ternyata tidak sulit, akupun langsung menemukanya. Kupesan dua cangkir kopi panas untuk aku dan temanku. (Ya, aku sudah doyan kopi dari SMP, banyaknya kegiatan sekolah dan tugas membuatku kenal dengan kopi di saat-saat darurat). Menunggu kopi matang, Eitss ada sesuatu unik yang ku temukan di warung kopi ini. Sedang apakah para lelaki itu ? Haaaa sedang serius melukis di batang rokok!
Wow, ternyata kelezatan kopi tak hanya ada pada kopi yang kental dan berwarna hitam serta khasiatnya itu. Tapi juga ampas kopi. Jika aku menggunakan ampasnya untuk memperhalus kulit tangan, para pria di warung kopi ini justru asyik melukis di batang rokok bertintakan ampas rokok.
Ya, itulah kali pertama aku mengetahui tentang kesenian Kopi Lelet.
[caption id="attachment_416704" align="aligncenter" width="300" caption="Ilustrasi Gambar : www.minumkopi.com"][/caption]
Kopi lelet itu....
Ternyata Kopi khas Lasem kabupaten Rembang. Kopi lelet tak lepas dari kegiatan ngelelet. Ngelelet berasal dari bahasa jawa yautu lelet. Ngelelet itu membatik, menggambar di batang rokok dan tintanya adalah ampas kopi lelet. Kopi lelet punya ciri khas rasa kopi pedesaan, warnanya pekat dan pahitnya nikmat menempel lama di lidah. Bukan lelet lola atau lama lho ya...
Banyak seni yang kita dapatkan dari secangkir kopi lelet. Mulai dari seni meracik kopi lelet yang detil, seni menikmatinya yang unik, seni perekat budayanya hingga asal asul kopi ini juga terinspirasi dari para seniman batik lasem.
Seni Meracik Kopi Lelet
Jika biasanya kita membuat kopi dengan menyeduhkan air panas atau hangat ke dalam gelas berisi bubuk kopi, berbeda dengan kopi lelet. Ia jauh lebih spesial peracikannya.
Ke khas an kopi asal lasem ini terletak pada cara pembuatannya. Kopi lelet biasanya di tumbuk sendiri oleh pembuat kopi lalu diracik dengan ramuan yang pas. Proses pembuatannya pun tak sembarangan. Air yang akan digunakan untuk memasak kopi lelet dimasak terlebih dahulu menggunakan pembakaran kayu.
[caption id="attachment_416709" align="aligncenter" width="300" caption="Ilustrasi Gambar: catatanperjalananmama.blogspot.com"]
You know? Api Dari pembakaran kayu ini ternyata mampu memberikan cita rasa sedap tersendiri bagi kopi lelet. Setelah air mendidih, siapkan kopi dan gula di panci lalu tuangkan air panas tadi. Eitss ini belum bisa diminum, kopi masih harus dimasak lagi sampai benar benar mendidih.
Baru setelah mendidih kopi lelet siap untuk dituang pada cangkir kopi lengkap dengan lepeknya (piring kecil alad cangkir). Maka lahirlah sebuah kopi spesial dengan buliran kopi yang sangat halus dengan cita rasa yang sangat kuat. Itulah yang membuat kopi lelet begitu spesial dan berbeda dengan kopi kopi pada umumnya.
Seni Menikmati Kopi Lelet
Kopi lelet di dalam cangkir lengkap dengan lepeknya dalam keadaan panas sungguh menggoda. Aroma yang keluar bersamaan dengan uap panas yang keluar dari cangkir kopi tersebut membuat siapa saja pecinta kopi memejamkan mata sejenak menikmati aromanya.
Segera tuang kopi ke lepek (piring kecil alas cangkir) sebelum kopi dingin lalu sruput dalam keadaan panas atau hangat. Rata rata pecinta kopi saking menikmati kopi ini saat meminumnya hingga terdengar suara "sruuutttttttt helekss aaaahhhh" kalau di kota mungkin suara itu terdengar menjijikkan dan terlihat tak beretika karena minum bersuara. Tapi di lasem inilah salah satu seni menikmati kopi lelet.
Seni menikmati kopi lelet tak berhenti disitu saja. Inti dari seni kopi lelet justru ada pada kegiatan meleletkan ampas kopi ini ke sebuah batang rokok. Perokok dan pecinta kopi lelet ini nampaknya adalah sebuah jodoh yang tak terpisahkan.
[caption id="attachment_416715" align="aligncenter" width="401" caption="Ilustrasi Gambar: abielz.blogspot.com"]
Setelah menyeruput habis kopinya, biasanya perokok ini menuang ampas kopi ke lepek, membersihkan sisa sisa air kopinya dengan menempelkan sehelai atau dua helai tisuu diatas ampas. Lalu mereka menambahkan susu kental manis sedikit. Katanya supaya lebih kuat nempel nantinya.
Jika adonan ampas kopi dan susu sudah jadi kemudian pecinta kopi lelet ini meleletkan atau mengoleskan ampas kopi pada batang rokok. Dalam kegiatan mengoleskan ini lahirlah karya-karya seni lukis indah dalam kopi lelet.
Rokok yang telah diolesi ampas kopi lelet menjadi lebih nikmat. Jika rokok biasanya beraroma tembakau cengkih dan khas rokok lainnya, dengan meleletkan ampas kopi pada batang rokok hingga meresap, maka rokok menjadi semakin membuat pengisapnya tergila-gila dengan kenikmatan kopi lelet.
Dan seperti inilah hasil kesenian dari ampas kopi lelet.
[caption id="attachment_417419" align="aligncenter" width="300" caption="Ilustrasi Gambar: rembangknti.blogspot.com"]
Seni Perekat Antar Golongan
Kopi lelet, tak sekedar kopi nikmat yang bisa melahirkan karya seni lukis pada batang rokok hingga menambah kenikmatan rokok itu sendiri. Namun kopi lelet juga telah mampu menghapus sekat antar golongan di daerah Lasem.
Karena ternyata para penjual kopi lelet tak hanya orang asli pribumi lasem tapi juga ada penjual kopi lelet keturunan Thionghoa. Salah satunya jika berkunjung ke daerah pecinan Lasem tepatnya di Desa Karangturi banyak penjual kopi lelet keturunan Thionghoa.
Bahkan kopi lelet menjadi perekat antar golongan masyarakat jawa Lasem dan thionghoa. Karena di warung kopi lelet inilah, orang-orang jawa dan thionghoa bisa berinteraksi, bertukar informasi dan berdiskusi sehingga tercipta kerukunan antar golongan dari generasi ke generasi.
Karena kopi lelet meski rasa dan seninya eksklusif tapi kopi lelet bukanlah kopi yang hanya bisa dinikmati golongan tertentu. Kopi lelet kopi rakyat rasa raja.
Asal Muasal Kopi Lelet
Kota Lasem juga memiliki batik yang setara tidak kalah dengan batik batik solo dan jogja. Kebiasaan warga lasem yang suka membatik ternyata telah mendarah daging hingga membatik tak cukup di media kain. Batang rökok pun bisa menjadi media berkreasi batik menggunakan tinta yang berasal dari kopi lelet.
Begitulah aku menemukan bahwa ada banyak seni di dalam secangkir kopi lelet di kawasan Lasem Rembang. Dengan angin sepoi-sepoi khas pantura. Kursi kayu panjang yang berada di warung kopi lelet menjadi saksi bisu para penikmat seni kopi lelet.
Aku rasa ropi adalah salah satu keragaman Indonesia. Setiap daerah punya seni masing-masing dalam menikmati kopi. Tiga tahun studi di kota Rembang, itulah yang ku tau tentang seni di balik ampas Kopi lelet khas Lasem Rembang.
Punya cerita tentang kopi? yuk share cerita di balik secangkir kopi yang pernah kamu tau di Cerita di Balik Kopi Blog Competition Nescafe dan Kompasiana. Siapa tau kamu berkesempatan untuk ikut jalan-jalan menyelami dunia pembuatan kopi di pabrik kopi Nescafe di Lampung.
Salam ngopi Indonesia :)
From Farichatul Jannah
This is my
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H