Mohon tunggu...
FARHAN NAZMUNNAWA
FARHAN NAZMUNNAWA Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA

MAHASISWA PROGAM STUDI HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Konflik KKB di Papua

13 Oktober 2024   15:11 Diperbarui: 14 Oktober 2024   14:28 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

1.Intimidasi Warga Sipil: KKB sering kali melakukan aksi intimidasi terhadap warga sipil lokal untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan.

2.Penjarahan dan Pembakaran Rumah Tangga: Aktivitas penjarahan dan pembakaran rumah tangga merupakan bagian dari metode operasional yang agresif digunakan oleh KKB.

3.Pembatasan Gerakan Bebas: KKB sering kali membatasi gerakan bebas warga sipil dengan cara-cara ekstrem seperti penyerbuan desa-desa dan pemotongan infrastruktur dasar.

Peranan pemerintah, TNI, dan Polri sangat penting dalam menanggulangi konflik ini. Namun, metode yang digunakan untuk menyelesaikan konflik di Papua masih dengan cara kekerasan, yang dianggap kurang humanistis. Analisis ini menyoroti bahwa pemerintah belum sepenuhnya melakukan tindakan yang humanistik dalam menangani konflik di Papua.Komnas HAM juga telah melakukan investigasi terkait pelanggaran HAM yang dilakukan oleh KKB. Hasil investigasi menunjukkan bahwa banyaknya laporan tentang penyalahgunaan kekuasaan oleh anggota TNI dan Polri terhadap warga sipil di daerah-daerah tertentu di Papua.

 

IMPLIKASI DAN SOLUSI

Konflik di Papua tidak dapat diselesaikan dengan cara sederhana. Perspektif pertama dan kedua memiliki validitas tersendiri, tapi keduanya juga memiliki kelemahan masing-masing. Labeling KKB sebagai teroris mungkin efektif dalam menekankan ancamannya, tapi juga dapat memicu eskalasi konflik. Sementara itu, melihat mereka sebagai pelanggar HAM dapat memperkuat argumen hak asasi manusia, tapi kurangnya metode nonmiliteristik dapat membuat solusi sulit dicapai.Solusi ideal mungkin terletak pada dialog damai dan penyelesaian isu-isu sosio-politik yang mendasari konflik. Komnas HAM merekomendasikan adanya dialog damai sebagai strategi penyelesaian siklus kekerasan dan pembuka jalan solusi untuk isu-isu ketidakadilan, diskriminasi, hak ulayat, masyarakat adat, dan isu lainnya yang ada di Papua. Selain itu, pemerintah harus memastikan proses penegakan hukum di Papua berjalan secara adil dan transparan kepada semua pihak yang diduga bersalah, baik dari terduga pelaku kekerasan dari KKB maupun dari aparatus keamanan.Dalam upaya penyelesaian konflik di Papua, peranan aktif dari semua pihak termasuk pemerintah, organisasi sipil, dan masyarakat isi penting. Menghindarkan label-label yang eksklusif dan fokus pada solusi yang inklusif dan humanistis dapat membantu mengakhiri siklus kekerasan dan membangun perdamaian yang stabil di wilayah tersebut.

 

PERAN ORGANISASI SIPIL 

Organisasi sipil memiliki peran sentral dalam menyelesaikan konflik di Papua. Berikut beberapa contoh peran mereka:

1.Advokasi HAM: Organisasi sipil seperti Amnesty International dan Human Rights Watch telah melakukan advokasi yang kuat untuk melawan pelanggaran HAM yang dilakukan oleh KKB dan aparat keamanan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun