Misalnya, pemilih mungkin akan memilih pasangan calon nomor urut 01, Anies Baswedan - Muhaimin Iskandar, jika mereka percaya bahwa kebijakan yang diusung oleh pasangan calon tersebut akan memberikan manfaat yang signifikan bagi kepentingan pribadi mereka. Mereka mungkin melihat bahwa Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar memiliki rencana yang akan meningkatkan sektor-sektor yang relevan bagi mereka, seperti pendidikan atau agama, dan oleh karena itu memilih mereka sebagai pilihan yang paling rasional.
Di sisi lain, pemilih juga mungkin memilih pasangan calon nomor urut 02, Prabowo Subianto - Gibran Rakabuming Raka, jika mereka percaya bahwa pasangan calon tersebut akan memberikan manfaat yang lebih besar bagi kepentingan pribadi mereka. Mereka mungkin menganggap bahwa Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka memiliki rencana atau program yang lebih menguntungkan bagi bidang-bidang yang mereka pedulikan, seperti infrastruktur atau pertanian, dan karena itu memilih mereka sebagai pilihan yang paling rasional.
Selain itu, pemilih juga dapat memilih pasangan calon nomor urut 03, Ganjar Pranowo - Mahfud MD, jika mereka yakin bahwa pasangan calon tersebut akan memberikan manfaat yang paling optimal bagi kepentingan pribadi mereka. Mereka mungkin percaya bahwa Ganjar Pranowo dan Mahfud MD memiliki rencana atau program yang akan memberikan manfaat maksimal bagi masyarakat secara umum atau bagi sektor-sektor tertentu yang penting bagi mereka secara individual, dan oleh karena itu memilih mereka sebagai pilihan yang paling rasional.
Dalam setiap kasus, pemilih cenderung memilih berdasarkan pada manfaat yang diantisipasi dari kebijakan atau program-program yang diusung oleh setiap pasangan calon, tanpa terlalu dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial atau emosional. Ini menunjukkan bahwa dalam analisis perilaku memilih, asumsi bahwa pemilih bertindak secara rasional dan memaksimalkan kepentingan pribadi mereka memainkan peran penting dalam menentukan pilihan politik mereka.
Dinamika politik elektoral selama dan setelah Pemilihan Umum Presiden Indonesia 2024 telah menampilkan beragam strategi kampanye dari tiap pasangan calon. Dari analisis beberapa pendekatan perilaku pemilih mulai dari identifikasi partai, ideologi, pendekatan sosiologis, dan rational choice, terlihat bahwa setiap paslon memanfaatkan strategi yang berbeda untuk memperoleh dukungan pemilih. Paslon 01, dengan basis massa dari partai yang kuat dan kedekatan dengan nilai-nilai agama, berhasil menarik dukungan mayoritas dari masyarakat Muslim. Paslon 02, meskipun kurang menonjol dalam identifikasi partai, berhasil memperoleh dukungan dengan membangun momentum dari program-program pemerintahan sebelumnya dan menarik "silent majority". Sementara Paslon 03, mengandalkan dukungan kuat dari partai politik dengan basis massa yang solid, khususnya di beberapa provinsi besar. Terlepas dari pendekatan yang digunakan, pemilih cenderung memilih berdasarkan pertimbangan rasional atas kepentingan pribadi mereka, menunjukkan bahwa faktor sosial dan emosional tidak selalu menjadi penentu utama dalam perilaku memilih. Dengan demikian, Pemilihan Umum Presiden Indonesia 2024 menegaskan pentingnya strategi kampanye yang tepat dan fokus pada kepentingan pemilih dalam memenangkan dukungan politik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H