Usai berfoto, kami meneruskan perjalanan melewati berbagai bangunan tua yang pernah difungsikan sebagai restoran, seperti resto "Raja Kuring" dengan tulisan di tembok "Gedoeng Belanda Tempo Doeloe since 1602" dan masih melayani tamu hingga saat ini.
Perjalanan dilanjutkan ke Jembatan Kota Intan yang menurut Wikipedia, Jembatan Kota Intan adalah jembatan tertua di Indonesia yang dibangun pada tahun 1628 oleh pemerintah "Vereenigde Oostindische Compangnie" atau "VOC", atau masyarakat kita lebih familiar dengan sebutan Kumpeni. Jembatan itu terletak di Kali Besar kawasan kota tua wilayah Jakarta Barat.
Jembatan Kota Intan telah berganti-ganti nama sesuai pergantian zaman. Secara singkat, setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, jembatan ini berganti nama menjadi Jembatan Kota Intan, sesuai dengan nama lokasi setempat, di mana pada masa awal pembangunannya terletak persis di ujung "Bastion Diamant" (bastion adalah bangunan sudut yang menjorok ke luar melebihi dinding benteng dan biasanya ditempati oleh penjaga, diamant artinya intan) dari Kastil Batavia.
Jembatan Kota Intan sudah tidak dapat digunakan, material kayu diganti dengan baja dan jembatan gantung ini tidak dapat dibuka tutup lagi di bagian tengahnya agar kapal dapat berlayar jauh ke hulu sungai seperti awal masa dibangunnya di abad 17.
Dari Jembatan Kota Intan, kami berjalan kaki memulai rute ke-2 yaitu kunjungan ke daerah Kampung Tongkol, Jalan Krapu di mana terdapat reruntuhan dari "Kasteel Batavia", yang dibangun awal abad 17 dan pernah diupayakan untuk merevitalisasi tepian sungai (kalau ini diusahakan secara konsisten maka akan menjadi objek wisata seperti di Korea maupun di China dan akan meningkatkan ekonomi masyarakat sekitar yang dapat berjualan kebutuhan wisatawan terutama minuman), namun tidak dilanjutkan dan reruntuhan Kastil Batavia ditumbuhi tanaman semak.
Kami terus berjalan menuju tembok Kota Batavia yang sangat rawan runtuh, dan di area yang sama dibangun juga gudang-gudang makanan untuk menyediakan bekal bagi kapal-kapal yang hendak berlayar ke Negeri Belanda. Gudang-gudang itu sudah runtuh karena satu dan lain hal, dan saat tulisan ini dibuat, masih tersisa sebagian kecil dari Gudang Timur yang dulu dinamakan "Graanpakhuizen" yang berarti gudang gandum atau biji-bijian. Lokasi bangunan ini sekarang sangat memprihatinkan karena digunakan oleh banyak usaha ekspedisi untuk bongkar muat barang ke truk, mencuci kendaraan, bahkan tempat penimbunan kendaraan rusak dan banyak dari mereka mendirikan bedeng-bedeng sementara sehingga menutupi banyak bagian sisi tembok bangunan yang nyaris runtuh itu.