Mohon tunggu...
Farhan Nur Ghifari
Farhan Nur Ghifari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Yogyakarta

Penikmat tanaman hias

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ulasan Buku "Gajah Mada" Karya Muhammad Yamin

18 Januari 2023   17:46 Diperbarui: 21 Januari 2023   17:13 3112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Buku Gajah Mada terlahir ketika masa kemerdekaan bangsa Indonesia yang ditandai dengan adanya suatu bentuk periode yang dinamakan dengan "Booming Priode". 

Dalam periode tersebut banyak hasil karya tulisan-tulisan historiografi yang ditulis oleh orang Indonesia yang di mana dalam hasil karya tulisannya tersebut kebanyakan mengisahkan tokoh-tokoh atau pahlawan-pahlawan asli orang Indonesia yang dapat memberikan suatu bentuk identitas nasional dan juga bisa membangkitkan terhadap semangat nasionalisme bagi para pembacanya. 

Oleh karena itu, saya tertarik lebih dalam lagi untuk mengkaji mengenai buku Gajah Mada untuk mengungkapkan keterkaitan dengan "Booming Period" tersebut dengan tulisan yang ada di dalam buku Gajah Mada karya Muhammad Yamin.

Gajah Mada merupakan seorang tokoh yang berasal dari Masa Hindu-Budha yaitu pada masa kerajaan Majapahit. Kelahiran dari Gajah Mada tidak dapat diketahui secara pasti, tetapi berdasarkan kitab Usana Jawa bahwa Gajah Mada dilahirkan dari sebuah kelapa dari penjelmaan Sang Hiang Narayana. 

Karier dari Gajah Mada dimulai ketika menjadi seorang ahli negara pada saat terbentuknya kerajaan Majapahit. Bahkan, Gajah Mada selama berada di kerajaan Majapahit beberapa kali berpindah-pindah jabatan dan biasanya jabatan yang di pegang oleh Gajah Mada sangat strategis kedudukannya. Hingga akhirnya, Gajah Mada mencapai puncak kariernya ketika menjabat sebagai seorang panglima.

Muhammad Yamin yaitu sebagai penulis dari buku ini sangat terinspirasi terhadap apa yang telah dilakukan oleh Gajah Mada dalam menyatukan wilayah kepulauan nusantara. 

Penulis cenderung mengagung-agungkan terhadap tindakan dari Gajah Mada yang rela sebagian hidupnya untuk diberikan kepada negaranya dalam mempersatukan wilayah kepulauan nusantara. Bahkan, penulis pun memakai konsep yang digunakan oleh Gajah Mada dalam menyatukan wilayah nusantara yaitu dengan memprakarsai mengenai konsep Indonesia Raya dengan berbangsa, bertumpah darah dan berbahasa Indonesia pada kongres pemuda II yang terjadi pada 28 Oktober 1928.

Oleh karena itu, maka terjadilah suatu bentuk pengulangan kembali dalam menyatukan nusantara antara yang terjadi pada masa Gajah Mada dengan yang dialami oleh penulis.

Dari sinilah terlihat jelas bahwa penulis dalam menulis hasil karyanya merujuk kepada sebelum nama Indonesia ada yaitu nusantara. Hal tersebut dapat dilihat dari penggunaan sumber yang dipakai oleh Yamin dalam menulis hasil karyanya yang berupa kitab-kitab hasil dari peninggalan kerajaan Majapahit seperti kitab Nagarakertagama dan Pararaton. 

Oleh karena itu, dalam hasil karyanya ini Yamin banyak sekali menggunakan sumber-sumber tradisional yang di mana sumber tersebut ditulis sebelum nama Indonesia ada atau ketika nama Indonesia masih berbentuk Nusantara. 

Yamin sendiri tidak merujuk kepada Indonesia pada saat di jajah oleh pemerintah kolonial Belanda. Hal tersebut karena sesuai dengan makna dari penulisan buku ini yang di mana ia ingin menegakkan kepala di tengah-tengah lautan api perjuangan dengan mencurahkan seluruh tenaga persatuan dalam pembentukan Indonesia dengan memakai tokoh nasional yaitu Gajah Mada sebagai sumber inspirasinya.

Kemudian Yamin juga dalam tulisannya berusaha untuk mengembalikan bahwa bangsa Indonesia memiliki akar-akar nasionalisme sendiri. Kesadaran nasional serta tumbuhnya nasionalisme dari bangsa Indonesia dapat dipengaruhi dari dalam maupun dari luar. Salah satunya dapat ditemukan dari dalam bangsa Indonesia yaitu adanya sebuah kenangan terhadap kejayaan dari masa lalu bangsa Indonesia. Semangat tersebut muncul karena ketika Indonesia masih berbentuk nusantara.  

Di bawah pimpinan dari Raja Hayam Wuruk yang kemudian dibantu oleh panglima Gajah Mada, kerajaan Majapahit mampu menguasai hampir seluruh wilayah daratan Asia Tenggara. Oleh karena itu, seluruh daratan dari kepulauan Nusantara berhasil dikuasai oleh kerajaan Majapahit. Melalui peristiwa tersebut, harapannya mampu dalam membangkitkan semangat nasionalisme dan semangat dalam memberikan identitas nasional.

Sesudah dari kematian gajah Mada yang tidak dapat diketahui secara pasti, kemudian Kerajaan Majapahit mulai mengalami kemunduran. Hal tersebut karena tidak adanya pengganti yang dianggap cakap seperti sosok dari Gajah Mada yang memiliki pengaruh sangat besar dalam kepemimpinannya. Kemudian setelah kematian dari Hayam Wuruk maka kemunduran dari kerajaan Majapahit pun  semakin terlihat jelas. 

Hal tersebut terjadi karena adanya perpecahan dari ibukota Majapahit yang terjadi akibat adanya perang saudara yang terjadi di dalam internal kerajaan Majapahit. Sehingga secara perlahan wilayah-wilayah dari kekuasaan Majapahit mulai memisahkan diri dengan memutus hubungan dengan pusat kerajaan Majapahit. 

Selain itu juga penyebab kemunduran lainnya dari kerajaan Majapahit yaitu mulai masuknya agama Islam ke wilayah Nusantara dan mulai berdatangannya bangsa-bangsa Barat seperti Portugis dan Spanyol ke wilayah Nusantara.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun