Mohon tunggu...
Inovasi

Lubang Resapan Biopori sebagai Solusi Penanganan Banjir di Kawasan Pemukiman Graha Sapta, Semarang

21 September 2016   22:32 Diperbarui: 21 September 2016   22:43 1433
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat ini, isu dan permasalahan lingkungan terus berkembang dan semakin kompleks. Bertambahnya jumlah penduduk dan kebutuhan umum pasti akan berpengaruh terhadap tingkat pembangunan suatu wilayah. Semakin banyaknya lahan terbangun maka tingkat alih fungsi lahan juga semakin tinggi dan Ruang Terbuka Hijau (RTH) semakin berkurang. Pengalihan fungsi lahan tersebut dapat berdampak negatif terhadap lingkungan, bahkan dapat menyebabkan bencana alam yang tentunya merugikan manusia.

Salah satu bencana yang mungkin terjadi akibat pengalihan fungsi lahan dan berkurangnya RTH adalah banjir. Banjir dapat dijumpai di wilayah perkotan maupun pedesaan. Tentu saja banjir yang terjadi akan berdampak pada banyak aspek, baik terhadap wilayah yang terkena banjir itu sendiri maupun wilayah disekitar tempat banjir. Melihat dari buruknya dampak banjir, maka sebagai manusia yang harus bertanggung jawab atas kelestarian alam, kita harus berupaya menanggulangi dan sebisa mungkin mencegahnya. Pengalihan fungsi lahan dan berkurangnya RTH dapat mengurangi daya resap tanah terhadap air, sehingga air hujan akan mengalir dipermukaan dan berakhir di sungai dan di suatu daerah yang terdapat cekungan tanah maka air tersebut akan tergenang. Kapasitas sungai untuk menampung limpasan air permukaan ada batasnya, sehingga apabila limpasan air permukaan melebihi batas maka bisa terjadi banjir.

Hal ini juga terjadi di wilayah pemukiman Graha Sapta, kelurahan Pedalangan, kecamatan Banyumanik, Semarang. Di wilayah tersebut terdapat sungai Krengseng yang mana memiliki tekanan penduduk yang tinggi serta terjadi konversi lahan terbuka menjadi lahan terbangun. Akibatnya, terjadi penurunan kemampuan lahan meresapkan air ke tanah sehingga air limpasan langsung masuk ke sungai krengseng dan membuat meningkatkan debit yang menyebabkan banjir lokal di wilayah tersebut. 

Dimana hampir bisa dikatakan, setiap hujan turun dengan intensitas yang tinggi maka akan menyebabkan banjir didaerah tersebut. Masalah ini sebenarnya dapat diatasi denganpenanaman pohon, sehingga tanah yang ditumbuhi akar dapat menyimpan air lebih banyak dan menjaganya lebih lama. Akan tetapi, penanaman pohon butuh waktu yang tidak singkat dan lahan yang cukup luas untuk bisa menumbuhkan akar yang kokoh.

Berkaitan dengan kurang efektifnya penanaman pohon di daerah pemukiman, maka cara lain sebagai solusi dari pemasalahan banjir ini adalah membuat Lubang Resapan Biopori. Pembuatan biopori dapat dipilih dimana air akan berkumpul atau bisa juga dengan mengatur agar air mengalir ke lubang biopori tersebut. Selain itu, lubang resapan biopori juga dapat dibuat di saluran pembuangan air hujan, sehingga akan mengubah fungsi saluran dari saluran pembuangan menjadi saluran peresapan air hujan. Sehingga air akan terserap ke dalam halaman rumah dan tidak menjadi beban bagi saluran drainase, yang pada akhirnya tidak menambah genangan aliran air di permukaan tanah yang berakibat banjir.

Apa itu Lubang Resapan Biopori (LRB)?

Lubang Resapan Biopori menurut Peraturan Menteri Kehutanana Nomor: P.70/Menhut-II/ 2008/ Tentang Pedoman Teknis Rehabilitasi Hutan dan Lahan, adalah lubang-lubang di dalam tanah yang terbentuk akibat berbagai aktivitas organisme di dalamnya, seperti cacing, perakaran tanaman, rayap, dan fauna tanah lainnya. Lubang-lubang yang terbentuk akan terisi udara dan akan menjadi tempat berlalunya air dalam tanah.

Lubang resapan biopori berbetuk  silindris yang dibuat vertikal ke dalam tanah dengan diameter 10-30 cm dan kedalamannya sekitar 80-100 cm atau tidak melebihi kedalaman muka air tanah. Lubang tersebut diisi sampah organik (bisa menampung sampai 7,8 liter sampah) yang dijadikan sebagai sumber energi bagi organisme di dalam tanah sehingga aktivitas mereka akan meningkat. Dengan meningkatnya aktivitas organisme tanah tersebut maka akan semakin banyak biopori yang terbentuk.Akibatnya, air bisa teresap oleh tanah sehingga memperbesar daya tampung tanah terhadap air hujan dan bisa mengurangi limpasan air hujan yang turun ke sungai.Teknologi ini juga dinamakan mulsa vertikal karena teknologi ini mengandalkan jasa hewan tanah untuk membentuk pori-pori tanah.  Prinsip LRB ini adalah menghindari air hujan yang mengalir ke daerah yang lebih rendah dan membiarkannya terserap ke dalam tanah melalui LRB tersebut.

Dalam pembuatan lubang resapan biopori terdapat beberapa persyaratan agar biopori dapat bekerja secara maksimal, yaitu tanah harus mudah meloloskan air, dibangun tidak melebihi kedalaman permukaan air tanah, harus menggunakan sampah organik, pemantauan dan pengisian sampah kembali karena sampah yang berada di LRB bisa menyusut dan berkurang, jarak antar LRB antara 50-100 cm, dibuat ditempat khusus seperti di sekeliling pohon, pada tanah kosong, disekitar rumah, dsb.

Manfaat Lubang Resapan Biopori

Teknologi Lubang Resapan Biopori (LRB) ini memiliki banyak manfaat, berikut ini adalah beberapa manfaat dari LRB :

  • Meningkatkan daya resap air, sehingga bisa menambah cadangan air tanah
  • Mengurangi genangan air sehingga dapat menghindari sumber penyakit
  • Mencegah banjir,meningkatnya daya resap air ke tanah akan mengurangi jumalah air limpasan dan air yang ada dipermukaan akan segera masuk ke tanah dan tidak semua berakhir di sungai, sehingga lingkungan dapat terhindar dari banjir
  • Sebagai tempat pembuangan sampah organik dan mengubahnya menjadi kompos alami sehingga volume sampah organik dapat berkurang
  • Menyuburkan tanaman, sampah organik yang dibuang ke lubang biopori akan menjadi makanan atau energi bagi organisme tanah seperti cacing dan rayap, organisme tersebut dapat mengubah sampah organik tersebut menjadi kompos alami sehingga tanah menjadi subur.
  • Meningkatkan kualitas air tanah, organisme tanah mampu menguraikan sampah organik menjadi mineral-mineral yang kemudian dapat larut dalam air.
  • Mencegah terjadinya erosi tanah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun