Mohon tunggu...
Ferrel Fahrezi A.
Ferrel Fahrezi A. Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswa

Mahasiswa Prodi Sosiologi UMM

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ketidakadilan Gender Dalam Keluarga

27 Januari 2022   21:07 Diperbarui: 27 Januari 2022   21:09 2381
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Ketidakadilan Gender Dalam Disharmoni Keluarga


Gender adalah perbedaan jenis kelamin berdasarkan budaya, di mana laki laki dan perempuan dibedakan sesuai dengan perannya masing-masing yang dikonstruksikan oleh kultur setempat yang berkaitan dengan peran, sifat, kedudukan, dan posisi dalam masyarakat tersebut.

Pembedaan peran,fungsi dan posisi selalu menjadi permasalahan utama dalam ketidakadilan gender

Dapur dan garasi memiliki konotasi gender yang kuat. Dapur ruang untuk mengolah makanan sangat kuat asosiasinya dengan aktivitas feminim, sementara garasi ruang untuk menyimpan kendaraan dengan aktivitas yang lebih maskulin Persepsi ini memunculkan stereotipe terhadap beberapa jurusan yang sangat kental dengan identitas gender.

Masalah kesibukan pasangan dan belum terpenuhinya kebutuhan ekonomi

masalah ekonomi yang menyebabkan terjadinya disharmoni keluarga, kesibukan pasangan juga menjadi pemicu pertengkaran dan kesalah pahaman, menimbulkan kurangnya komunikasi antara orangtua dan anak

Minimnya Pengetahuan Kerumah tanggaan

kegagalan peran ialah karena sang ayah atau ibu tidak ada atau tidak menjalankan peran dan tugasnya sebagai orangtua, Sebagaimana mestinya adalah suami dan istri memiliki peran yang sama.

Ketidakadilan gender dalam keluarga biasanya kurangnya partisipasi perempuan dalam rumah tangga/keluarga karena factor laki laki lah yang selalu memegang kendali keputusan, terkadang factor ini di pengaruhi oleh lingkungan atau system budaya keluarga yang masih menganut budaya tradisional

Ketidakadilan gender dalam keluarga akan membuat disharmoni karena perempuan haruslah patuh terhadap keputusan suami meskipun keputusan tersebut bukan yang terbaik, ini semua mempengaruhi pola pikir dan kesehatan mental perempuan jika terjadi terus menerus. dimana laki laki lah yang memegang kunci keputusan dalam keluarga

Penyebab Disharmoni Keluarga;

a. Ketidaksahan (kegagalan peran). Merupakan unit keluarga yang tak lengkap. Dapat dianggap sama dengan kegagalan peran lainnya dalam keluarga karena sang ayah atau suami tidak ada atau karena tidak menjalankan tugasnya. Setidaknya ada satu sumber keluarga baik ibu maupun bapak untuk menjalankan kewajiban perannya.

b. Perpisahan dan perceraian. Terputusnya keluarga di sini disebabkan karena salah satu atau kedua pasangan itu memutuskan untuk saling meninggalkan.

c. Keluarga selaput kosong, disini anggota-anggota keluarga tetap tinggal bersama, tetapi tidak saling menyapa atau bekerja sama satu dengan yang lain dan terutama gagal memberikan dukungan emosional satu kepada yang lain.

d. Ketiadaan seorang dari pasangan karena hal yang tidak diinginkan. Beberapa keluarga terpecah karena sang suami atau istri telah meninggal, dipenjarakan atau terpisah dari keluarga karena peperangan, depresi atau malapetaka yang lain.

e. Kegagalan peran penting yang tidak diinginkan. Malapetaka dalam keluarga mungkin mencakup penyakit mental, emosional. Dalam hal ini konflik sebagai sesuatu yang tidak bisa dihindarkan, Menimbulkan kesehatan mental menurun

Penyebab perselisihan keluarga (hubungan antar pasangan) adalah kesibukan pasangan dan ketidakpuasan terhadap kebutuhan materi, kurangnya pengetahuan keluarga, egosentrisitas pasangan, terjadinya pernikahan dini, suami istri dan anggota keluarga. duduk bersama dan mendiskusikan kelangsungan rumah tangga sehingga kualitas hubungan keluarga tidak terpengaruh secara signifikan.

Adapun solusi terhadap disharmoni keluarga (relasi antar pasangan) perspektif family therapy ialah dapat mengemukakan pemecahan masalah terjadi dalam enam tahap yaitu, mengenali masalah, mengomunikasikan masalah kepada orang yang yang tepat, mengembangkan tindakan alternatif, memutuskan satu tindakan khusus, mengambil tindakan, mengevaluasi keberhasilan tindakan itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun