Mohon tunggu...
Fariastuti Djafar
Fariastuti Djafar Mohon Tunggu... Dosen - Pembelajar

Pembelajar sepanjang hayat, Email:tutidjafar@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Sungai Merana di Kota Singkawang

31 Desember 2015   08:56 Diperbarui: 31 Desember 2015   18:57 825
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Spanduk peduli Sungai Singkawang di Pasar Beringin"][/caption]

Berita tentang sungai kotor yang banyak sampah selama ini lebih didominasi oleh sungai di kota-kota besar seperti Jakarta. Padahal sungai serupa juga dijumpai di kota-kota kecil dengan skala yang lebih kecil namun tetap berdampak terhadap kehidupan manusia di sekitarnya. Sungai yang panjangnya sekitar 10 kilometer dan membelah kota Singkawang, kota terbesar kedua di Kalimantan Barat, termasuk di antara sungai yang merana nasibnya. Sungai ini bukan hanya semakin dangkal tetapi juga banyak sampah, yang menimbulkan bau tak sedap terutama ketika musim kemarau.

Sungai Singkawang adalah saksi sejarah masuknya imigran dari negeri Cina ke Singkawang sekitar tahun 1700 sehingga kota ini kemudian dikenal sebagai kota Amoy. Imigran tersebut masuk ke Singkawang antara lain melalui jalan laut dan mendarat di sungai Singkawang. Mereka didatangkan untuk bekerja sebagai buruh di pertambangan emas di Singkawang yang pada saat itu berada di bawah kekuasaan Kerajaan Sambas (Di sini).

Setelah Indonesia merdeka sampai tahun 1970an, beberapa dermaga kecil masih ditemui di sungai Singkawang. Kapal-kapal kecil dan rakit lalu lalang mengangkut barang dan manusia di sungai ini. Bahkan kantor Pelayaran Nasional Indonesia (Pelni) dibangun tepat di seberang sungai tersebut yang kini sudah berpindah lokasi.

[caption caption="Sungai Singkawang tempo dulu"]

[/caption]

Sumber Foto

Peninggalan yang masih terlihat sampai saat ini hanya beberapa pohon tua dan jembatan bangunan Pemerintah Belanda yang terkenal dengan nama Geratak Agen (Geratak adalah bahasa Melayu Sambas untuk jembatan). Sungai yang cukup dalam dengan air yang jernih sudah tidak ada lagi sehingga sulit dilayari. Kondisi demikian sudah berlangsung lama walau kepala daerah sudah berganti beberapa kali. Kota Singkawang sudah lebih dari 13 tahun menjadi kota mandiri yang sebelumnya adalah kota kecamatan sekaligus ibukota Kabupaten Sambas 

[caption caption="Sungai Singkawang sekarang: pepohonan tua, jembatan Agen dan sungai dangkal yang ditumbuhi rerumputan. Sekitar tiga tahun lalu, gerai makanan berjejer di bawah pepohonan sebelah kanan"]

[/caption]

[caption caption="Bagian sungai yang dangkal"]

[/caption]

[caption caption="Jembatan mungil di atas sungai yang kotor dan dangkal."]

[/caption]

Sayang, Pemerintah Daerah terkesan kurang peduli dengan sungai. Pemerintah lebih sibuk membangun taman dan jalan di tepian sungai dengan mengabaikan sungai yang seharusnya menjadi satu kesatuan. Bahkan sebelumnya terdapat gerai makanan di sepanjang pinggiran sungai. Pengunjung yang warga Singkawang seperti tidak menghiraukan bau busuk dari sungai terutama pada musim kemarau. Alih-alih memberi kesegaran dan kenyamanan, taman ini menjadi tempat rekreasi yang tidak sehat. Bahkan burungpun takut datang ke taman ini sehingga jangan harap bertemu burung di Taman Burung. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun