Banyak link di internet yang menyediakan informasi tapi sebaiknya tetap cross-check dengan sumber lain seperti tourism board dan mungkin ada kenalan yang sudah pernah menjalaninya.
Catat dengan detail semuanya karena itu akan menjadi panduan saat ada masalah di lapangan. Menyusun rencana secara terperinci. sooo… here are the steps :
- Di titik ini, kita sudah harus memilih Jalur mana yang mau didaki karena ada 4 jalur pendakian dan semua memiliki karakteristik berbeda dan adalah sangat bijak untuk mengenali diri sendiri (kekuatan dan kelemahan) sehingga dapat menentukan mana jalur yang cocok untuk didaki. Bagi pemula, banyak yang mengambil jalur “Yoshida Trail” karena tidak terlalu terjal sehingga cukup banyak dibangun penginapan dan warung serta pos-pos bantuan. walaupun jalur ini bukan jalur terpendek.
- Selanjutnya menentukan apakah harus bermalam di Gunung Fuji atau tidak? Jika memiliki stamina yang kuat dan persiapan yang baik, pendakian seharian dapat dijadikan pilihan untuk menghemat waktu dan biaya penginapan yang cukup tinggi. Namun bagai pemula yang kurang memiliki persiapan dan stamina yang kuat, lebih baik memilih untuk bermalam di lereng Gunung Fuji bahkan lebih baik lagi jika menyewa pemandu setempat jika memungkinkan.
- Jika memutuskan untuk bermalam di lereng Gunung Fuji maka adalah sangat baik bila melakukan reservasi penginapan sebelumnya, karena musim pendakian yang hanya sekitar 3 bulan di musim panas itu selalu penuh terisi oleh pendaki dan turist mancanegara dan warga setempat karena bagi sebagian orang, mendaki Gunung Fuji adalah sebuah tantangan dan ingin dilakukan sekali seumur hidup. Pemesanan akomodasi dapat dilakukan secara online. Sebaiknya memesan akomodasi di tingkat 8 karena di tingkat ini, bila satu dan lain hal memutuskan untuk tidak melanjutkan pendakian, maka kita dapat langsung menuruni jalur turun yang terpisah dengan jalur naik di “Yoshida Trail”
- Selanjutnya melakukan reservasi untuk transportasi dari Tokyo ke tempat awal pendakian, misalnya memilih Jalur Yoshida maka dari Shinjuku Tokyo menuju ke Kawaguchiko 5th station dengan bus yang harus dipesan sebelumnya, dari Kawaguchiko bisa langsung naik shuttle bus ke 5th station yang merupakan tempat awal untuk mendaki di Jalur Yoshida.
- Yang berperan penting juga adalah persiapan pakaian untuk mendaki, karena ketinggian Gunung Fuji dan posisinya yang menjulang sendirian membuat cuaca sepanjang pendakian menjadi tidak menentu. Di awal pendakian suhu normal musim panas, lalu hujan rintik, lalu hujan deras disertai angin kencang, kadang petir bersahutan, lalu kembali cerah bahkan kadang matahari bersinar terik dan semua perubahan terjadi dalam waktu singkat. Jaket tebal waterproof sangat membantu jika angin dingin dan hujan lebat tapi sangat merepotkan saat matahari bersinar terik. Membawa kamera canggih juga baik tapi sangat membebani saat stamina semakin merosot. Jadi cara terbaik adalah kenali kondisi diri sendiri dan situasi yang ada.
- Penting, kalau bukan fotografi professional dan bukan orang yang sering olahraga atau sering mendaki gunung, lebih baik tidak membawa kamera yang berat. Mobile phone camera is enough. Bawa diri aja berat apalagi bawa kamera berat.
- Ingat cuaca yang sangat cepat berubah2 sepanjang hari siang maupun malam, sesuaikan pakaian, selain itu perlengkapan mendaki juga sangat penting demi keselamatan, terutama sepatu gunung, tongkat/pole (saat melalui jalan berbatu atau berpasir), handuk kecil, kaca mata hitam, sunblock, topi, pakaian ganti, makanan ringan penambah tenaga, botol air dan sebagainya yang dimasukan ke dalam ransel yang ringan berbahan waterproof.
- Untuk mengetahui informasi cukup lengkap tentang pendakian Gunung Fuji : https://matcha-jp.com/id/3182
Pelaksanaan :
Bagi pemula, pastinya semua serba baru ya. Beberapa hal yang saya catat :
- Ikuti peraturan dari otoritas setempat
- Bertanya/meminta bantuan kepada pihak yang tepat bila terjadi masalah yang tidak dapat diatasi sendiri.
- Menjalankan Etika dalam mendaki akan menjaga kita dari hal-hal yang tidak diinginkan. Contoh : mendahulukan pendaki lain jika jalur yang dilalui hanya untuk satu orang, tidak membuang sampah sembarangan, tidak mencorat-coret media apapun, tidak membawa pulang bunga/batu/property yang bukan milik pribadi, dan sebagainya.
- Selain perencanaan yang super detail dan matang, menurut saya, saat pelaksanaan kita juga harus sesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada. Misalnya, maksud hati untuk berjalan dan mendaki seperti para pendaki lain, tapi karena kondisi tubuh yang kurang baik (nafas dan lutut yang lemah) maka jangan paksakan diri, karena biar pun cita-cita setinggi langit tapi keselamatan dan kesehatan setelah menuruni Gunung Fuji adalah lebih penting daripada pencapaian puncak. Atau misalnya walaupun kondisi tubuh sangat sehat dan kuat, namun bila cuaca tidak memungkinkan untuk terus mendaki, maka harus ada kerelaan untuk menuruni gunung. Tapi bila situasi dan kondisi memungkinkan, maka adalah lebih baik untuk tetap menjaga dan mempertahankan semangat untuk mencapai puncak, karena mungkin saat itu adalah satu-satu nya kesempatan buat kita untuk mendaki Gunung Fuji dan mencapai puncaknya.
Sekian dulu sharing pengalaman kami yang pernah melakukan pendakian Gunung Fuji di tanggal 8-9 Juli 2018 di saat usia kami mendekati setengah abad yang biasa hidup di Jakarta dan jarang berolah raga apalagi naik gunung, walaupun kami sehat dan tidak mengidap penyakit degenerative, tapi persiapan yang minim dan stamina yang kurang kuat, mengakibatkan kami “gagal” mencapai puncak Fujiyama (10th station).
Namun demikian kami tidak berkecil hati, justru dari kegagalan ini cerita kami menjadi berbeda dari tulisan-tulisan orang lain yang “kebanyakan” berhasil mencapai puncak - stay positive thinking and keep learning.
Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi yang membutuhkan.
TUHAN memberkati kita semua.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H