Mohon tunggu...
Farianty Gunawan
Farianty Gunawan Mohon Tunggu... Lainnya - Smart Traveller, Travel Consultant, Christian-Holyland Expert, Happy Baking Learner,

A wife for best husband and a mother of wonderful best two grown up daugther and son. Being in Travel Industry since 1992. Love to learn the new right things. Pray first and do the best

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Pulang Kampung ke Pulau Bangka, Nostalgia Masa Kecil

3 April 2022   13:00 Diperbarui: 3 April 2022   13:12 1139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Halaman belakang yang dulu adalah lapangan bulutangkis - Foto pribadi


Pulang kampung ... kebanyakan orang suka kembali ke kampung halaman. Kenangan masa kecil yang manis, melepas rindu dengan keluarga dan teman sepermainan, serta tetangga.

Lezatnya makanan, minuman dan keindahan alam serta suasana rumah masa lalu serasa memanggil pulang.

Kerinduan yang tidak pernah padam, walau keluarga sudah tidak selengkap dulu, rumah dan lingkungan serta situasi kondisi pun berubah sangat… Namun selalu ada alasan untuk kembali…

Selama diberikan kesempatan untuk bersilaturahmi dengan keluarga, kerabat, kenalan dan teman, yoooks kita menebar kebaikan dan berkat TUHAN.

Itulah awal dari perjalanan pulang kampung kali ini. Hanya 3 malam, rasanya tidak cukup untuk menyapa dan menjelajah tapi manusia tidak pernah merasa cukup kecuali dia mau mencukupkan dirinya dengan apa yang sudah dipercayakan padanya untuk dikelola.

Dua hari sebelum bulan Oktober 2021 berakhir, kami berangkat masih di tengah pandemi maka berusaha untuk selalu prokes. Pesawat cukup tepat waktu dan kami menginap di Hotel Haris Fox di dekat Bandara Dipati Amir, Pangkal Pinang.

Kunjungan ke rumah almarhum Papa Mama mertua yang masih dihuni oleh Kakak Adik dan keponakan yang menetap di Pangkal Pinang dilanjutkan dengan makan malam bersama, serasa mengembalikan kenangan masa lalu. Masih dengan perut kenyang, mata kami sudah melirik pempek dan otak2 serta martabak manis, alamaaaak ;)

Mie Bangka dengan Tahu Kok kuah - Foto pribadi
Mie Bangka dengan Tahu Kok kuah - Foto pribadi

Esok pagi nya, setelah sarapan mie rebus khas Bangka, kami berkunjung ke lapangan golf terbaik di jaman penambangan timah yaitu “Girimaya” sayang sekali, karena jumlah timah di tanah Pulau Bangka semakin merosot dan maka lapangan golf ini juga semakin ditinggalkan tidak terawat… masih ada beberapa karyawan senior dan anak dari karyawan yang masih setia menunggu pengunjung. 

Kami sempatkan berlatih di “driving range” ditemani Putra yang baru berusia 15 tahun dan sudah mengikuti banyak kejuaraan (sebelum pandemi) karena dari kecil sudah berlatih golf di sini tempat orang tuanya bekerjal. Pemuda yang berbakat.

Girimaya Golf Course - Foto pribadi
Girimaya Golf Course - Foto pribadi

Rumah legendaris Kampung Katak - Foto pribadi
Rumah legendaris Kampung Katak - Foto pribadi

Kembali ke hotel untuk  berkemas dan berpindah ke Hotel Swissbel di Jl. Jend Sudirman di mana di depan hotel ini masih berdiri kokoh bangunan rumah lawas yang masih sangat baik dipelihara dan digunakan untuk restoran dengan menu Indonesia terutama khas Bangka. 

Pastinya ada masakan lempah… bangunan tua dengan perabotan jadulnya, bikin betah berlama-lama akhirnya kesiangan menuju Belinyu sekitar 2-3 jam bermobil.

Rumah legendaris Kampung Katak Pangkal Pinang - Foto pribadi
Rumah legendaris Kampung Katak Pangkal Pinang - Foto pribadi

On the way, mampir ke suatu tempat dekat garis pantai Sungai Liat, yang sedang marak diperjualbelikan untuk lokasi tambak udang. Pemandangan cukup bagus dan tenang walaupun dari situ tidak langsung terlihat pantainya. Cukup bagus untuk dijadikan tempat wisata namun sepertinya agak sulit mencari sumber air bersih.

Sampai di Belinyu sudah sore, nyaris kehabisan otak2 legendaris yang dijual oleh generasi kedua, lokasi dekat sekolah St. Agnes kalau dari Pangkal Pinang terletak di sebelah kanan jalan. Sekitar 150 potong  otak2 dan pempek dihabiskan oleh 8 orang, kenyang sangat hohohoho…

Otak-otak sambal tauco dan terasi serta air jeruk kunci - foto pribadi
Otak-otak sambal tauco dan terasi serta air jeruk kunci - foto pribadi

foto pribadi
foto pribadi

Salah satu dari kami mengatakan masih ada waktu untuk ke lokasi air payau bernama “Aek Lelap Bedelew” (ada IG, FB dan Youtube nya), yang terletak di muara sungai (air tawar) dan bertemu air laut, dan ada sebuah lokasi yang bagus untuk berenang yang oleh masyarakat setempat diusahakan untuk dapat digunakan bergantian oleh pengunjung dengan cara memungut biaya sekitar beberapa ratus ribu per group per jam termasuk penggunaan kamar bilas (berlaku dari pagi sampai pukul 18.00). Segaaarrr…

Aek Lelap Bedelew Belinyu - Foto pribadi
Aek Lelap Bedelew Belinyu - Foto pribadi

Gelap semakin pekat ketika kami meninggalkan tempat itu untuk kembali menuju ke Kota Belinyu. Masih tetap dengan ingatan kuliner nostalgia, kami melangkahkan kaki ke “Kutub Utara” kedai jadul yang menjual kopi dan es kacang merah serta kue bolu khas Bangka. Enaaaak pake banget ...

