Di era digital seperti ini, tentunya istilah good looking sudah tidak jarang terdengar. Istilah good looking sendiri merujuk pada sebuah makna yang berarti berpenampilan bagus, baik,menarik, ataupun sedap dipandang. Setiap orang tentu ingin dirinya dipandang sebagai good looking baik oleh dirinya sendiri maupun orang lain.
Sayangnya, di Indonesia sendiri good looking dapat menimbulkan kesenjangan sosial. Kesenjangan sosial tersebut berupa ketidakadilan antara individu atau kelompok yang dianggap good looking dengan individu atau kelompok lain yang dianggap tidak good looking.
Suatu kelompok atau individu yang memiliki paras dan kondisi fisik yang sedap untuk dipandang (good looking) dianggap memiliki keistimewaan atau privilege lebih daripada yang kurang atau tidak good looking. Belakangan ini, fenomena ini tampaknya cukup sering muncul di media sosial.
Stigma keadilan bagi seluruh rakyat good looking pun muncul sebagai akibat merebaknya fenomena ini. Bagaimana tidak, terdapat beberapa kasus yang muncul di publik sehingga menjadi dasar munculnya stigma ini.
Sebagai contoh, yang pertama dapat terlihat dari beberapa kasus yang berkaitan dengan penangkapan beberapa artis seperti Jefri Nichol, Rizky Nazar, dan Ardhito Pramono akibat penggunaan narkoba.
Dapat terlihat di kolom komentar instagram mereka tidak sedikit dari netizen “pemuja good looking” yang justru memberikan semangat dan kata-kata motivasi di dalamnya.
Sebagai contoh, yang baru-baru ini yaitu Ardhito Pramono dalam unggahan instagramnya terdapat beberapa komentar netizen pemuja good looking, seperti “kangen bgt, ayoo comeback”, “keep strong baby”, “are u okay?”.
Kejadian ini sangat berbeda dengan yang dialami coki dimana dia mendapat “mampus”-an dari para netizen, sebagaimana yang disampaikan deddy corbuzier dalam video pendek youtubenya. Lebih lanjut deddy corbuzier mengatakan young lex dan UUS yang jelas-jelas tidak menggunakan justru mendapat cibiran dari netizen yang maha benar, berupa “kapan makai ?”.
Ada pula Caesar yang lama tidak muncul di TV, kemudian aktif live tiktok berjam-jam. Aksi Caesar tersebut menuai dugaan dari beberapa netizen bahwasannya dia menggunakan narkoba.
Contoh kedua adalah lebih mudahnya viral untuk para good looking, tak sedikit dari netizen twitter yang menyampaikan keluh kesahnya bahwasannya untuk viral di Indonesia ini, salah satunya harus good looking.
Contohnya adalah pengamen cantik yang viral baru-baru ini. Karena kecantikannya ia menjadi viral di tiktok sehingga di undang di TV dan bahkan ada orang loh yang ingin mengadopsinya. Beberapa netizen pun merasa kasihan dan tidak adil untuk temannya yang ikut mengamen waktu itu. Meskipun sebenarnya, netizen pula lah yang membuat pengamen cantik tersebut viral. Sebenarnya, masih banyak contoh-contoh ketidakadilan akibat good looking ini.
Kejadian seperti ini, sebenarnya bukanlah salah dari pemilik good looking. Orang yang good looking sama seperti manusia pada umumnya, hanya saja mereka memiliki kelebihan penampilan fisik yang menarik dan sedap untuk dipandang.
Orang yang good looking, juga memiliki sebuah masalah serta tidak selalu mudah dalam menjalani hidupnya. Namun, cara memandang dari beberapa masyarakat Indonesia yang berlebihan menimbulkan suatu privilege khusus bagi para good looking.
Memang tidak pada semua kesempatan, tetapi pada beberapa kasus orang yang good looking mendapat perlakuan yang lebih positif seperti contoh yang dipaparkan sebelumnya. Yang kemudian baik sengaja maupun tanpa sengaja, menimbulkan ketidakadilan bagi orang yang penampilannya mungkin bisa dibilang biasa saja sehingga muncul statement “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat good looking.”
Fenomena keadilan bagi rakyat good looking yang terus ada dari waktu ke waktu ini, sangat bertolak belakang dengan sifat dasar pancasila. Terutama Sila ke-5 yang berbunyi “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.”. Fakta lapangan yang menunjukan adanya kesenjangan sosial serta ketidakadilan dalam perlakuan bagi orang good looking dengan yang kurang good looking.
Nilai yang menjadi dasar dan seharusnya dijunjung oleh setiap rakyat Indonesia faktanya hanya menjadi pengetahuan untuk mengerjakan soal ulangan sekolah belaka. Masyarakat pemuja good looking seharusnya dapat menggunakan akal sehatnya sehingga berperilaku dengan seharusnya. Membenarkan apa yang memang benar, serta menyalahkan apa yang memang salah.
Tidak seharusnya penilaian dan perlakuan baik buruknya terhadap seseorang didasarkan pada dominasi bagaimana penampilan fisik mereka.
Kebiasaan beberapa masyarakat Indonesia yang masih terus ada ini seharusnya segera diminimalisir agar kemudian tidak menjadi sebuah karakter. Karakter yang sudah tertanam tentu sulit untuk dihilangkan sehingga dapat menjadi identitas, dimana identitas tersebut sangat bertentangan dengan nilai dasar pancasila yang digunakan sebagai pedoman dan cita-cita dalam bermasyarakat maupun bernegara.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H