Mohon tunggu...
Farianty Gunawan
Farianty Gunawan Mohon Tunggu... Lainnya - Smart Traveller, Travel Consultant, Christian-Holyland Expert, Happy Baking Learner,

A wife for best husband and a mother of wonderful best two grown up daugther and son. Being in Travel Industry since 1992. Love to learn the new right things. Pray first and do the best

Selanjutnya

Tutup

Trip

Tour Leaders Masuk Desa Bumiayu Brebes Jawa Tengah

17 November 2021   19:00 Diperbarui: 17 November 2021   19:15 449
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bersama keluarga Bapak Rizal yang ramah. Sumber: Dokumen pribadi

Selanjutnya kami menuju ke Paguyangan untuk mengunjungi Waduk Penjalin yang cukup ramai dikunjungi warga sekitar bahkan di masa wabah ini. Menurut Wikipedia, Waduk Penjalin berada di Kecamatan Paguyangan, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, atau sekitar 12 Km dari Bumiayu. Penjalin dalam Bahasa Jawa berati rotan. 

Waduk ini dibangun tahun 1930 oleh pemerintah kolonial Belanda bersamaan dengan Waduk Malahayu. Waduk Penjalin terletak perbatasan Kabupaten Banyumas dan Kabupaten Brebes. Air waduk ini dipersiapkan untuk menyuplai irigasi Sungai Pemali bawah dan areal persawahan. Pemandangannya indah. Bila ada penataan, pengelolaan dan pendampingan berkesinambungan dari pemda bagi masyarakat sekitarnya, pasti waduk ini akan menjadi daya tarik wisata yang bermanfaat bagi pendapatan masyarakat dan pemda juga. 

bumiayu-13-min-6192708d06310e771b1e0112.jpg
bumiayu-13-min-6192708d06310e771b1e0112.jpg
Di dekat Waduk Penjalin, terdapat stasiun kereta tua bernama Patuguran (tertulis di tembok bangunan station mdpl +329M) yang menurut website "heritage.kai.id", Stasiun Patuguran (PAT) merupakan sebuah stasiun kereta api yang terletak di Desa Winduaji, Paguyangan, Brebes. Nama stasiun ini diambil dari dusun tempat stasiun itu berada. 

Dengan elevasi mencapai +328 m, stasiun paling selatan di Kabupaten Brebes ini merupakan stasiun kereta api tertinggi di Daerah Operasi V Purwokerto dengan topografi daerah yang terjal dan jalur berliku-liku yang mengakibatkan jalur ini dijuluki "jalur maut". 

Sekitar 15 km dari stasiun ini terdapat jembatan rel Sakalimolas sepanjang 300 m, yang merupakan jembatan terpanjang di lintasan Prupuk-Kroya. Di barat stasiun ini terdapat Waduk Penjalin. Stasiun Patuguran hanya digunakan sebagai tempat penyusulan KA. Sejak Maret 2011 lalu dioperasikan rel ganda dari Stasiun Purwokerto dan berujung di Stasiun Kretek. Di sebelah selatan Stasiun Patuguran terdapat Stasiun Legok, namun stasiun ini sudah jadi stasiun mati karena sejak ada jalur ganda, stasiun ini sudah tidak digunakan untuk persilangan kereta api lagi.

Tidak terasa, hari sudah hampir gelap, kami kembali ke Kota Brebes untuk mencari penginapan dan bermalam di Hotel Salsa Dalila yang cukup baik.

Museum Purbakala Bumiayu, bersama Pak Rizal. Sumber: Dokumen pribadi
Museum Purbakala Bumiayu, bersama Pak Rizal. Sumber: Dokumen pribadi

Hari berikutnya, kami memulai hari dengan mengunjungi museum mini purbakala yang masih dimiliki dan dikelola secara perseorangan, yaitu Bapak Rizal, seorang pengusaha/penjual batik di Kota Brebes yang merelakan sebagian dari rumah nya untuk menyimpan dan memamerkan banyak benda-benda purbakala temua dari banyak pihak terutama masyarakat sekitar. 

Berdasarkan penelitian, di Bumiayu ditemukan fosil manusia purba tertua di Indonesia yang berusia 1,8 juta tahun, dan museum ini sudah dibantu oleh cukup banyak organisasi serta orang-orang yang ahli di bidangnya, selengkapnya dapat dibaca di link: https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpsmpsangiran/museum-purbakala-buton-kini-dilengkapi-dengan-replika-manusia-purba-tertua/

Bersama keluarga Bapak Rizal yang ramah. Sumber: Dokumen pribadi
Bersama keluarga Bapak Rizal yang ramah. Sumber: Dokumen pribadi

Pak Rizal seorang yang ramah dan mau meluangkan waktu untuk mengantar kami ke Desa Galuh Timur, Kabupaten Brebes, di mana banyak ditemukan fosil dan benda purbakala lainnya oleh masyarakat, bahkan ada salah seorang Bapak yang sederhana juga merelakan sebagian dari rumah kecilnya untuk menyimpan banyak fosil binatang purbakala. Desa Galuh Timur juga menjadi tempat di mana sungai purba mengalir dan masih dapat dilihat hingga saat ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun