Mohon tunggu...
Farah Nabila
Farah Nabila Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Satu dari sekian banyaknya Farah Nabila di Indonesia. Mahasiswa Gizi di Universitas Airlangga.

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Apakah Kebijakan Cukai Minuman Berpemanis itu Efektif? Pembahasan dan Solusinya

22 Desember 2024   13:08 Diperbarui: 22 Desember 2024   19:21 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Usaha preventif lainnya adalah pemerintah perlu mengedukasi masyarakat, khususnya anak-anak dan remaja, tentang bahaya konsumsi gula berlebihan melalui kampanye di sekolah, media sosial, dan iklan layanan masyarakat.  Promosi Gaya Hidup Sehat juga harus digencarkan. Pemerintah dan pelaku usaha dapat mendorong masyarakat untuk memilih minuman yang lebih sehat, seperti air mineral, susu rendah gula, atau jus alami, melalui program promosi.

Pemerintah juga harus membatasi periklanan dan promosi minuman berpermanis. Banyak iklan minuman di TV yang ditampilkan dengan gaya kekinian yang dikhususkan untuk audiens muda. Dikutip dari CNN Health, Singapura melarang promosi minuman berpemanis dalam media apapun, mulai dari media cetak, broadcast, dan online sejak 2019. Selain itu, Indonesia juga bisa mendorong promosi minuman sehat untuk menggantikan minuman berpemanis , diantaranya dengan cara memberikan subsidi atau insentif bagi produsen minuman sehat agar dapat membantu menciptakan pilihan yang lebih terjangkau dan menarik bagi masyarakat.

Kesimpulan

Tingginya konsumsi minuman berpemanis dalam kemasan adalah masalah yang tidak bisa diabaikan. Perlu perhatian serius untuk mengatasi dampak kesehatannya, terutama pada anak-anak. Meski cukai menjadi salah satu cara untuk menekan konsumsi, kebijakan ini perlu didukung oleh langkah-langkah lain yang lebih komprehensif. Sebagai kebijakan yang masih dalam rencana, ada baiknya pemerintah mengkaji kembali kebijakan tersebut dan mempertimbangkan rekomendasi dari pihak-pihak lain. 

Dengan belajar dari negara lain, Indonesia memiliki peluang besar untuk mengurangi risiko kesehatan akibat konsumsi gula berlebih dan mendorong pola hidup sehat di masyarakat. Dengan pendekatan yang tepat, bukan hanya kesehatan masyarakat yang akan meningkat, tetapi juga beban sistem kesehatan nasional akibat penyakit terkait gula dapat berkurang secara signifikan. 

Ditulis oleh Mahasiswa Gizi Universitas Airlangga,

Farah Nabila T.S.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun