Sekuritisasi SARS yang dilakukan pemerintah Tiongkok tampaknya berhasil menunjukkan kemajuan yang signifikan. Pada akhir bulan Mei, epidemi ini mulai kehilangan intensitasnya, dan pada tanggal 24 Juni, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencabut peringatan perjalanannya untuk tidak mengunjungi Beijing. Akhirnya, pada tanggal 16 Agustus, dua pasien SARS terakhir dipulangkan dari rumah sakit di Beijing, menandai periode ketika Tiongkok bebas dari SARS, setidaknya untuk sementara.
Wabah ini menyebabkan kerusakan ekonomi yang signifikan di Tiongkok, mendorong para pemimpin untuk menyadari pentingnya pembangunan yang merata. Belajar dari kasus ini, Perdana Menteri Wen Jiabao menekankan bahwa kesenjangan antara wilayah perkotaan dan pedesaan, serta ketidakseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan kemajuan sosial, perlu diatasi untuk menghindari masalah di masa depan.
Setelah SARS, pemerintah memberikan perhatian lebih terhadap kesehatan masyarakat, mengalokasikan dana yang besar untuk pencegahan dan pengendalian penyakit. Inisiatif ini termasuk mengembangkan sistem pelaporan penyakit dan berinvestasi pada infrastruktur layanan kesehatan, terutama di daerah pedesaan.Â
Krisis SARS juga membuat pemerintah Tiongkok memberikan perhatian lebih terhadap AIDS, yang saat itu juga sedang menjadi masalah yang dihadapi Tiongkok. Pemerintah menawarkan pengobatan gratis bagi pasien HIV/AIDS yang kurang mampu dan memperkuat bantuan medis untuk pencegahan dan pengobatan AIDS.Â
Menyadari kemampuan pemerintah untuk melakukan mobilisasi selama wabah penyakit, peraturan baru diperkenalkan untuk menetapkan mekanisme tanggap darurat terhadap krisis kesehatan masyarakat. Rencana dibuat untuk membentuk Biro Tanggap Darurat, yang terinspirasi oleh model dari negara lain seperti Amerika Serikat, untuk menangani krisis kesehatan dan bencana alam di masa depan dengan lebih efektif.
Selama wabah SARS, Tiongkok awalnya mengalami beberapa masalah dalam menghadapinya. Namun akhirnya, Tiongkok mampu menurunkan jumlah kasus SARS secara signifikan. Hal tersebut kemudian mengubah cara mereka menangani penyakit. Tiongkok mengalami perubahan yang lebih terbuka, sehingga meningkatkan cara mereka dalam menangani keadaan darurat serta bekerja sama. Wabah ini merupakan momen transformasi besar bagi Tiongkok dalam menangani penyakit, mulai dari pembenahan dan pemerataan infrastruktur kesehatan hingga alokasi dana kesehatan. Hal ini membuat mereka menjadi lebih siap untuk menghadapi wabah penyakit di masa depan.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H