Mohon tunggu...
Fariastuti Djafar
Fariastuti Djafar Mohon Tunggu... Dosen - Pembelajar

Pembelajar sepanjang hayat, Email:tutidjafar@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Mengenang Sekolah "Penjara” Favorit Orangtua di Kota Singkawang

3 Juli 2016   16:56 Diperbarui: 18 Juli 2016   13:57 3173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Para siswi bermain bola voli di pekarangan sekolah dalam mata pelajaran Olahraga pada tahun 1970an. Sumber: Ibu Guru Sri Hartini

Berbagai bentuk hukuman, yang menurut kategori sekarang mungkin bisa dianggap melanggar hak azasi manusia, telah disyukuri karena telah menyumbang dalam menjadikan mereka antara lain berpenampilan rapi, disiplin, tangguh dalam mengarungi kehidupan dan sukses dalam karir dan kegiatan masing-masing. 

Namun dari hasil perbincangan dengan beberapa alumni, mereka tidak yakin sebagai orangtua, dan anak-anak mereka, mau melalui cara penegakan disiplin seperti yang pernah mereka alami. Zaman memang telah berubah. 

Siswa SMPN 3 sekarang. Sumber: Panitia Reuni Emas 2016
Siswa SMPN 3 sekarang. Sumber: Panitia Reuni Emas 2016
Tugas guru relatif akan semakin sulit sementara sebagian guru mungkin belum sepenuhnya berjiwa guru. Peluang pekerjaan untuk menjadi guru jauh lebih banyak dibandingkan peluang pekerjaan lainnya,  apalagi di daerah di mana perkembangan industri sangat lambat dibandingkan di kota-kota besar di Jawa. 

Orang yang semula tak berminat menjadi guru pun akhirnya menjadi guru. Ada yang berhasil mencintai pekerjaannya, namun ada yang lebih mengharapkan penghasilannya saja.

Beberapa guru dan alumni, SMPN 3. Sumber: https://www.facebook.com/photo.php?fbid=1808593322697648&set=o.279893722216518&type=3&theater
Beberapa guru dan alumni, SMPN 3. Sumber: https://www.facebook.com/photo.php?fbid=1808593322697648&set=o.279893722216518&type=3&theater
Guru era 1970an dalam suatu acara. Sumber: Ibu Guru Nasiah
Guru era 1970an dalam suatu acara. Sumber: Ibu Guru Nasiah
Belum lagi institusi pengelola guru yang menuntut sekolah untuk berprestasi dengan standar yang telah ditentukan. Sebagian orangtua juga semakin sibuk. Mereka seakan menyerahkan sepenuhnya tugas mendidik anak kepada guru. 

Namun pada sisi lain, sebagian orangtua membuat anak kurang mandiri dan cengeng yang justru kurang membantu guru dalam mendidik siswa. Siswa yang bermasalah, apapun masalahnya, sesungguhnya sangat memerlukan kehadiran guru.   

Hanya guru yang berdedikasi dan berintegritas yang mampu melalui masa sulit ini. Mereka akan mampu mendidik dengan memadukan rasa kasih sayang, sabar, memiliki sikap dan bersikap tegas terhadap siswa. 

Guru tidak hanya dituntut untuk terus belajar dan berwawasan luas, tetapi juga memiliki kecerdasan emosi dan spiritual yang tinggi sehingga mereka mampu menjalankan tugas dalam memberi bekal kepada siswanya, demi masa depan yang lebih cerah. Guru, orangtua, masyarakat dan Pemerintah, sesungguhnya bisa berpadu secara harmonis dalam mempersiapkan generasi Indonesia yang lebih baik untuk masa yang akan datang.  


Sumber bahan tulisan: 

Pengalaman pribadi, Profil Alumni dalam Buku Acara Reuni Emas SMPN 3 Singkawang, Grup WA Simpul Alumni SMPN 3 SKW, dokumen pribadi Ibu Guru Sri Hartini,  wawancara dengan beberapa guru antara lain Bapak Eko Marseto dan Ibu Marinem, beberapa alumni serta Panitia Reuni Emas SMPN 3 Singkawang 2016.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun