Mohon tunggu...
Fareh Hariyanto
Fareh Hariyanto Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa Klasik

Sedang menempa kanuragan di Jurusan Ahwalusasyhiah IAI Ibrahimy Genteng Bumi Blambangan Banyuwangi

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Bahasa Isyarat Pemersatu Umat

31 Oktober 2019   22:43 Diperbarui: 31 Oktober 2019   22:47 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wakil Gubernur Jawa Timur, Emil Elestianto Dardak saat hadir di acara Hari Bahasa Isyarat Internasional (HBI) tahun 2019 Foto. SINDOnews.com

Bahasa bisa dikatakan sebagai pusat dari segala keinginan umat manusia dari setiap interaksi. Komunikasi dengan menggunakan bahasa tidak hanya berasal dari dua dasar kegiatan manusia yang mafhum kita ketahui dengan berbicara dan mendengar saja.

Mengingat bahasa yang merupakan sesuatu hasil dari karya manusia untuk mengkomunikasikan berbagai pendapat, perasaan emosi ataupun hasrat. Selain itu juga bisa dimaknai sebagai alat atau sistem yang berkesinambungan guna menghasikan berbagai simbol-simbol.

Jadi bahasa bisa diartikan adalah manusia, bahasa itu tidak monoton, artinya bahasa itu bisa dipelajari dengan kata lain pemerolehan melalui belajar. Belajar bahasa sebagai sistem, jika sudah disepakati dapan menjadi simbol kebiasaan. (Graddol, 1997)

Bulan oktober ini ditetapkan sebagai bulan bahasa karena pada 28 Oktober 1928 para pendahulu bangsa kita mencetuskan Sumpah Pemuda dengan bahasa, bahasa Indonesia, sebagai butir ketiganya. Seiring perkembangannya bulan Oktober tidak disebut sebagai bulan bahasa saja, tapi bulan bahasa dan sastra.

Memang idealnya hal tersebut dilakukan sejak lama. Sebab meskipun bahan dasar sastra merupakan bahasa, kompleksitasnya kadang melampaui bahasa itu sendiri. Namun tulisan ini tidak akan membahas secara detail ikhwal bulan bahasa dan sastra dalam linieritasnya dengan Bahasa Indonesia.

Penulis justru tertarik untuk membincangkan seputar bahasa isyarat yang terkadang dianggap sebelah mata, pun penting manfaatnya. Sebab peneliti dari Laboratorium Riset Bahasa Isyarat (LRBI) Departemen Linguistik FIB UI Silva T.P Isma mengatakan bahasa isyarat sudah mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.

Ia menyebut penggunaan bahasa isyarat di berbagai ranah semakin banyak seperti di dalam seminar, lokakarya, media, kegiatan pengajaran dan kegiatan lainnya. Peningkatan itu berlandaskan pada kesadaran yang semakin luas di masyarakat dari berbagai latar belakang untuk menghadirkan bahasa isyarat.

Elemen Penting

Pada dasarnya fungsi bahasa sebagai alat komunikasi memiliki tiga elemen dalam penggunaannya. Yakni pembicara, pendengar dan sebuah sistem. Sistem penanda harus dimiliki oleh pembicara dan pendengar untuk digunakan berkomunikasi yang dimulai dari sipembicara kemudian si pendengar meneria tanda atau signal.

Berbicara bahasa isyarat, tidak terlepas dari komunikasi non verbal yang berhubungan dengan semua alat-alat komunikasi manusia seperti visual, gerak, taktik dan bahkan rasa.   Hal inilah yang menjadikan bahasa isyarat paling bernilai dan cara yang baik dimana orang-orang menyampaikan makna tanpa menggunakan kata-kata.

Komunikasi tersebut dapat menyampaikan tiga fungsi yang berbeda-beda dalam berinteraksi secara langsung. Pertama bahasa isyarat dapat mengkomunikasikan makna khusus melalui penggunaan bahasa isyarat.

Kedua, bahasa isyarat sebagai jaringan komunikasi yang kompleks dalam penyampaian pesan-pesan sehingga orang-orang dapat mengemukakan perasaan serta emosinya. Ketiga bahasa isyarat memegang peranan penting dalam ujaran sehingga dapat menolong terjadinya komunikasi yang efektif.