Es kacang merah dan kopi serta kue2 bolu - Foto pribadi
Es kacang merah dan kopi serta kue2 bolu - Foto pribadi

Sebelum pulang ke Pangkal Pinang, kami mampir di toko oleh2 untuk membeli krupuk dan kemplang (krupuk panggang yang dimakan dengan cocolan sambal terasi) yang terbuat dari ikan/udang/cumi, kue nanas, gula aren kawung, kue lintak (kue kering aroma kayu manis), terasi dan rusip (ikan/udang kecil yang diawetka) untuk tambahan masakan khas Bangka atau sebagai teman makan lalap dan nasi (katanya enak, tapi saya belum pernah mencicipi).

Kue nanas mirip nastar - Foto pribadi
Kue nanas mirip nastar - Foto pribadi

Mengingat perjalanan sekitar 3 jam ke Pangkal Pinang (malam hari penerangan sepanjang perjalanan agak kurang, sehingga mobil harus berjalan agak pelan) maka kami tetap mencari makan malam seafood di warung kaki lima sekitar toko oleh2.

Hasil karya pemuda setempat - Foto pribadi
Hasil karya pemuda setempat - Foto pribadi

Sibling aselik Pulau Bangka berfoto di Danau Pading dekat Koba Bangka Tengah
Sibling aselik Pulau Bangka berfoto di Danau Pading dekat Koba Bangka Tengah

Besoknya, usai santap siang di salah satu restoran dekat bandara, kami menuju Koba, terletak di Bangka Tengah, dari situ diperlukan waktu sekitar 1 jam lagi untuk mengujungi Danau Pading, danau buatan bekas galian PT. Koba Tin yang sejak pandemi diusahakan oleh para pemuda masyarakat sekitar untuk dijadikan objek wisata dan hal ini diapresiasi oleh pemerintah. Objek wisata yang dilengkapi dengan toilet, warung2 serta spot2 foto khas pemuda/i termasuk perahu untuk berkeliling kolong. 

Pemandangan indah dengan latar belakang “danau kolong” dan perbukitan di belakangnya. Bukti bahwa pembangunan masyarakat dapat dimulai dari masyarakat untuk masyarakat, tidak perlu terlalu menunggu bantuan pemerintah.

Kulong Biru - Foto pribadi
Kulong Biru - Foto pribadi

Karena ingin mengejar satu objek wisata lagi yang dinamakan “Kulong Biru” di Desa Nibung Bangka Tengah. Tiba di sini, sudah gelap, tapi karena jarak sekitar 40 menit dari Danau Pading, maka kami tetap meneruskan perjalana ke sini. Ya, memang sulit melihat jelas dalam rembang senja, tapi setidaknya ada gambaran mengenai tempat ini. Sama seperti Danau Pading, lokasi bekas kolong yang dijadikan objek wisata.

Kembali ke Kota Pangkal Pinang sudah cukup malam dan di perjalanan mampir ke resto kecil untuk makan malam, beristirahat di hotel dekat bandara.

Pagi terakhir di Bangka dalam perjalanan kali ini, sesaat tiba di bandara, petugas penerbangan mengabarkan bahwa pesawat yang akan kami tumpangi akan tertunda sekitar 7 jam hahahahohohohohuhuhuhuuuuu…. Pilihan untuk tetap menunggu atau membeli tiket baru dengan maskapai lain. 

Daripada repot beli baru dan tidak tahu juga kejelasan tiket yang sudah di tangan, akhirnya kami memutuskan menunggu, tapi kami keluar dari bandara, kembali ke kota untuk berkunjung ke Museum Timah Indonesia di Kota Pangkal Pinang.

Agar lebih bijak - Foto pribadi
Agar lebih bijak - Foto pribadi

Batu bertumbuh di Museum Timah yang juga terdapat di Gunung Sinai - Foto pribadi
Batu bertumbuh di Museum Timah yang juga terdapat di Gunung Sinai - Foto pribadi

Sejak kenal Bangka (kota kelahiran suami), kami tidak pernah mengunjungi museum ini yang letak nya dekat dengan rumah almarhum Papa Mama mertua. Museum yang sarat dengan banyak penjelasan sejarah dan barang peninggalan masa lampau. Menarik untuk mengenal lebih dalam tentang timah, Pulau Bangka dan sebagainya. So, blessing in disguise hahahahaha… setelah kembali makan mie Bangka, kami kembali ke bandara dan akhirnyaaa…. TUHAN izinkan kami terbang kembali ke Jakarta. The end of this holiday.

Foto pribadi
Foto pribadi

Banyak peristiwa terjadi, banyak hal hilang berganti, banyak orang datang dan pergi, kiranya hanya yang manis dan indah  yang diabadikan dan selalu dalam kalbu. Semoga Anda pun demikian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun