Mohon tunggu...
Fardan Mubtasir
Fardan Mubtasir Mohon Tunggu... Guru - Human, Culture, and Society

Seseorang yang sedang belajar menjadi manusia dan belajar berbagi coretan-coretan sederhana yang bisa berdampak positif terhadap sekitar.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Senyum Terindah Manusia Terpilih

29 September 2024   09:37 Diperbarui: 29 September 2024   09:41 412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sekali lagi, Elisha mulai menggerakan tangannya untuk membalas pertanyaanku.

"Elisha bilang kalo dia disini lagi main sama saya sambil menunggu kedatangan Ayah nya, Kak Renja." Sang Ibu yang melihat itu bergegas menyampaikan sesuatu kepadaku.

"Memangnya ayah Elisha lagi dimana?" tanyaku.

Ibu nya mulai menjelaskan pertanyaanku kepada Elisha dengan menggunakan bahasa isyarat. Elisha yang mengerti mulai menggerakan tangannya lagi untuk membalas pertanyaanku.

"Ayah lagi beli balon dan es krim untuk aku kak, jadi aku disuruh untuk menunggu bersama ibu disini." Jawab sang Ibu yang menerjemahkan perkataan Elisha.

 "Sekarang Elisha umur berapa?" Aku tersenyum mendengar hal itu.

Elisha mengangkat 6 jari nya kepada ku sembari tersenyum sebagai jawaban atas pertanyaan ku setelah mendengar apa yang ibunya sampaikan, mengatakan bahwa usianya 6 tahun. Percakapan terus berlanjut hingga aku mulai tersadar ketika melihat jam di arlojiku yang sudah mengarah pada pukul 12 siang, dengan terpaksa aku harus mengakhiri obrolan dengan Elisha karena ayah akan segera pulang, aku tidak ingin Ayah mengetahui bahwa aku dan ibu sedang bertengkar.

"Elisha, Kakak pulang dulu ya? Terimakasih juga untuk Ibu karena sudah mengizinkan Renja untuk mengobrol dengan Elisha. Sehat selalu ya untuk Ibu dan Elisha, semoga Elisha selalu bahagia." Aku mengakhiri percakapan dengan sopan dan segera beranjak setelah mendengar balasan serupa dari Ibu Elisha.

"Sepertinya aku sudah mengetahui tujuanku." Batin ku sambil tersenyum.

Elisha, perempuan kecil itu tidak hanya cantik dengan fisiknya tetapi juga indah dengan bahasa isyarat yang dia gunakan, lalu mataku fokus tertuju padanya setiap kali dia mulai menggerakan tangan kecilnya. Rasanya ikut bahagia ketika melihat dia semangat menceritakan kisahnya, dan kepribadiannya yang ceria ikut membuatku merasa senang untuk berbincang dengannya.

Kurasa aku hampir lupa alasan utama yang membuatku ingin menjadi relawan untuk para difabel. Dulu sekali ketika aku berusia 4 tahun dan Kak Arza berusia 7 tahun, Kak Arza mungkin memiliki masalah dengan kesehatan mentalnya, akan tetapi kakak tak pernah sekalipun memperlakukan aku yang saat itu masih kecil dengan buruk. Seringkali ia berusaha membantuku untuk mengambilkan mainan dan memberi sebagian makanannya untukku, bahkan kakak pernah mengajarkanku untuk menggambar saat ia sendiri sedang sedih.

Dibalik semua itu, senyuman Kak Arza adalah senyuman terindah yang pernah kulihat dan menjadi alasan diriku untuk melangkah selama ini. Sama hal nya seperti senyum Elisha, aku merasa senyum mereka selalu tulus hingga membuatku merasa nyaman. Mungkin alasan pertamaku adalah untuk melihat semua senyum tulus dan bahagia dari semua anak yang memiliki kekurangan.

"Kenapa Kak Arza harus mengalami hal seperti ini ya? Waktu itu pasti tidak ada orang yang bisa mengerti dia sama sekali di rumah." Aku tersenyum getir ketika menyadari apa yang baru saja dipikirkan.

"Kurasa setelah ini aku harus meminta maaf pada Ibu dan memberitahukan mengenai pilihanku sendiri, aku harus bisa meyakinkan ibu." Batin ku.

Aku tidak ingin melaksanakan sesuatu yang tidak kusukai dengan terpaksa lagi, aku akan fokus dengan mimpi dan cita-citaku untuk menjadi relawan bagi orang-orang disabilitas.

Cr: Raihana Fauziyah

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun