Amerika Serikat menyediakan bantuan teknis, lisensi produksi, dan beberapa perangkat keras untuk pembuatan N-1 tersebut. N-1 pertama kali diluncurkan pada tahun 1975 dan hanya mampu membawa beban sebesar 260 kg.
Setahun setelahnya, NASDA mengembangkan sebuah media peluncuran baru bernama N-2 yang merupakan peningkatan dari N-1. N-2 mampu membawa beban sebesar 715 kg.
Pada periode ini, Jepang secara garis besar masih mengandalkan bantuan dari Amerika Serikat untuk program antariksanya. Namun pada periode selanjutnya, periode 1980-an, keadaan ini akan berangsur-angsur berubah karena semakin majunya kapabilitas dan teknologi Jepang dalam perjalanan antariksa.
1980-an
Aspek utama dalam periode ini adalah pengembangan seri terbaru media peluncuran. Media peluncuran ini diberi nama seri-H. Kekurangan media peluncuran seri N-1 dan N-2 adalah kurangnya kemampuan untuk membawa beban lebih berat dari satelit-satelit yang ada. Solusi dari kekurangan tersebut adalah dibuatnya media peluncuran H-1 pada tahun 1981, dan peluncuran pertamanya pada tahun 1986.Â
H-1 dapat mengangkut beban sebesar 1,100 kg. Ini adalah kemajuan yang sangat berarti. Namun, H-1 masih memiliki beberapa teknologi yang berasal dari Amerika Serikat. Tidak beberapa lama dari peluncuran H-1, Jepang mulai mengembangkan H-2. H-2 ditargetkan dapat membawa beban sebesar 4000 kg.Â
Namun dalam pengembangannya, H-2 beberapa kali gagal dan meledak karena kegagalan dalam mesinnya. Hingga akhirnya H-2 dapat berhasil diluncurkan pada bulan Februari 1994.
Pada periode ini pula Jepang berhasil meningkatkan kemampuan satelit komunikasinya. Satelit ETS-IV, merupakan satelit yang pertama kali benar-benar merupakan buatan Jepang. Walaupun seri ETS tersebut masih belum proporsional dalam penggunaan sehingga masih harus dikembangkan lebih lanjut.Â
Gebrakan terjadi pada tahun 1984 dimana satelit TV pertama, BS-2A, berhasil diluncurkan dan dapat digunakan selama 3 bulan. Hingga akhirnya diluncurkan lagi BS-2B yang berhasil menyediakan layanan penuh pada tahun 1986.
Satelit penginderaan jauh juga berhasil dikembangkan pada periode ini. Marine Observation Satellite (MOS) yang pertama berhasil diluncurkan pada tahun 1987. MOS-1 ini memiliki perkiraan fungsional selama dua tahun, walaupun ternyata satelit ini masih tetap berfungsi hingga 1995. Ini menunjukkan bahwa kemampuan industri Jepang semakin meningkat dan bagus.
1990 hingga 2003
Pada periode ini Jepang mulai mengembangkan media peluncur H2-A, Jepang juga mulai mengembangkan Japanese Experiment Module (JEM) untuk Stasiun Angkasa Internasional, dan mulainya penggunaan satelit untuk tujuan militer dan mata-mata. Namun, pada periode ini juga terjadi banyak kegagalan teknis yang disebabkan berbagai faktor.
Kegagalan tersebut terjadi karena mesin yang belum sempurna, berbagai malfungsi, dan mahalnya penciptaan satelit sendiri dibandingkan berbagai negara yang juga memanufaktur satelit dan media peluncuran, seperti Amerika Serikat, Rusia, dan Cina sehingga kurang diperhatikan lagi dalam pasar internasional.