Mohon tunggu...
Mochammad Farhan Maulana
Mochammad Farhan Maulana Mohon Tunggu... Freelancer - Farhan Maulana

Tulisan adalah abadi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Perempuan

5 Oktober 2019   18:10 Diperbarui: 5 Oktober 2019   18:23 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku juga ingin mempunyai anak. Tapi kalau memang masih belum diberi, mau bagaimana lagi? Sebagai naluri seorang perempuan, aku ingin menjadi ibu seperti yang lainnya.

Tapi takdir berkata lain. Aku memang hidup berkecukupan. Suamiku bekerja di perusahaan pertambangan. Tetapi itu tidak lebih dari cukup jika aku tidak memiliki anak. Aku selalu berusaha. Tetapi jika memang ini jalanNya, aku harus selalu bersyukur dan tetap berusaha sekuat yang kubisa.

Besoknya, aku mendengar suara gaduh dari kamar ibu mertuaku. Aku mengintip dari pintu luar. Rupanya Satria sedang berdebat hebat dengan ibunya. Dan perdebatan itu tidak lain adalah membicarakanku.

"Rina itu istri aku, Ma. Seharusnya mama tidak bersikap seperti itu di depan menantu mama."

"Mama harus bersikap bagaimana untuk menantu mandul seperti Rina?"

Deg. Ucapannya begitu menusuk. Tanpa sadar tetesan air mata menetes di pipiku. Aku mendengar suara barang yang dibanting hingga berbunyi nyaring.

"Jaga ucapan Mama. Rina gak mandul. Mungkin Allah masih belum memberikan kami anak. Jadi tolong, Ma, jangan berucap kasar seperti itu."

"Mama pengen punya cucu. Apa salah kalau Mama pengen punya cucu dari keturunanmu? Lagian, dari awal mama memang gak setuju kalau kamu nikah sama Rina."

"Please, Ma. Jangan buat aku memilih antara mama dengan Rina. Mama pasti tahu aku akan memilih siapa!"

"Oh begitu. Kamu melawan mama hanya demi istri kamu yang mandul itu?"

Aku sudah tidak tahan lagi. Aku langsung ke kamar dan tidak mau mendengarkan perdebatan mereka lagi. Berjalan terpontang-panting, aku menaiki tangga untuk menuju lantai dua tempat dimana kamarku dan Satria berada.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun