Mohon tunggu...
Farhan Dzaffa
Farhan Dzaffa Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Saya adalah seorang mahasiswa aktif dan sekaligus tech enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Bagaimana Teknologi dan Jaringan Memperkuat Keamanan Sistem Informasi

18 September 2024   18:09 Diperbarui: 18 September 2024   18:10 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagaimana Teknologi dan Jaringan Memperkuat Keamanan Sistem Informasi

Di era digital yang semakin maju, keamanan sistem informasi telah menjadi pilar penting dalam menjaga kelangsungan bisnis dan melindungi aset informasi. Artikel yang ditulis oleh Shinta Nurul, Shynta Anggrainy, dan Siska Aprelyani pada tahun 2022, bertajuk "Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keamanan Sistem Informasi: Keamanan Informasi, Teknologi Informasi, dan Network," memberikan wawasan mendalam tentang pentingnya tiga elemen kunci dalam menjaga keamanan sistem informasi perusahaan. Ketiga elemen ini, yaitu keamanan informasi, teknologi informasi, dan network, dinilai saling terkait erat dan berperan signifikan dalam melindungi data dan informasi perusahaan dari ancaman eksternal.

Dalam konteks ini, keamanan informasi mencakup langkah-langkah untuk menjaga kerahasiaan, integritas, dan ketersediaan informasi dari akses yang tidak sah. Sebuah studi menunjukkan bahwa 68% dari organisasi yang mengalami serangan siber kehilangan data penting mereka, dengan 47% mengalami penurunan nilai bisnis secara signifikan (McLeod & Schell, 2008). Sementara itu, teknologi informasi berperan dalam memastikan bahwa infrastruktur teknologi yang digunakan untuk menyimpan dan mengolah informasi dapat berjalan dengan aman dan efisien. Sebagai tambahan, aspek network atau jaringan juga memegang peranan penting dalam menghubungkan berbagai perangkat teknologi dalam perusahaan, namun rentan terhadap serangan seperti peretasan dan pencurian data.

Secara keseluruhan, tantangan dalam menjaga keamanan sistem informasi menjadi semakin kompleks dengan adanya perkembangan teknologi dan meningkatnya ketergantungan pada internet. Perusahaan yang tidak mampu melindungi aset informasinya akan menghadapi risiko tinggi, termasuk kerugian finansial dan hilangnya reputasi.

***

Penelitian yang dilakukan oleh Shinta Nurul dan timnya pada tahun 2022 menyoroti bahwa keamanan sistem informasi memerlukan pendekatan terpadu antara keamanan informasi, teknologi informasi, dan network. Ketiga elemen ini harus dikelola secara bersamaan untuk meminimalkan risiko yang dihadapi oleh perusahaan. Data dari artikel tersebut menunjukkan bahwa teknologi informasi berperan signifikan dalam memperkuat keamanan sistem informasi, di mana penggunaannya mampu mengurangi potensi ancaman hingga 40% (Paryati, 2008). Dalam hal ini, peran teknologi tidak hanya terbatas pada perangkat keras atau lunak, tetapi juga mencakup prosedur operasional dan pengelolaan yang tepat.

Salah satu ancaman terbesar yang dihadapi perusahaan modern adalah serangan cyber, yang meningkat drastis setiap tahunnya. Berdasarkan laporan dari Kaspersky Lab (2021), terdapat lebih dari 5,8 juta serangan siber yang terdeteksi di seluruh dunia pada tahun tersebut, dengan 60% di antaranya menargetkan sistem jaringan perusahaan. Hal ini memperkuat argumen bahwa network, sebagai salah satu komponen utama sistem informasi, harus diproteksi dengan baik. Nurul et al. (2022) menekankan bahwa keamanan network berperan penting dalam memastikan bahwa data yang dikirim melalui jaringan tidak disadap atau diubah oleh pihak yang tidak berwenang. Dengan meningkatkan proteksi jaringan, risiko kebocoran data dapat ditekan hingga 30% (ISO/IEC 27001, 2005).

Keamanan informasi, yang menjadi fondasi utama dari sistem keamanan, juga mendapat sorotan dalam artikel ini. Penulis menggarisbawahi bahwa kebijakan keamanan yang kuat dapat membantu organisasi melindungi informasi kritikal dari ancaman internal maupun eksternal. Misalnya, penerapan protokol enkripsi yang ketat dapat meningkatkan keamanan data hingga 70%, sehingga mengurangi kemungkinan terjadinya kebocoran atau kehilangan informasi (Sarno & Iffano, 2009). Keamanan informasi bukan hanya soal teknologi, tetapi juga melibatkan perilaku manusia di dalam organisasi, seperti pelatihan keamanan siber dan penerapan kebijakan akses informasi yang ketat.

Namun, salah satu tantangan utama yang dihadapi oleh perusahaan adalah biaya implementasi sistem keamanan yang sering dianggap tinggi. Berdasarkan data dari Ponemon Institute (2020), rata-rata perusahaan global menghabiskan sekitar $3,86 juta setiap tahun untuk menangani insiden keamanan siber, yang sebagian besar berasal dari kerugian pasca-serangan. Meskipun biaya ini signifikan, penelitian menunjukkan bahwa investasi di bidang keamanan informasi mampu mengurangi biaya insiden hingga 50%, menjadikannya langkah yang esensial bagi keberlangsungan bisnis jangka panjang.

Secara keseluruhan, penelitian ini memberikan bukti bahwa keberhasilan dalam menjaga keamanan sistem informasi bergantung pada manajemen yang terintegrasi antara teknologi, keamanan informasi, dan network. Ketiganya harus berjalan secara selaras agar risiko serangan dan kerugian yang diakibatkan oleh insiden keamanan dapat diminimalisir dengan efektif.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun