Mohon tunggu...
Farel Andrean
Farel Andrean Mohon Tunggu... Mahasiswa - International Relations Undergraduate Student in UPN Veteran Yogyakarta

Mahasiswa Hubungan Internasional UPN Veteran Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Wabah SARS di Tiongkok: Titik Balik dan Dinamika Tiongkok dalam Menghadapi Wabah Penyakit

1 Desember 2023   00:39 Diperbarui: 1 Desember 2023   01:00 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemudian, pada tanggal 25 Maret, setelah beberapa ahli WHO datang ke Tiongkok, pemerintah akhirnya mengakui bahwa SARS menyebar ke luar Guangdong. Hal ini membuat pemerintah mengadakan pertemuan untuk membahas cara mengatasi masalah tersebut. 

Pada saat yang sama, Wall Street Journal menulis sebuah artikel yang meminta negara-negara lain untuk menghentikan perjalanan ke Tiongkok sampai negara tersebut dapat menangani penyakit ini dengan lebih baik. WHO juga mengatakan masyarakat tidak boleh mengunjungi Hong Kong dan Guangdong. 

Wabah SARS menyebabkan tekanan yang kuat kepada Tiongkok. Untuk mengatasi ancaman SARS, pemerintah mengambil tindakan yang tegas dan efektif. Dewan Negara bertemu pada tanggal 2 April untuk membahas sekuritisasi wabah SARS ini, diikuti oleh dua pertemuan lagi dalam waktu satu bulan. 

Komite Tetap Politbiro PKC juga mengadakan pertemuan darurat pada tanggal 17 April. Perdana Menteri Wen Jiabao, pada tanggal 13 April, secara terbuka mengakui bahwa meskipun beberapa kemajuan telah dicapai, situasi secara keseluruhan masih serius.

Pasca pertemuan 17 April, pemerintah mulai secara terbuka melaporkan jumlah kasus SARS di setiap provinsi setiap harinya. 

Kementerian Kesehatan secara resmi mengklasifikasikan SARS sebagai penyakit yang dipantau, dan meminta semua provinsi untuk melaporkan kasusnya setiap hari. Hal ini menjadikan para pemimpin daerah bertanggung jawab dalam penanganan SARS di wilayahnya.

Pemerintah juga mengirimkan tim inspeksi ke berbagai provinsi, memecat pejabat yang tidak memberikan respons yang baik terhadap krisis SARS. Lebih dari 120 pejabat dikenakan sanksi karena tanggapan mereka yang tidak memadai, dan hampir 1.000 pejabat lainnya menghadapi hukuman disiplin pada akhir bulan Mei. 

Tindakan ini membuat pejabat setempat semakin aktif memerangi SARS. Mereka mengkarantina orang, menutup area, dan mengintensifkan kampanye kesehatan. Mobilisasi ini menjangkau jutaan orang di seluruh Tiongkok, dan semua orang dari desa hingga kota berpartisipasi aktif dalam mencegah penyebaran penyakit ini.

Selama krisis SARS, Tiongkok melakukan kemajuan signifikan dalam koordinasi antar departemen dan lembaga, sehingga mempercepat pembentukan sistem tanggap darurat untuk masalah kesehatan masyarakat. 

Pemerintah juga mengambil tindakan langsung dengan mengalokasikan lebih banyak sumber daya untuk program ini dan menggalang dukungan dari sistem lain. Mereka membentuk dana nasional sebesar 2 miliar yuan (sekitar $US 250 juta) untuk pencegahan dan pengendalian SARS. 

Dana ini bertujuan untuk memperbaiki rumah sakit, membiayai perawatan bagi individu yang terkena dampak, dan membeli fasilitas medis yang diperlukan di berbagai daerah. Selain itu, pemerintah daerah menambahkan 7 miliar yuan (sekitar $US 875 juta) untuk upaya ini. Mereka juga memberikan pengobatan gratis kepada siapa pun yang menderita SARS di seluruh negeri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun