Mohon tunggu...
Fariastuti Djafar
Fariastuti Djafar Mohon Tunggu... Dosen - Pembelajar

Pembelajar sepanjang hayat, Email:tutidjafar@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Mempertanyakan Pembangunan di Perbatasan Kalimantan Barat (Bagian Dua)

13 Januari 2016   07:23 Diperbarui: 13 Januari 2016   07:51 3861
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber : Facebook Kartiyus

Pendekatan Malaysia: rumah modern, bagian dalam dan belakang

Malaysia tidak menggunakan pendekatan khusus dalam pembangunan daerah perbatasan karena sudah terintegrasi dengan pembangunan daerah. Pembangunan dibuat berdasarkan pada skala prioritas. Prioritas utama adalah membangun sesuatu yang mendatangkan manfaat optimal bagi kebanyakan warga Malaysia. Malaysia mengutamakan jalan yang menghubungkan sentra produksi dengan pasar sehingga petani mudah membawa hasil pertanian ke pasar.

Malaysia melihat daerah bagaikan suatu rumah gaya modern. Jika dana terbatas, maka yang menjadi prioritas untuk dibangun adalah bagian dalam dan belakang rumah di mana penghuni rumah menggunakan sebagian besar waktunya di area tersebut, bukan malah beranda depan. Untuk itu, bagian dalam dan belakang rumah harus bersih, sehat dan nyaman karena menyangkut kebutuhan dasar manusia yang tinggal di dalamnya.  

Sarawak tidak melihat penduduk di daerah perbatasan Kalbar sebagai target utama pasar produk mereka. Sebaliknya warga Indonesia di perbatasan Kalbar, terutama yang tinggal di daerah pedalaman dan terpencil, sangat tergantung pada pasar di Sarawak.   

Target utama pasar produk Malaysia adalah warga Indonesia kelas menengah atas yang terkonsentrasi di wilayah perkotaan Kalbar. Warga Indonesia tersebut adalah target utama industri pariwisata dan kesehatan Malaysia. Mereka mampu berkunjung ke Sarawak sebagai wisatawan atau berobat ke beberapa rumah sakit swasta di Kuching bukan hanya melalui jalan darat tetapi juga udara. Bagi Malaysia, PPLB Entikong dengan kondisi saat ini sudah cukup membantu karena Entikong paling mudah dicapai dari Pontianak.  

Sarawak juga lebih memprioritaskan manfaat yang diperoleh penduduk lokal daripada hanya sekedar “tampak mewah dari depan”.  Ini terlihat antara lain dari lapak yang sangat sederhana di pasar Serikin tempat di mana pedagang Indonesia berjualan pada ujung minggu (Pasar Serikin). 

Bandingkan dengan pasar di Entikong yang cukup megah namun kosong. Alih-alih menarik wisatawan Malaysia, pedagang Indonesia tidak tertarik untuk menyewanya. Sebagian dari mereka yang dulunya berdagang di Entikong, bahkan pindah ke pasar Serikin. Warga Malaysia enggan datang ke Entikong antara lain karena masalah keamanan dan kenyamanan selain kerepotan dengan persyaratan paspor. 

 [caption caption="Pasar termegah di Entikong yang sudah lama kosong"]

[/caption]

Sumber

[caption caption="Lapak sangat sederhana di Pasar Serikin, Sarawak, Jumat petang"]

[/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun