Sebagai cabang yang mempelajari perilaku manusia dalam Masyarakat, ilmu social memiliki memiliki Sejarah perjalanan yang penjang dan penuh dinamika. Banyak peikir dan filosof sejak masa kuno, yang telah mencoba menelaah dan menjabarkan penjelasan fenomena yang terjadi disekitar mereka. Namun ilmu social modern secara sistematis baru terbentuk pada abad ke-19, yang seiring perkembangan dan perubahan dalam struktur social, ekonomi dan, politik dunia. Pola hidup Masyarakat yang berubah akibat dari revolusi industri, juga terbentuknya negara-negara modern menjadi dorongan atas kebutuhan mempelajari Masyarakat secara lebih ilmiah.
Melalui artikel ini, akan membawa kita menelusuri jejak Sejarah perkembangan dari ilmu-ilmu sosial, sejak era kuno sampai masa kontemporer. Melalui artikel ini pula, kita akan diajak mengenal tokoh serta aliran pemikiran yang punya kontribusi signifikan terhadap terbentuknya ilmu ini. Ilmu sosial seiring berjalannya waktu, berkembang menjadi berbagai disiplin ilmu, diantaranya seperti, ilmu politik, antropologi, ekonomi, psikologi sosial, sosiologi dan yang lainnya. Masing-masing disiplin ilmu tersebut saling terkait satu sama lain meskipun memiliki pendekatan dan focus studi masing-masing. Melalui pemahaman Sejarah perkembangan ilmu-ilmu sosial, kita dapat menghargai dan menyadari betapa pentingnya ilmu ini, yang dapat membatu kita demi memahami dinamika dan struktur Masyarakat dan peran tiap individu.
Pengertian ilmu sosial
P.N.Usman Tampubolon, menjelaskan bahwa ilmu sosial adalah ilmu yang menggunakan metode-metode ilmiah untuk menjawab perilaku manusia,( Said Hamid Hasan. 1993). Sementara yang lain berpendapat bahwa ilmu-ilmu sosial yakni diiplin ilmu yang mempelajari tingkah laku dan sikap manusia didalam kelompoknya.
Berikut tadi adalah definisi yang sifatnya umum, jadi definisi tadi tidak merujuk pada suatu disiplin ilmu sosial tertentu. Dari definisi tadi masih belum didapatkan keterangan tingkah laku yang seperti apa yang ingin dijelaskan. Dalam disiplin ilmu sosial yang lainya, tergambar tingkah laku manusia yang seperti apa yang akan menjadi lahan studinya, sebagai contoh ilmu ekonomi akan mempelajari tentang bagaimana usaha manusia untuk memnuhi kebutuhan hidupnya. Dalam contoh lain, pengaruh sosial sebab dari tingkah laku tiap individu, yang dimana ini adalah ranah pembelajaran yng akan tergambar dari psikologi sosial.
Dari sekilas uraian berikut tadi, bisa ditarik Kesimpulan bawasanya disiplin ilmu-ilmu sosial adalah kumpulna dan gabungan yang berasal dari disiplin ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia. Dalam ha ini berbagai aspek yang berasal dari tingkah laku dan sikap manusia, yakni sebagai mahluk yang hidu ditengah Masyarakat. jika kita pelajari tingkah laku manusia sebagai mahluk sosial yang hidup ditengah Masyarakat, maka didalam Tingkah laku tersebut akan kita dapati berbagai aspek, diantaranya seperti aspek biologis, aspek psikologis, aspek ekonomi, aspek sosiologis, dan bermacam aspek lainnya.
Perkembangan ilmu sosial
Ilmu-ilmu sosial yang kita kenal sekarang adalah tumbuh dari pemikiran filsafat moral, sama halnya dengan ilmu-ilmu alam juga tumbuh dari pemikiran filsafat alam pula. Kaum pemikir filsafat moral di Skotlandia, dikala mengkaji perihal ekonomi politik selalu ikuti dengan kajian isu-isu sosial yang lebih luas, dan hal ini terjadi juga di Prancis, lantas mengambil alih pemikiran filsafat moral.
Pendapat yang dikemukakan sang "bapak sosiologi" Auguste Comte yang berbunyi positivisme menekankan sisi factual dan bukan spekulatif, manfaat dan bukan Kesia-siaan, kepastian dan bukan keragu-raguan, ketepatan dan bukan keragu-raguan, positif bukan negative maupun kritis. Positivisme yakni ilmu dalam pengertian materialism sejak abad ke-19. Yang kemudian  Auguste Comte dari Charles Fourier, menyebut Sosial Science, untuk mendeskripsikan keunggulan disiplin sintesis dari bangunan ilmu.
Ternyata penggunaan metode ilmu sosial yang digagas oleh Conte tersebut mengaburkan gambaran metodologis tentang ilmu-ilmu sosial.
Pertama, apa yang kemudian dilanjutkan dan dilakukan oleh Emile Durkeim (1895) serta Vilferdo pareto (1916). Mempelopori tradisi seperti ini. Hanya saja, berbeda secara khusus jika Durkeim terkesan oleh perlunya mempelajari fakta-fakta sosial sementara Pareto menstimulasikan pemikiran metaforis dan teori-teori spesifik.