Mohon tunggu...
Fardan Mubtasir
Fardan Mubtasir Mohon Tunggu... Guru - Human, Culture, and Society

Seseorang yang sedang belajar menjadi manusia dan belajar berbagi coretan-coretan sederhana yang bisa berdampak positif terhadap sekitar.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Nilai Akademik Tidak Selalu Menjadi Faktor Utama Seseorang dalam Meraih Kesuksesan

30 Agustus 2024   07:18 Diperbarui: 2 September 2024   13:59 563
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi kesuksesan. Sumber: pixabay.com

Kesuksesan bukanlah hal yang mudah bagi seseorang agar bisa mewujudkannya, kita diharuskan berusaha lebih keras dan memanfaatkan waktu sebanyak yang kita bisa, tidak jarang pula kita merasakan kegagalan dari kerasnya usaha dan waktu yang sudah banyak terpakai.

Terlepas dari itu semua, salah satu cara untuk mewujudkan kesuksesan yang kita impikan adalah dengan cara memanfaatkan prestasi yang kita punya, baik prestasi akademik maupun prestasi non-akademik.

Salah satu contohnya seperti memenangkan kejuaraan baik dalam kelas maupun dalam lomba pada salah satu bidang ekstrakurikuler setelah mengesahkan usaha di dalamnya.

Namun banyak dari kita dan beberapa masyarakat menganggap bahwa prestasi hanya dapat dilihat dari seberapa besar seseorang mendapatkan nilai ketika belajar di dalam kelas yang biasa disebut dengan nilai akademik.

Tidak jarang para orangtua mendukung pernyataan bahwa seseorang akan sukses ketika memiliki nilai akademik yang tinggi. Salah satu contohnya ketika mendapat nilai yang tinggi maka seorang anak akan dibangga-banggakan dan diberikan apapun yang anak itu inginkan.

Begitu pula sebaliknya, ketika anak tersebut mendapat nilai yang rendah maka beberapa orang tua akan memberikan konsekuensi dengan memarahi anak, atau yang paling umum dilakukan oleh para orangtua adalah dengan membandingkan anaknya sendiri dengan anak orang lain.

Meskipun tidak semua begitu, namun setiap anak tidak bisa disamaratakan karena mereka memiliki keahlian pada bidangnya masing-masing, dan seharusnya yang dilihat adalah bagaimana dan sekeras apa anak itu berproses, bukan melihat seberapa besar yang dihasilkan.

Maka dengan begitu seorang anak akan mengerti bagaimana semua hal selalu berproses dan semua hal tidak dapat langsung terjadi sesuai keinginan.

Target dan definisi seseorang dalam hal kesuksesan pasti berbeda-beda. Seseorang merasa sukses ketika sudah mempunyai pekerjaan tetap dan sudah bisa mencicil rumah.

Lalu yang lainnya merasa sukses ketika sudah bisa memberikan apa yang didapatkan kepada orang tuanya, dan yang selanjutnya merasa sukses ketika bisa merasakan bahagia bersama orang-orang disekitarnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun