Sayangnya, negosiasi yang dilakukan oleh Buya Hamka membuat banyak orang salah paham dan menuduhnya sebagai penjilat dan pengkhianat. Hal ini membuat Buya Hamka diminta untuk mundur dari jabatannya sebagai pengurus Muhammadiyah.
Lantas, apa yang terjadi dengan hidupnya? Bagaimana perjalanan seorang Buya Hamka dalam menjadi ulama, sastrawan, sekaligus tokoh nasional?
Jawabannya dapat kamu temukan di film ini. Tayang pada 19 April 2023, film Buya Hamka Vol.1 berhasil merangkum kisah Buya Hamka dengan baik, dengan menunjukkan momen-momen penting yang dialami oleh Buya Hamka, yang juga berhasil memainkan emosi penontonnya.
Tak hanya menjadi film biopik yang penuh dengan nilai-nilai sejarah, film Buya Hamka Vol.1 juga memiliki banyak nilai-nilai kehidupan, terutama nilai-nilai islam yang masih relevan hingga saat ini.
Melalui artikel ini saya ingin menulis mengenai 3 pelajaran hidup yang didapat setelah menonton film Buya Hamka Vol.1.
Dibalik suksesnya suami, ada perjuangan dan dukungan seorang istri
Dalam film Buya Hamka Vol.1, kita tak hanya diperlihatkan perjuangan seorang Buya Hamka seorang diri, melainkan juga berkat dukungan dari istrinya, Siti Raham. Ketika Buya Hamka sedang kesulitan, kebingungan, dan butuh solusi dari permasalahan hidupnya, istrinya selalu ada di sisinya dan menemani serta memberikan dukungan untuknya.
Film ini membuktikan bahwa di balik kesuksesan seorang pria, ada peran besar wanita yang mendukung dan membantunya. Dengan demikian, film ini memberikan gambaran tentang betapa pentingnya peran wanita dalam kesuksesan seorang pria dan menghargai kontribusi mereka dalam kehidupan sehari-hari.
Berlaku adil dalam poligami bukanlah hal yang mudah
Salah satu adegan favorit saya adalah ketika ada seorang anak gadis mendatangi Buya Hamka, lalu perempuan tersebut menawarkan diri untuk menjadi istri kedua-nya. Buya Hamka berpura-pura mencari tasnya, dan pergi meninggalkan gadis tersebut.
Alih-alih berhasil pergi, justru gadis tersebut yang menemukan tas Buya Hamka dan memberikannya ke beliau. Ketika ditanya, mengapa ia menghindar dan tidak mau meresponnya, dan membawakan dalil berupa ayat pada surat An-Nisa ayat 3. Buya Hamka dengan tenang menjawab.
"Perhatikan ayat selanjutnya, dimana laki-laki harus bisa berlaku adil." dan beliau juga menjelaskan bahwasannya sulit untuk berlaku adil. Jika berlaku adil pada diri sendiri dan sekitar saja sulit, apalagi berlaku adil pada banyak perempuan?Â