Fungsi tersebut dapat terjadi karena komunikasi bukan sekedar peristiwa atau sesuatu yang terjadi begitu saja. Namun lebih dari itu, komunikasi merupakan fungsional, bertujuan dan dirancang untuk mendatangkan efek suatu perubahan. Betapapun subtil dan tidak terdeteksi bagi lingkungan pendengar dan penutur. Komunikasi adalah serangkaian aksi-aksi komunikatif atau aksi wicara. (Brown, 2007:45)

Berdasarkan World Federation of the Deaf (WFD), sekitar 62 juta orang mengalami tuli di seluruh dunia. Sekitar lebih dari 80% dari mereka, tinggal di negara berkembang dan menggunakan lebih dari 300 bahasa isyarat berbeda.

Oleh karena hal tersebut Konvensi Hak-hak Penyandang Disabilitas mengakui dan mempromosikan penggunaan bahasa isyarat. Dalam konvensi tersebut memperjelas bahwa bahasa isyarat memiliki status yang sama dengan bahasa yang diucapkan,

Bahasa isyarat ini mencapai komunitas yang alamiah dan lebih gampang. Bahasa Isyarat pada dasarnya digunakan oleh orang-orang untuk mengekspresikan makna dari apa yang diucapkan. Setiap pengguna bahasa isyarat harus juga mengekspresikan bahasa tubuh mereka dan maksud yang ingin dicapai. 

Sementara jenis-jenis bahasa isyarat dapat dibagi berdasarkan bahasa isyarat secara simbolis dari keseharian si penggunanya masing-masing. Sehingga cukup penting melestarikan bahasa isyarat sebagai bagian dari keanekaragaman bahasa yang ada di dunia.

Perhatian Serius 

Tidak hanya kalangan disabilitas saja yang masif menggunakan bahasa ini. Bagi wisatawan yang melakukan perjalanan ke luar negeri, bahasa sering menjadi kendala tersendiri. Lebih susah lagi, jika negara yang dikunjungi menggunakan bahasa daerah mereka, bukan lagi bahasa inggris atau bahasa arab.

Pemkab Banyuwangi sendiri yang sadar jika daerahnya kini menjadi jujukan wisatawan dari mancanegara juga memberi perhatian dengan peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM). Bahkan sejak tahun 2015 Pemkab mengalokasikan anggaran Rp 1 miliar dari APBD 2015 untuk melatih warga berbahasa asing. Kala itu ada tiga bahasa asing yang akan diajarkan yaitu Bahasa Inggris, Bahasa Mandarin dan Bahasa Arab

Sempat berhenti ditahun 2016, kursus bahasa asing pun berlanjut di tahun 2017 dengan berbasis Desa yang digelar gratis. Kursus ini masih berfokus pada tiga bahasa seperti tahun 2015. Pun sudah ada upaya peningkatan SDM kadang tetap ada kendala karena mayoritas wisatawan yang datang dari pelbagai belahan dunia. 

Walakin saat wisatawan tak bisa menggunakan ketiga bahasa tersebut, jadilah bahasa isyarat yang bisa mempersatukan umat manusia dari berbagai penjuru dunia. Meski memiliki maksud dan tujuan yang sama dengan isyarat semua seperti tidak terencana.

Penulis sendiri yang tumbuh dan besar di Semarang saat pertama kali datang di Afdeling Kalitajem Kebun Kendenglembu Desa Karangharjo Kecamatan Glenmore Banyuwangi juga sempat mengaplikasikan bahasa isyarat. Bukan tanpa alasan hal itu digunakan, karena mayoritas bahasa yang digunakan di Desa itu merupakan bahasa madura yang cukup asing bagi penulis. 

Akhirulkalam, apapun bahasa yang kita gunakan semoga tetap menjadi pemersatu. Tanpa menafikan Bahasa Indonesia agar tetap jadi tuan rumah di negeri sendiri. Pun tak menutup kemungkinan untuk kita bisa menguasai bahasa lain. Minimal bahasa isyarat yang tersirat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun