Kemudian, pungutan dari ekspor tersebut dialokasikan sebagai pendukung program pengembangan kelapa sawit yang berkelanjutan. Salah satunya, adalah dalam pengembangan program biodiesel yang telah dijalankan sejauh ini. Program biodiesel bukan hanya berperan dalam penuruna emisi gas rumah kaca, namun juga berdampak signifikan di sektor ekonomi. Dengan meningkatkan konsumsi biodiesel, Indonesia mampu mengurangi ketergantungan pada impor bahan bakar fosil.
- Hilirisasi Produk Kelapa Sawit.
Hilirisasi industri kelapa sawit berdampak pada peningkatan nilai tambah produk. Menurut Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI), mengungkapkan bahwa hilirisasi telah menghasilkan 179 produk turunan kelapa sawit pada tahun 2023. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), menunjukkan bahwa erekonomian Indonesia berdasarkan besaran Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku triwulan II-2024 mencapai Rp5.536,5 triliun, dengan kontribusi sektor industri pengolahan kelapa sawit dan turunannya diprediksi mencapai 3,5% atau Rp193 triliun.
BPDPKS (Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit) memainkan peran penting dalam mendukung transformasi hijau dan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Melalui pengembangan program biofuel, terutama mandatori biodiesel, BPDPKS membantu mengurangi emisi gas rumah kaca dan ketergantungan pada bahan bakar fosil. Selain itu, sertifikasi ISPO memastikan industri kelapa sawit dikelola secara berkelanjutan. BPDPKS juga berkontribusi terhadap penerimaan negara melalui pengelolaan dana pungutan ekspor sawit yang mendukung hilirisasi industri, menciptakan nilai tambah, dan meningkatkan devisa negara, dengan kontribusi signifikan pada PDB.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H