Perkembangan teknologi saat ini sudah semakin pesat dan cepat, komunikasi secara tatap muka secara singkat digantikan oleh media sosial yang tidak mengenal jarak dan batas. Hal tersebut membuat media sosial sudah menjadi perangkat yang wajib ada pada setiap orang yang memiliki telepon genggam.Â
Dengan biaya yang murah, seseorang dapat berkomunikasi tanpa perlu memikirkan biaya yang mahal, berbeda dengan fitur telepon dan SMS konvensional yang memakan cukup banyak biaya, dengan banyaknya kemudahan yang didapat, media sosial membuat seseorang tentunya menjadi ketergantungan.
Media sosial pada dasarnya adalah media online yang menggunakan internet. Seperti yang didefinisikan oleh Kaplan dan Haenlein (2010), media sosial adalah sebuah layanan aplikasi berbasis internet dimana penggunanya bisa berbagi banyak hal, seperti sudut pandang ataupun pengalamannya. Adapun secara lebih terperinci, Heinich (2005) mengatakan bahwa media sosial berasal dari kata "medium"; "perantara" yaitu perantara antara sumber pesan dengan penerima pesan.
Saat ini perkembangan media sosial tidak hanya sebatas untuk mengirim dan menerima pesan saja, tetapi juga sebagai hiburan dan bahkan telah melampaui itu. Misalnya saja penyampaian pesan dari pengguna YouTube yang berbentuk video, atau penyampaian pesan melalui status Facebook, dan orang-orang dapat berkomentar terhadap unggahan status tersebut, yang berujung kepada ruang diskusi pada kolom komentar antar pengguna Facebook.
Jika kita lihat secara data, dilansir dalam Data Reportal (2022), total pengguna Internet di Indonesia mencapai 204,7 juta jiwa dan 191,4 juta diantaranya aktif dalam menggunakan media sosial.Â
Menurut survei yang dilakukan oleh Google pada awal tahun 2022, sebanyak 139 juta penduduk di Indonesia adalah pengguna YouTube. Melihat potensi tersebut tentu sangat besar bagi perusahaan yang bergerak di bidang digital untuk terus berinovasi untuk membuat konsumennya menjadi kecanduan terhadap media sosial.
Salah satu media sosial yang sedang berkembang saat ini adalah TikTok, hanya dalam waktu 3 tahun TikTok sudah memiliki 1 miliar pengguna aktif di seluruh dunia, sedangkan Instagram membutuhkan waktu 6 tahun untuk mencapai angka tersebut. Dengan penggunanya menghabiskan rata-rata 52 menit pada aplikasi ini. Hal ini membuat TikTok menjadi saingan perusahaan-perusahaan besar di seluruh dunia.
Dengan memanfaatkan kombinasi dari musik, video singkat, dan perangkat editing video yang mudah, TikTok dapat dengan mudah menarik penggunanya. Meskipun pada awalnya TikTok menjadi kontroversi di beberapa negara karena kebijakan privasi yang menyangkut persoalan politik dan keamanan.
Termasuk di Indonesia itu sendiri, TikTok sempat menjadi perdebatan pada 2018 karena dinilai negatif untuk anak-anak. Pada tahun yang sama, seseorang dengan account @bowo_allpennliebe mempopulerkan TikTok melalui unggahan video TikTok-nya melalui Instagram.
Yang pada awalnya TikTok dipandang sebagai aplikasi untuk karaoke atau lip sync lagu, TikTok kini bertransformasi menjadi media sosial yang menampilkan informasi berupa video singkat, padat, dan jelas.Â
Cara TikTok meraih peminatnya juga tidak luput dari kemajuan teknologi di setiap akun penggunanya berdasarkan minat mereka terhadap suatu hal, TikTok menyebut teknologi mereka dengan "fyp" atau For Your Page.Â
Singkatnya, informasi atau video yang ditampilkan ke setiap orang akan bergantung kepada minat mereka, berdasarkan pengumpulan data yang TikTok lakukan.
 Perbedaan konten TikTok yang ditampilkan setiap pengguna tentu berbeda berdasarkan ketertarikan mereka. Misalnya jika dikategorikan berdasarkan generasi, milenial lebih cenderung mengunggah konten mengenai pengalamannya, konten-konten edukasi menyangkut pekerjaannya, seperti cara berinvestasi, kesehatan dan masih banyak lagi. Berbeda dengan generasi Z yang mungkin akan lebih banyak mengunggah konten hiburan.
Alasan remaja menggunakan TikTok sebagai tren masa kini tidak luput untuk memenuhi kebutuhan interaksi sosialnya, serta sarana mengekspresikan diri melalui konten video.Â
Dari kategorisasi tersebut, secara sekilas TikTok membantu penggunanya untuk menentukan personal brandingnya. Lebih lanjut, pengguna TikTok juga menunjukkan siapa dia, apa yang diyakini, serta apa yang membuatnya unik.
Menurut Mc Nally & Speak (2013), personal branding dibentuk atas 3 hal, yaitu kompetensi, standar dan gaya. Kemudian personal branding bertujuan untuk memasarkan sesuatu pada orang lain, sekaligus menarik persepsi publik (Johnson, 2017).Â
Dengan kemunculan TikTok sebagai media baru dengan tampilan yang bersahabat, hal tersebut kini menjadi alat promosi paling efektif untuk memperkenalkan personal branding seseorang ataupun sebuah produk dan merek di media sosial.
Kemudian fitur andalan lainnya yang membuat TikTok sangat terlihat sangat simple adalah mengenai user generated content, yakni bahwa pengguna tidak hanya memproduksi kontennya, melainkan juga mengonsumsi konten buatan pengguna lainnya. Ditambah adanya teknologi algoritma fyp, maka pengguna TikTok dengan ketertarikan yang sama akan mudah saling bertemu.
Hal tersebut mendorong partisipasi setiap pengguna untuk menentukan konten manakah yang layak untuk disebarluaskan secara lebih jauh, jika partisipasi pengguna lain terhadap suatu konten tinggi, tentunya akan mendorong konten tersebut lebih tersebarluaskan dan menjadi viral.Â
Ini dapat dijelaskan dengan konsep disposition oleh Pierre Bourdieu, yaitu seseorang akan lebih nyaman jika berhubungan dengan orang lain yang memiliki ketertarikan yang sama, dan ini akan membentuk pola hubungan yang berkelanjutan.
Dengan cakupan yang luas, TikTok kerap dimanfaatkan sebagai cara untuk meningkatkan banyak hal, mulai dari branding, memperluas koneksi, dan bahkan pemasaran suatu produk. Pengguna TikTok berusaha untuk memproduksi sebuah konten yang berbeda dari pengguna lainnya untuk meningkatkan ciri khasnya masing-masing.
Adanya ciri khas masing-masing antar pengguna, pengguna TikTok akan dengan lebih mudah diingat oleh pengguna lainnya. Misalnya, penyampaian konten edukasi investasi dengan singkat dan menyenangkan oleh suatu pengguna. Hal ini akan mendorong apa yang disebut sebagai brand awareness, yaitu pengingatan secara berulang akan sesuatu.Â
Contohnya jika mereka ingin menonton konten mengenai investasi maka mereka sudah tahu harus menuju kepada pengguna yang mana, dan TikTok dapat dijadikan media sosial yang mendukung terciptanya sebuah brand awareness.
Oleh karena itu, TikTok dinilai sebagai salah satu media komunikasi yang cukup efektif dan efisien untuk membangun serta memasarkan sesuatu dibandingkan periklanan yang membutuhkan biaya besar. Dengan mengandalkan kreativitas, setiap orang, tanpa memandang materi, fisik, dan darimana ia berasal dapat membuat dirinya dikenal oleh publik. Khususnya bagi seseorang yang sedang merintis sebuah bisnis.
TikTok, dapat secara signifikan bisa menyampaikan pesan-pesan produk atau dengan kata lain dapat mengkomunikasikan fitur-fitur dan benefit-benefit dari sebuah brand.Â
Komunikasi pemasaran yang dilakukan melalui aplikasi Tik Tok ini selain dapat memberikan informasi yang lengkap mengenai produk juga akan memberikan dampak terbangunnya pengetahuan khalayak akan merek yang sedang dikomunikasikan.
Didorong dengan jiwa sukarelawan antar pengguna TikTok yang cukup tinggi (voluntarisme), jika sudah berhubungan dengan minat dan kesukaan mereka, brand awareness yang menarik dapat berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan pembelian.Â
Hal itu bisa dilacak dari motivasi pengguna lain yang akan terdorong dengan cepat untuk memviralkan konten-konten yang hangat dan menjadi topik pembahasan yang sedang tren. TikTok sudah dapat memonopoli perubahan secara efektif dan efisien bagi dunia periklanan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H