Mohon tunggu...
Farianty Gunawan
Farianty Gunawan Mohon Tunggu... Lainnya - Smart Traveller, Travel Consultant, Christian-Holyland Expert, Happy Baking Learner,

A wife for best husband and a mother of wonderful best two grown up daugther and son. Being in Travel Industry since 1992. Love to learn the new right things. Pray first and do the best

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Bernostalgia di Kota Tua Jakarta

10 Desember 2021   18:30 Diperbarui: 14 Desember 2021   21:58 1257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto: Dokumentasi Pribadi
Foto: Dokumentasi Pribadi

Ada bangunan yang tertulis di bagian atasnya "toilet" dan kami masuk ke dalamnya, ternyata udara segar mengalir dengan baik dan terasa sejuk. Melewati toilet umum, kami mampir ke kafe "Acaraki" yang menyediakan "Jamu New Wave" dengan rasa unik tak terlupakan, termasuk resep jamunya Bapak Presiden Jokowi. Enak juga berlama-lama di tempat ini, sayang waktu terus mengejar.

Foto: Dokumentasi Pribadi
Foto: Dokumentasi Pribadi

Dengan tibanya waktu santap siang dan masih banyaknya kafe di kota tua yang tutup, maka kami memutuskan untuk makan di Kedai Seni Djakarte dengan hiasan interior yang instagramable berada di dalam sebuah bangunan tua di dalam Fatahilah Square. Sop buntut, nasi goreng, pisang goreng dan teh es menjadi santapan kami di siang hari yang panas itu.

Foto: Dokumentasi Pribadi
Foto: Dokumentasi Pribadi

Selanjutnya dengan menumpang mikrolet (angkutan umum berupa mobil berkapasitas 10 orang), kami bergegas ke Pelabuhan Sunda Kelapa yang dipercaya sebagai tempat cikal bakal Kota Jakarta. Hingga saat artikel ini ditulis, tempat ini masih digunakan untuk pelabuhan barang. 

Masih banyak perahu sederhana berbahan kayu dengan tenaga mesin yang membongkar muat komoditas kebutuhan masyarakat seperti sembako, kelontong bahkan tekstil dan bahan bangunan khususnya untuk daerah kepulauan. Sebaiknya berhati-hati bila menyusuri jalanan tempat sandar kapal karena banyak orang yang bekerja memuat dan membongkar barang. Berkunjunglah di kala senja ke Pelabuhan Sunda Kelapa, tanpa terasa ingatan akan hanyut melintasi masa lalu.

Foto: Dokumentasi Pribadi
Foto: Dokumentasi Pribadi

Dari Pelabuhan Sunda Kelapa, berjalan kaki sekitar 10 menit, kami sudah tiba di depan jalan masuk menuju museum. Sayangnya Museum Bahari masih ditutup karena peraturan pemerintah semasa pandemi 2021. Tetap mendengarkan sejarah museum sebelum beranjak ke bangunan Menara Syah Bandar di dekatnya untuk berfoto di depannya saja.

Foto: Dokumentasi Pribadi
Foto: Dokumentasi Pribadi

Dari situ kami menyeberangi jalan menuju jembatan yang di ujungnya dinamakan Jl. Kakap dan terdapat bangunan tua bekas galangan kapal "VOC (Verenigde Oost Indische Compagnie)" dan beberapa waktu terakhir dijadikan kafe yang oleh pemiliknya dinamakan VOC juga tapi dengan singkatan berbeda yaitu "Very OId Caf".  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun