Mohon tunggu...
Farasya Latifa Zahrah
Farasya Latifa Zahrah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang

hobi saya adalah tidur dan bermain basket

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pengaruh Materialisme terhadap Cara Pandang Masyarakat dalam Pendidikan

28 Juni 2023   22:22 Diperbarui: 28 Juni 2023   22:40 425
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Latar Belakang 

Pendidikan adalah aspek universal yang selalu harus ada dalam kehidupan manusia. Tanpa pendidikan manusia tidak akan pernah berkembang dan berbudaya disamping itu, kehidupan juga akan menjadi statis tanpa ada kemajuan, bahkan bisa jadi akan mengalami kemunduran dan kepunahan. Oleh karena itu, menjadi fakta yang tak berbantahkan bahwa pendidikan adalah sesuatu yang niscaya dalam kehidupan manusia.

Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan manusia, ini berarti bahwa setiap manusia Indonesia berhak mendapatkannya dan diharapkan untuk selalu berkembang didalamnya, Pendidikan tidak akan ada habisnya, Pendidikan secara umum mempunyai arti suatu proses kehidupan dalam mengembangkan diri tiap individu untuk dapat hidup dan melangsungkan kehidupan. Sehingga menjadi seorang yang terdidik itu sangat penting.Manusia dididik menjadi orang yang berguna baik bagi Negara,Nusa dan Bangsa.

Teori Materialisme ini menekankan bahwa pentingnya dunia fisik dan pengaruhnya terhadap individu dan masyarakat. Menurut pandangan ini, segala sesuatu, termasuk ide, budaya, dan agama, dapat diturunkan atau dijelaskan melalui akar-akar material. Misalnya, keyakinan agama mungkin dianggap sebagai produk dari kondisi sosial, ekonomi, pendidikan, dan budaya yang menghasilkan sistem kepercayaan tertentu. Menurut pandangan materialisme, segala fenomena dan keberadaan dapat dijelaskan melalui interaksi materi dan energi, serta hukum-hukum alam yang mengaturnya. Dalam konteks ini, pikiran, jiwa, dan kesadaran dipandang sebagai hasil dari proses fisik dan kimia yang terjadi dalam otak.

Di era global saat ini terutama pada dunia datar (dunia maya) secara langsung maupun tidak langsung banyak mengandung ideologi asing yang gencar menerpa masyarakat Indonesia. Hal ini terkadang tidak disadari oleh masyarakat kita, bahkan mereka juga menganggap bahwa nilai-nilai dan ideologi asing justru menjadi pandangan hidupnya seperti materialisme, hedonisme, konsumerisme. Materialisme dalam hal ini diartikan sebagai sikap hidup yang mengagungkan materi atau benda-benda.

Ukuran keberhasilan atau kesuksesan seseorang dipandang dari sudut materi yang dimiliki (uang, harta benda/kekayaan) sehingga sering mengabaikan etos kerja dan nilai-nilai kemanusiaan. Dengan demikian lama kelamaan orang menjadi kurang menghargai orang lain dari sisi spiritualitasnya (seseorang dihargai karena kekayaan materi, bukan kekayaan batin yang dimiliki). 

Hedonisme adalah suatu paham dan sikap hidup yang mengejar kenikmatan dan kesenangan duniawi dengan orientasi pada pemuasan kebutuhan hidup secara fisik, seperti senang menikmati makanan mahal/berkelas, gaya hidup metropolit dengan dunia gemerlap di mana seks bebas, merokok, narkoba, minum alkohol menjadi bagian yang sering tak dapat dipisahkan. Gejala yang lain adalah kecenderungan masyarakat Indonesia yang tampak menggejala saat ini adalah konsumerisme, yaitu suatu sikap dan gaya hidup yang lebih senang berposisi sebagai pengguna (konsumen) dari pada produsen. Kecenderungan konsumtif yang berlebihan ditandai dengan membeli atau memiliki barang-barang yang sebenarnya tidak dibutuhkan, melainkan sekedar karena diinginkan (Rukiyati dkk. 2012).

Permasalahn

Pendidikan sebagai jalan untuk mencapai kesuksesan finansial dalam pandangan materialistik, pendidikan dipandang sebagai sarana untuk mendapatkan pekerjaan yang baik dan penghasilan yang tinggi di masa depan. Masyarakat cenderung mengukur keberhasilan pendidikan seseorang berdasarkan kemampuan mereka untuk memperoleh pekerjaan dengan gaji tinggi dan memperoleh kekayaan materi.

Fokus pada prestise dan status sosial masyarakat yang terpaku pada materialisme seringkali memandang pendidikan sebagai cara untuk mencapai prestise dan status sosial yang lebih tinggi. Mereka cenderung mengejar pendidikan yang dianggap bergengsi atau institusi pendidikan yang terkenal sebagai sarana untuk meningkatkan citra sosial dan pengakuan dari lingkungan sekitar.

Mengukur nilai pendidikan dengan keinginan akademik dalam pandangan materialistik, nilai pendidikan sering diukur berdasarkan keinginan akademik seperti nilai ujian, peringkat kelas, atau perolehan gelar. Masyarakat cenderung menilai prestasi seseorang dalam pendidikan berdasarkan kemampuan material yang dapat dilihat secara langsung.

Persepsi pendidikan sebagai investasi finansial, banyak masyarakat yang materialistik melihat pendidikan sebagai investasi finansial yang akan menghasilkan pengembalian yang menguntungkan di masa depan. Mereka mungkin melihat biaya pendidikan sebagai investasi yang wajar jika dapat memberikan peluang pekerjaan yang lebih baik dan penghasilan yang lebih tinggi di kemudian hari.

Manfaat Penulisan

Artikel ini memberikan pemahaman lebih mendalam terkait pentingnya pendidikan yang tidak dapat diukur dalam aspek materialisme. Semua orang bisa menempuh pendidikan baik itu yang formal maupun yang informal. Melalui artikel ini pembaca bisa mengetahui bahwa pendidikan itu bukan hanya mengenai materialisme tetapi bagaimana cara mengembangkan mindset serta ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang. Pembaca juga bisa mendapatkan wawasan terkait pentingnya pendidikan yang akan menjadikan masyarakat menjadi lebih sadar akah hal tersebut.

Metodelogi

Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif karaena melihat dari fenomena atau realitas yang ada dan bersifat nyata. Pendeketan ini bertujuan menggambarkan secara detail yang terjadi saat ini. Pada metode ini kita bisa menganalisis, melihat secara langsung terkait kondisi saat ini.

Kajian Pustaka

Richins, M. L., & Dawson, S. (1992). A consumer values orientation for materialism and its measurement: Scale development and validation. Journal of Consumer Research, 19(3), 303-316.

Penelitian ini mengembangkan dan memvalidasi skala pengukuran orientasi nilai konsumen untuk materialisme. Dengan menggunakan skala yang teruji, penelitian ini memberikan pemahaman tentang bagaimana nilai-nilai konsumen yang terkait dengan materialisme dapat memengaruhi sikap dan perilaku individu terhadap pendidikan dan pemahaman mereka terhadap nilai-nilai pendidikan.

Sagiv, L., & Schwartz, S. H. (2000). Value priorities and subjective well-being: Direct relations and congruity effects. European Journal of Social Psychology, 30(2), 177-198.

Artikel ini membahas hubungan antara prioritas nilai individu dan kesejahteraan subjektif. Penelitian ini mengidentifikasi pengaruh nilai-nilai materialistik dan non-materialistik terhadap pandangan masyarakat tentang kebahagiaan dan kepuasan hidup. Melalui pendekatan ini, artikel ini dapat memberikan wawasan tentang bagaimana pandangan masyarakat dalam pendidikan dapat dipengaruhi oleh prioritas nilai materialistik atau non-materialistik.

Kasser, T. (2016). Materialism and well-being: A systematic review. Journal of Happiness Studies, 17(3), 985-1032.

Studi ini adalah tinjauan sistematis yang menggabungkan temuan dari berbagai penelitian tentang materialisme dan kesejahteraan. Melalui analisis yang komprehensif, penulis mengungkapkan hubungan antara materialisme dan berbagai aspek kesejahteraan, termasuk kepuasan hidup, kebahagiaan, hubungan sosial, dan kehidupan bermakna. Studi ini dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang pengaruh materialisme terhadap pandangan masyarakat dalam konteks pendidikan.Kasser, T. (2016). Materialism and well-being: A systematic review. Journal of Happiness Studies, 17(3), 985-1032.

Studi ini adalah tinjauan sistematis yang menggabungkan temuan dari berbagai penelitian tentang materialisme dan kesejahteraan. Melalui analisis yang komprehensif, penulis mengungkapkan hubungan antara materialisme dan berbagai aspek kesejahteraan, termasuk kepuasan hidup, kebahagiaan, hubungan sosial, dan kehidupan bermakna. Studi ini dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang pengaruh materialisme terhadap pandangan masyarakat dalam konteks pendidikan.

Pembahasan

 Cara Pandang Masyarakat kontemporer terhadap pendidikan

Masyarakat kontemporer umumnya memiliki pemahaman yang mendalam tentang pentingnya pendidikan. Mereka mengakui bahwa pendidikan adalah kunci kemajuan pribadi, sosial dan ekonomi. Pendidikan dianggap sebagai investasi jangka panjang yang menciptakan peluang, meningkatkan keterampilan, dan menghasilkan pekerjaan yang lebih baik.

Masyarakat kontemporer cenderung menggeser paradigma pendidikan dari pendekatan tradisional yang berfokus pada pengajaran satu arah ke pendekatan yang lebih interaktif, inklusif dan berpusat pada siswa. Mereka menekankan pentingnya pembelajaran yang aktif, kolaboratif, dan relevan dengan kehidupan nyata. Pendekatan ini memungkinkan siswa untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran, menumbuhkan kreativitas dan memecahkan masalah yang kompleks.

Kemajuan teknologi telah mengubah cara pandang masyarakat kontemporer terhadap pendidikan. Mereka melihat potensi teknologi untuk meningkatkan aksesibilitas, fleksibilitas, dan efektivitas pembelajaran. Metode seperti pembelajaran online, platform pembelajaran digital, dan penggunaan perangkat teknologi di kelas menjadi lebih umum dan dipandang sebagai alat yang mendukung pendidikan.

Ketika masyarakat kontemporer menjadi lebih sadar akan inklusi dan keragaman pendidikan, mereka akan mendukung pendidikan inklusif yang memenuhi kebutuhan dan perbedaan individu siswa, termasuk mereka yang berkebutuhan khusus atau latar belakang budaya yang beragam. Pendidikan harus memberikan kesempatan yang sama bagi semua orang, terlepas dari latar belakang atau karakteristiknya.

Dampak materialisme terhadap pendidikan

Materialisme dapat menyebabkan siswa dan bahkan seluruh sistem pendidikan terlalu fokus pada hasil dan prestasi. Pendidikan lebih kepada mendapatkan nilai tinggi, memenangkan penghargaan, atau mendapatkan posisi yang dianggap bergengsi. Hal ini dapat mengabaikan pentingnya proses belajar yang sehat, eksplorasi kreatif, dan pengembangan pribadi siswa.

Ada banyak tekanan dan tekanan karena persaingan sengit untuk kekayaan dan status. Dalam lingkungan pendidikan, ini dapat menciptakan lingkungan yang penuh tekanan dan stres. Siswa mungkin merasa terbebani untuk memenuhi standar yang tinggi, memenuhi harapan orang tua atau masyarakat, dan berusaha mencapai prestasi yang tampaknya memberikan kepuasan materi.

Fokus berlebihan pada materialisme dapat menyebabkan pengabaian nilai-nilai non-materi penting dalam pendidikan, seperti etika, empati, kepemimpinan, keberanian, dan keadilan. Pendidikan yang hanya berfokus pada pengetahuan dan keterampilan praktis daripada aspek moral dan karakter dapat menyebabkan kurangnya perkembangan individu secara keseluruhan.

Materialisme yang dominan dalam pendidikan dapat memperparah ketimpangan dan ketimpangan sosial. Ketika pendidikan dilihat hanya sebagai sarana untuk kekayaan materi atau kesuksesan, siswa dari latar belakang ekonomi kurang mampu dapat terpinggirkan atau tidak memiliki kesempatan yang sama. Hal ini dapat menghambat mobilitas sosial dan menciptakan kesenjangan pendidikan yang lebih luas.

Kesimpulan

Jadi pengaruh materialisme terhadap cara pandang masyarakat dalam pendidikan dapat memiliki beberapa dampak. Meskipun materialisme dapat memberikan dorongan motivasi untuk mencapai kesuksesan material dan mengembangkan keterampilan keuangan, dampak negatifnya lebih sering terlihat. Materialisme yang berlebihan cenderung memfokuskan pendidikan hanya pada hasil dan prestasi belaka, mengabaikan nilai-nilai non-material dan proses pembelajaran yang sehat. 

Pandangan materialistik juga dapat menciptakan lingkungan pendidikan yang penuh tekanan dan stres, meningkatkan kesenjangan sosial dan ketidaksetaraan, serta mengabaikan keterbatasan sumber daya dan lingkungan alam. Persepsi tentang kesuksesan pendidikan sering kali terkait dengan kekayaan materi, mengurangi apresiasi terhadap nilai-nilai moral, perkembangan pribadi, dan kontribusi sosial melalui pendidikan.

Masyarakat juga harus diberikan edukasi terkait pentingnya pendidikan bagi semua kalangan, baik itu kalangan bawah, menengah ataupun atas. Pendidikan itu bisa di capai oleh semua orang bukan hanya orang yang memiliki materialistik saja, masyarakat juga harus disadarkan bahwa pendidikan itu tidak hanya semata untuk memenuhi segala kebutuhan saja setelah mendapatkan gelar sarjana. Tingkat kesuksesan seseorang juga tidak dapat diukur melaluui seberapa besar gaji yang di peroleh ketika sudah menempuh gelar sarjana. 

Kita menempuh pendidikan untuk meningkatkan keterampilan dan kreativitas yang kita miliki, bukan berarti hanya untuk mengejar gelar sarjana lalu mendapatkan pekerjaan dengan gaji yang besar. Ilmu itu akan berguna sepanjang hayat, bukan hanya untuk mengejar materialisme tetapi juga untuk membagi wawasan kepada orang lain.

Daftar Pustaka

Hanum, Fathikah Fauziah. "Pendidikan Pancasila bagi Generasi Milenial." PROSIDING SEMINAR NASIONAL "REAKTUALISASI KONSEP KEWARGANEGARAAN INDONESIA". Vol. 1. FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 2019.

II, BAB. "A. Pendidikan." (1977).

Hengo, Maria Goreti, Wehelmina M. Ndoen, and Paulina Yuritha Amtiran. "Dampak Materialisme, Pengendalian Diri Dan Motivasi Pada Perilaku Pengelolaan Keuangan Keluarga." Journal of Management Small and Medium Enterprises (SMEs) 14.1 (2021): 47-61.

Kumalasari, Dewi, and Yohanes Hadi Soesilo. "Pengaruh Literasi Keuangan, Modernitas Individu, Uang Saku Dan Kontrol Diri Terhadap Perilaku Konsumtif Mahasiswa Prodi S1 Pendidikan Ekonomi Angkatan Tahun 2016 Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang." Jurnal Pendidikan Ekonomi 12.1 (2019): 61-71.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun