Mohon tunggu...
Fariastuti Djafar
Fariastuti Djafar Mohon Tunggu... Dosen - Pembelajar

Pembelajar sepanjang hayat, Email:tutidjafar@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Melirik Potensi Wisata Lomba Dayung Perahu Naga dan Bidar

14 Mei 2017   13:26 Diperbarui: 14 Mei 2017   21:14 2973
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Miniatur Tugu Khatulistiwa di Taman Alun Kapuas. Sumber: Koleksi Pribadi

Bidar/Sampan. Sumber: Dr. Rini Sulistyawati, Wakil Rektor 2 Untan.
Bidar/Sampan. Sumber: Dr. Rini Sulistyawati, Wakil Rektor 2 Untan.

Perahu Naga. Sumber: Koleksi Pribadi
Perahu Naga. Sumber: Koleksi Pribadi

Festival perahu naga di Tiongkok sudah berumur lebih dari 2000 tahun dan dilaksanakan setiap tanggal 5 bulan 5 kalender Lunar.  Lomba perahu naga pertama kali dilaksanakan di Yueyang Tiongkok pada 1995. Lomba perahu naga tidak hanya diselenggarakan di negara asalnya tetapi juga di negara baik  yang banyak dihuni penduduk keturunan Tionghoa maupun yang tidak seperti Eropa. 

Beberapa organisasi perahu naga pada tingkat internasional adalah International Dragon Boat Federation (IDBF), ASEAN Dragon Boat Federation (ADBF) dan European Dragon Boat Federation (EDBF) (Sejarah Perahu Naga, Sejarah Perahu Naga). Pada beberapa negara seperti Singapura, lomba perahu naga sudah menjadi obyek wisata dunia dan menarik banyak wisatawan asing (Perahu Naga Di Singapura). 

Tradisi perahu naga di Tiongkok dilakukan untuk mengenang Qu Yuan (340-278 SM). Qu Yan adalah seorang menteri yang jujur dan setia pada jaman Kerajaan Chu, yang dipecat karena intrik politik. Beliau  kemudian menjadi penyair yang terkenal di Tiongkok. Kerajaan Chu akhirnya kalah perang akibat perilaku pejabat lainnya. Sebagai bentuk protes, Qu Yan akhirnya bunuh diri dengan terjun ke sungai Miluo di Provinsi Hunan (Sejarah Perahu Naga, Sejarah Perahu Naga ).

Rakyat yang sangat mencintai mantan menteri tersebut mencari jasadnya dengan menggunakan perahu. Agar jasad Qu Yan tidak dimakan ikan, genderang pun dibunyikan dan nasi ketan berbentuk segitiga yang dibungkus daun pandan yang dikenal dengan   bak cang dilempar ke sungai. Dalam perkembangan selanjutnya, perahu naga digunakan untuk mengalahkan naga di sungai dan berkembang menjadi olahraga pada jaman dinasti Han ((Sejarah Perahu Naga, Sejarah Perahu Naga ).

Penduduk keturunan Tionghoa yang banyak di Kalimantan Barat, demikian juga sungai, tepat untuk mengembangkan lomba perahu naga di Pontianak. Sampai saat ini, lomba perahu naga dan bidar masih bersifat lokal. Peserta tidak hanya berasal dari Kota Pontianak tetapi juga daerah lainnya di Kalimantan Barat seperti Kabupaten Sambas, Landak dan Kubu Raya. 

Regu Kabupaten Sambas bersiap menuju perahu. Sumber: Koleksi Pribadi
Regu Kabupaten Sambas bersiap menuju perahu. Sumber: Koleksi Pribadi
Regu Kabupaten Sambas sedang beristirahat. Sumber: Koleksi Pribadi
Regu Kabupaten Sambas sedang beristirahat. Sumber: Koleksi Pribadi

Regu Kabupaten Landak bersiap menuju perahu. Sumber: Koleksi Pribadi
Regu Kabupaten Landak bersiap menuju perahu. Sumber: Koleksi Pribadi
Regu dayung menuju tempat istirahat setelah menyelesaikan lomba. Sumber: Koleksi Pribadi
Regu dayung menuju tempat istirahat setelah menyelesaikan lomba. Sumber: Koleksi Pribadi

Walau sudah lima kali dilaksanakan sejak 2012, lomba dayung masih kurang juga gaungnya.  Pada peresmian lomba dayung 13 Mei 2017 Walikota Kota Pontianak, Sutarmidji menyatakan akan menjadikan lomba tersebut sebagai agenda wisata nasional. Jumlah peserta tahun ini cukup banyak yaitu 48 regu.  Terdapat 4 kategori lomba yaitu Sampan Bidar 8 pendayung (20 regu), Perahu Naga dengan 22 anggota (11 regu) dan 12 anggota (14 regu) yang masing-masing terdiri dari satu penabuh genderang dan satu penunjuk arah sedangkan lainnya adalah pendayung serta Perahu Naga dengan 22 anggota untuk Ekbisi yang diikuti 3 regu.  Jarak yang ditempuh oleh peserta lomba dari 500 sampai dengan 1.000 meter (Sumber: Panitia Pelaksana Dragon Boat and Bidar Race Untan). 

Rektor Untan, Prof. Dr. Thamrin Usman (Gambar Kiri) dan Walikota Pontianak Sutarmidji (Gambar Kanan), dalam acara pembukaan Dragon Boat and Bidar Race 2017. Sumber: Dr. Rini Sulistyawati, Wakil Rektor 2 Untan.
Rektor Untan, Prof. Dr. Thamrin Usman (Gambar Kiri) dan Walikota Pontianak Sutarmidji (Gambar Kanan), dalam acara pembukaan Dragon Boat and Bidar Race 2017. Sumber: Dr. Rini Sulistyawati, Wakil Rektor 2 Untan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun