Mohon tunggu...
Farhan Ardiansyah
Farhan Ardiansyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

Farhan Ardiansyah 43222010018 Akuntansi Universitas Mercu Buana

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

TB 2 - Diskursus Gaya Kepemimpinan Visi Misi Semar pada Upaya Pencegahan Korupsi

10 November 2023   14:54 Diperbarui: 10 November 2023   15:47 475
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.canva.com/design/DAFzq9uVnJw/t7yRYpTSHV8t5NEy4VodJA/view?utm_content=DAFzq9uVnJw&utm_campaign=designshare&utm_medium=link&utm_source=edito

Menurut serat Paramayoga dalam buku Rupa dan karakter Wayang Purwa yang ditulis oleh Heru S Sudjaruto, Sumari, Udang Wiyono, dikatakan bahwa:

Sang Hyang Ismaya adalah salah satu dari tiga putra Hyang Tunggal. Ibunya bernama Dewi Rakti. Namun dalam bidang pedalangan pada umumnya khususnya Wayang Purwa, ibu Sang Hyang Ismaya adalah Dewi Rekatawati. Menurut Paramayoga, istri Sang Hyang Ismaya adalah Dewi Senggani, dan dalam pewayangan adalah Dewi Kanastri atau Kanastren. Sang Hyang Ismaya muncul atau lahir dimuka bumi ini dengan kedua saudaranya, Sang Hyang Manikmaya dan Sang Hyang Antaga.

Mulanya mereka lahir dalam wujud cahaya yang kemudian berubah wujud menjadi sebutir telur. Oleh Sang Hyang Tunggal, sebutir telur tersebut langsung dipuja menjadi tiga orang anak laki-laki . Kulit sebutir telur tersebut menjadi seorang Sang Hyang Antaga, dan sebutir putih telurnya menjadi Sang Hyang Ismaya, sedangkan sebutir kuning telurnya menjadi Sang Hyang Manikmaya. Ketiga anak laki laki tersebut semua merasa dirinya paling sakti dan hebat dan  paling pantas menjadi sang  pewaris kedudukan dari Sang Hyang Tunggal sebagai penguasa alam kahyangan. Karena tidak ada satupun dari mereka yang mau menyerah.

Sang Hyang Tunggal memberi syarat: "Barangsiapa mampu menelan Gunung Mahameru  dan memuntahkannya, berhak untuk tinggal di surga." Sang Hyang Antaga berkesempatan memamerkan kesaktiannya untuk pertama kalinya. Ia berusaha  menelan gunung tersebut, namun hingga mulutnya terkoyak, gunung tersebut tidak dapat ditelan. Pada ronde kedua, Sang Hyang Ismaya dengan kesaktiannya menelan Mahameru namun tidak dapat dimuntahkan. Dia berusaha mengeluarkan gunung itu melalui rektum tetapi juga tidak berhasil. Gunung itu berhenti di perut Ismaya. Karena gunung tersebut tenggelam, Sang Hyang Manikmaya tidak sempat mempertontonkan kesaktiannya. Oleh karena itu, Sang Hyang Manikmaya diangkat menjadi pewaris takhta oleh Sang Hyang Tunggal. Sang Hyang Ismaya diperintahkan oleh ayahnya untuk turun ke bumi dan menjadi pelindung orang-orang shaleh. Sebagai pengasuh dan pembantu, Ismaya menggunakan nama Semar, Samarasanta, Semarsanta, Janabadra dan Badranaya. Kedatangan Batara Ismaya di Marcapada (Bumi) sebagai Semar bertepatan dengan lahirnya Bambang Manunumasa, putra Bambang Parikenan. Manumansa adalah orang pertama yang menjadi anak Semar.

Demikian pula dalam kitab lain disebutkan bahwa langit dan bumi pada zaman dahulu dikuasai oleh Sang Hyang Wenang yang mempunyai seorang putra bernama Sang Hyang Tunggal. Sang Hyang Tunggal kemudian menikah dengan Dewi Rekatawati, putri seekor kepiting raksasa bernama Rekatama. Suatu hari, Dewi Rekatawati bertelur dan seketika itu juga telur tersebut terbang ke langit menuju Yang Maha Kuasa. Telurnya menetes, lalu muncul tiga makhluk  dari cangkang telur, putih telur, dan kuning telur. Makhluk yang terbuat dari cangkang telur disebut Tejamantri, makhluk yang terbuat dari putih telur disebut Ismaya, dan makhluk yang terbuat dari kuning telur disebut Manikmaya. Dalam cerita lain, telur terbang ke langit, bumi dan cahaya atau teja.

Suatu hari, mereka bertengkar mengenai siapa yang akan menggantikan ayah mereka sebagai penguasa. Manikmaya menyarankan untuk mengadakan sayembara menelan gunung tersebut dan memuntahkannya. Tejamantri melakukannya lebih dulu tetapi gagal.  Ismaya kemudian bisa menelannya tapi tidak bisa meludahkannya. Kejadian ini menimbulkan bencana atau malapetaka. Oleh karena itu, Sang Hyang Wenang turun tangan dan memutuskan suatu saat nanti Manikmaya akan menjadi raja para dewa, pengusaha kahyangan dan akan mempunyai keturunan yang akan menjadi penghuni bumi. Sementara itu, Tejamantri dan Ismaya harus kembali ke bumi untuk menjaga keturunan Manimaya. Keduanya bisa menghadapi Sang Hyang Wenang jika Manimaya berbuat tidak adil. Nama mereka telah diubah. Tejamantri menjadi Togog, Ismaya disebut Semar dan Manikmaya menjadi Batara Guru. Karena menelan gunung, bentuk tubuh Semar menjadi tinggi gemuk dan bulat.

Selanjutnya menurut Dr. G.A.J. Haezu dalam buku Ardian Kresna menyebutkan bahwa Semar bukan berasal dari India melainkan dari Jawa. Nama, gambaran dan penampakannya menunjukkan bahwa Semar dan anak-anaknya (Gareng, Petruk dan Bagong) berasal dari Pulau Jawa. Pasalnya, lawakan atau lawakan  sering disebutkan dalam naskah-naskah kuno sebagai bagian dari pertunjukan khusus. Misalnya: banyaol, baringgit abanyol, banabanwal atau pukana ringgit tampil. Semar adalah nama  seorang leluhur dalam masyarakat Jawa yang bayangannya direpresentasikan dalam wayang kulit atau wayang kulit yang  dianggap bersifat religius. Semar merupakan nenek moyang masyarakat Jawa dan tokoh favorit dalam mitologi agama primitif Jawa.

B. Simbolisme dan Makna Semar

Dalam kehidupan sehari-hari banyak orang yang mengatakan bahwa istilah hidup itu ibarat roda yang berputar, yaitu jalan hidup seseorang  kadang susah, kadang bahagia, kadang naik turun, naik turun, dan sebagainya. Agama Jawa menganut konsep hidup melingkar yang diungkapkan melalui simbol-simbol spiritual. Mereka membayangkan simbol-simbol kebatinan Jawa  sebagai tempat moral yang harus dihormati ketika datang ke sangkan paran. Di satu sisi lambang melambangkan kebanggaan orang beriman dan mempunyai keutamaan tertentu, di sisi lain lambang melambangkan cita-cita luhur. Wayang Semar memang hanya selembar kulit kerbau atau Sapi. Tetapi, dia merupakan suatu macam simbol atau lamabang yang sangat berharga untuk dipelajari secara mendalam dan seksama.

Huruf dan gambar adalah simbol untuk bahasa, sedangkan bahasa adalah simbol bagi manusia. Apakah sesungguhnya simbol atau lambang itu? lambang adalah sarana atau alat bagi konsep manusia tentang objek. Karena itu, simbol juga merupakan suatu pernyataan mental atau pengetahuan jiwa dari Diri atau wujud diri dari manusia. karenanya, lambang selalu menujukkan pada konsep.

Menurut Coleridge dalam buku The Power Of Symbol menyatakan bahwa "simbol sesungguhnya bagian dari Perwujudan manusia, bisa disebutkan sebagai salah satu cara alat dalam berkomunikasi, mengandung makna dan arti tersendiri". Karena simbol adalah kegiatan inti dari diri manusia, maka dengan simbol itu pula akan diketemukan pemecahanan masalah yang hakiki dari manusia yang memilikinya, baik tentang hal yang bersifat fisik maupun non fisik, seperti mental, religi atau agama atau adab , mitos atau khayalan , ritual atau upacara adat , upacara peribadatan dan lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun