Dari sana kami berjalan kaki menuju ke ujung jalan Petak Sembilan dan memilih makan siang di tempat berkumpulnya beberapa jenis kedai laris membuka lapaknya. Ada gado-gado direksi, pempek Palembang, mie kangkung si Jangkung, siomay dan sebagainya. Sayang nya rasanya sudah banyak berkurang ya.
Saatnya menggunakan lebih banyak energi dari santapan siang... kami berjalan menuju jalan Toko Tiga tapi melalui banyak jalan-jalan kecil yang jika tidak sering ke tempat ini pasti bingung dan bertanya,"jalan mana yang harus ditempuh?" Di titik inilah kita memerlukan pemandu wisata setempat, seperti Bang Indra. Kami hanya fokus menikmati lezatnya kuliner dan gedung-gedung tua beserta cerita sejarahnya di sepanjang perjalanan. Kami tidak pusing dengan rute, ke mana dan di mana jalan keluarnya. Asyiiik kaaan.Â
Selain makanan, kami juga diajak melihat kelenteng dan wihara yang berdekatan yang masing-masing mempunyai cerita nya sendiri, ada juga beberapa rumah berarsitektur China baik yang masih dirawat dan ditempati (rumah tinggal atau tempat usaha), yang sudah diubah total, maupun yang sudah terbengkalai dan tiap rumah itu pun memiliki sejarah masing-masing, termasuk sebuah gedung yang atapnya berarsitektur China dan sekarang ditempati usaha bernama "Lautan Mas". Oh ya... masih terlihat juga lapak penjual buku-buku lama, termasuk buku silat berseri yang mashyur di jamannya.