Iya, dulu di tahun 2013 saya sangat suka betul dengan Batu Ratapan Angin Dieng. Dari batu ini kita bisa melihat pesona Telaga Warna Dieng yang hijau, kalau cerah pemanangan bukit hijau khas pegunungan dataran tinggi seperti Dieng akan terlihat betul.Â
Sayang seribu sayang, lokasi ini diubah sedemikian rupa menjadi tempat wisata kekinian yang dipakai untuk konten viral biasanya. Memang sih jadi lebih ramai, apalagi banyak warung-warung yang buka di area tersebut. Jauh berbeda kondisinya saat tahun 2013 saya mengunjungi Dieng Teather yang bersebalahan dengan Batu Ratapan Angin, sepiii dan sangat jadul lokasi wisatanya.
Kembali ke Batu Ratapan Angin, saat menaiki tangga kecil saya jadi merasa lebih asing. Kok jadi lebih jauh yaa? Oooh, ternyata jalan setapaknya sudah berubah dan beberapa dibuat anakan tangga. Mungkin tujuannya memudahkan wisatawan ya, jujur menurutku jadi lebih capek aja gitu.
Sampai di spot Batu Ratapan Angin, kembali lagi terkaget-kaget karena banyak sekali spot yang dibuat dengan sengaja oleh pengelola tempat wisata ini. Seingatku sih tahun 2013 lalu, untuk foto di batu ini tidak perlu bayar.
Biarkan Pesona Dieng Menjadi Dirinya Sendiri
Tidak bisa disalahkan juga dengan Wisata Dieng yang makin ramai, bahkan bisa menemukan mie ongklok dengan mudah di pusat keramaian Desa ini. Kalau dulu sih, rekomendasi mie ongklok enak khas Wonosobo harus ke alun-alun kota Wonosobo dulu.Â
Tawaran homestay Dieng juga kini semakin baik layanannya, tersedia air panas, kamar yang banyak, dekat dengan lokasi wisata di Dieng seperti Candi Arjuna. Semakin banyak wisatawan yang tertarik dengan pesona Dieng tentunya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa ini.
Tapi, tolong pengelola wisata Dieng biarkanlah pesona Dieng menjadi dirinya sendiri. Tidak perlu dibangun wisata kekinian yang marak ditemukan seperti Jogja dan Bandung. Cukup daya tarik Negeri di Atas Awan yang dingin, tapi hangat dengan aktivitas warga lokal saat berladang, anak-anak bermain, dan tempe kemul yang hangat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H