Di zaman sekarang ini, sudah bukan hal yang asing bila sebagian dari kita mengharuskan diri untuk begadang, baik itu berasal dari tuntutan pekerjaan, banyaknya tugas sekolah, atau bahkan kita sendiri yang menginginkan itu terjadi. Keinginan yang kuat untuk tidak tidur selanjutnya direkam di bagian pusat otak lalu tersebar ke seluruh organ dalam tubuh sehingga akhirnya tubuh berusaha melakukan aktivitas. Pertanyaan selanjutnya, bagaimana tubuh kita merespon hal ini ?
Pada dasarnya, tubuh kita memiliki keterbatasan dalam menjaga kondisi tubuh agar selalu dalam kondisi fit. Setiap organ dalam tubuh diantaranya paru-paru, jantung, dan hati memiliki waktu internalnya sendiri, mereka semua bekerja untuk mengoptimalkan kondisi tubuh dengan sistematis, yaitu dengan cara mengendalikan suhu tubuh dan melepaskan hormon. Tidur merupakan salah satu bentuk upaya tubuh untuk melestarikan energi. Â Selain itu,Tubuh kita mampu mengontrol tidur dalam jumlah yang sama seperti pada saat kita makan. Hal tersebut dimaksudkan bahwa tidur akan memberikan peran yang sama terhadap kesehatan tubuh. Tidur akan memberikan rasa nyaman, kita akan lebih merasa berenergi dan bahagia.
Memahami Keterkaitan antara Tidur dan Imunitas
Kurangnya jumlah waktu tidur akan menimbulkan kerentanan terhadap berbagai macam penyakit baik secara fisik maupun mental, termasuk mengganggu sistem kekebalan tubuh. Sistem imun sudah didesain sedemikian rupa untuk memproteksi tubuh dari serangan penyakit seperti contohnya flu, kedinginan, dan penyakit lainnya, saat fungsi tersebut hilang, maka mereka akan gagal melaksanakan tugasnya dan konsekuensinya kita pun akan jatuh sakit.Â
Faktanya, Penjelasan mengenai hubungan antara tidur dan imunitas tidaklah sesederhana itu, mekanisme perlindungan yang dilakukan sistem imun kita cukup kompleks. Mereka semua dibentuk pada berbagai tipe sel dan protein yang bertanggungjawab terhadap adanya serangan atau invasi dari substansi asing.Â
Beberapa tipe sistem imun tubuh ada yang disebut sebagai sel-T (Thymus), sel ini memiliki peran sentral dalam mencegah sekaligus mengeliminasi adanya bakteri atau virus yang ingin menginfeksi sel, sistem ini dikenal sebagai cell-mediated immunity. Sel T akan mengeluarkan hormon pro inflamasi yang dikenal sebagai sitokin. Sitokin merupakan sebuah substansi pemberi sinyal agar membantu sel berkomunikasi dengan sel lainnya dan mendorong pergerakan sel menuju lokasi terjadinya inflamasi, trauma, dan infeksi sehingga menimbulkan sebuah respon seperti demam, flu, kedinginan dan lain-lain.Â
Berdasarkan literatur yang ada, jumlah sel T dalam darah dan sitokin akan meningkat pada waktu malam hari. Saat kita kurang tidur maka kuantitas sel T dalam darah akan menurun dan terjadi penekanan terhadap fungsinya, sehingga dapat meningkatkan risiko berbagai penyakit.Â
Kurang cukup tidur juga akan mempengaruhi bagaimana sistem imun menghadapi patogen asing saat kita terserang demam. Contohnya, tubuh kita melawan infeksi saat terkena demam. Pada saat tidur, maka respon demam akan meningkat sebagai bentuk perlawanan terhadap infeksi virus atau bakteri, tapi jika tidak tidur, maka bentuk perlawanan tersebut tidak akan cukup efektif.Â
Gangguan tidur merupakan sebuah kondisi kronis yang tanpa disadari justru akan merugikan kita. Sejarahnya, manusia tidur pada malam hari dan terjaga di siang hari. Jika kita begadang di malam hari, artinya kita memberikan sinyal yang bertentangan dengan tubuh. Dampaknya tubuh kita akan bingung tentang apakah harus memproduksi senyawa-senyawa kimia untuk membuat kita tidur atau sebaliknya.Â
Hormon
Selama di waktu beraktivitas, maka tubuh akan menghasilkan energi dengan cara memanfaatkan konsumsi oksigen dan asupan makanan, pada waktu ini, lebih banyak energi yang dihabiskan daripada dilestarikan. Keadaan ini didominasi oleh kerja dari hormon-hormon seperti adrenalin dan kortikosteroid. Â
Sedangkan di malam hari, maka sistem kerja tubuh akan bergeser menjadi keadaan anabolik, dimana energi akan dilestarikan. Level hormon kortikosteroid dan adrenalin akan menurun dan tubuh akan mensintesis hormon pertumbuhan. Hormon ini berfungsi untuk menjaga dan memperbaiki otot dan tulang dengan cara memfasilitasi penggunaan asam amino (sebuah substansi esensial untuk membentuk protein) sehingga setiap jaringan di dalam tubuh kita akan diperbaharui selama kita tertidur.Â
Melatonin merupakan hormon lain yang diproduksi untuk membantu kita tertidur. Mereka dihasilkan dari sebuah kelenjar pineal di otak. Hormon ini bertindak sebagai antioksidan dan mengatur siklus tidur.
Tanpa tidur, maka meskipun kita makan dan olahraga dengan teratur (walaupun kedua hal ini dapat meningkatkan kemampuan untuk dapat tidur lebih nyenyak), kondisi prima mungkin akan bersifat elusif. Selain mengganggu fungsi sistem kekebalan tubuh kita, gangguan tidur juga dapat menimbulkan berbagai kerugian efek pada kesehatan tubuh kedepannya.Â
Bagaimana Mengoptimalkan Tidur Kita Â
Ada berbagai upaya yang dapat mendorong kita supaya tidur nyenyak, diantaranya menghindari menonton TV atau menggunakan komputer pada malam hari. Layar pada TV dan komputer mengemisi cahaya biru yang identik dengan paparan cahaya matahari di siang hari. Hal ini akan membuat sistem di otak agar seperti berada di siang hari, sehingga menghentikan sekresi hormon melatonin yang menstimulasi untuk tidur. Selain itu, menghindari penggunaan alarm dengan suara kencang, hal ini juga dapat menimbulkan kondisi stress dalam tubuh sehingga kita tiba-tiba tersentak untuk bangun. Jika kita cukup tidur teratur, maka pemasangan alarm mungkin tidak perlu dilakukan. Â Â
SalamÂ
Author
27 September 2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H