Singkatnya, informasi atau video yang ditampilkan ke setiap orang akan bergantung kepada minat mereka, berdasarkan pengumpulan data yang TikTok lakukan.
 Perbedaan konten TikTok yang ditampilkan setiap pengguna tentu berbeda berdasarkan ketertarikan mereka. Misalnya jika dikategorikan berdasarkan generasi, milenial lebih cenderung mengunggah konten mengenai pengalamannya, konten-konten edukasi menyangkut pekerjaannya, seperti cara berinvestasi, kesehatan dan masih banyak lagi. Berbeda dengan generasi Z yang mungkin akan lebih banyak mengunggah konten hiburan.
Alasan remaja menggunakan TikTok sebagai tren masa kini tidak luput untuk memenuhi kebutuhan interaksi sosialnya, serta sarana mengekspresikan diri melalui konten video.Â
Dari kategorisasi tersebut, secara sekilas TikTok membantu penggunanya untuk menentukan personal brandingnya. Lebih lanjut, pengguna TikTok juga menunjukkan siapa dia, apa yang diyakini, serta apa yang membuatnya unik.
Menurut Mc Nally & Speak (2013), personal branding dibentuk atas 3 hal, yaitu kompetensi, standar dan gaya. Kemudian personal branding bertujuan untuk memasarkan sesuatu pada orang lain, sekaligus menarik persepsi publik (Johnson, 2017).Â
Dengan kemunculan TikTok sebagai media baru dengan tampilan yang bersahabat, hal tersebut kini menjadi alat promosi paling efektif untuk memperkenalkan personal branding seseorang ataupun sebuah produk dan merek di media sosial.
Kemudian fitur andalan lainnya yang membuat TikTok sangat terlihat sangat simple adalah mengenai user generated content, yakni bahwa pengguna tidak hanya memproduksi kontennya, melainkan juga mengonsumsi konten buatan pengguna lainnya. Ditambah adanya teknologi algoritma fyp, maka pengguna TikTok dengan ketertarikan yang sama akan mudah saling bertemu.
Hal tersebut mendorong partisipasi setiap pengguna untuk menentukan konten manakah yang layak untuk disebarluaskan secara lebih jauh, jika partisipasi pengguna lain terhadap suatu konten tinggi, tentunya akan mendorong konten tersebut lebih tersebarluaskan dan menjadi viral.Â
Ini dapat dijelaskan dengan konsep disposition oleh Pierre Bourdieu, yaitu seseorang akan lebih nyaman jika berhubungan dengan orang lain yang memiliki ketertarikan yang sama, dan ini akan membentuk pola hubungan yang berkelanjutan.
Dengan cakupan yang luas, TikTok kerap dimanfaatkan sebagai cara untuk meningkatkan banyak hal, mulai dari branding, memperluas koneksi, dan bahkan pemasaran suatu produk. Pengguna TikTok berusaha untuk memproduksi sebuah konten yang berbeda dari pengguna lainnya untuk meningkatkan ciri khasnya masing-masing.
Adanya ciri khas masing-masing antar pengguna, pengguna TikTok akan dengan lebih mudah diingat oleh pengguna lainnya. Misalnya, penyampaian konten edukasi investasi dengan singkat dan menyenangkan oleh suatu pengguna. Hal ini akan mendorong apa yang disebut sebagai brand awareness, yaitu pengingatan secara berulang akan sesuatu.Â
Contohnya jika mereka ingin menonton konten mengenai investasi maka mereka sudah tahu harus menuju kepada pengguna yang mana, dan TikTok dapat dijadikan media sosial yang mendukung terciptanya sebuah brand awareness.
Oleh karena itu, TikTok dinilai sebagai salah satu media komunikasi yang cukup efektif dan efisien untuk membangun serta memasarkan sesuatu dibandingkan periklanan yang membutuhkan biaya besar. Dengan mengandalkan kreativitas, setiap orang, tanpa memandang materi, fisik, dan darimana ia berasal dapat membuat dirinya dikenal oleh publik. Khususnya bagi seseorang yang sedang merintis sebuah bisnis.