Mohon tunggu...
Farah Frastia
Farah Frastia Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hari Pasar Rakyat Nasional dan Agenda Penting Mewujudkan Harmoni di Tengah Keberagaman

24 Januari 2017   08:32 Diperbarui: 24 Januari 2017   08:55 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Nuansa keakraban dan hubungan persaudaraan yang kental inilah, alasan mengapa penulis lebih memilih pasar rakyat sebagai tempat berbelanja dibandingkan pasar modern. Di sinilah penulis menemukan kebahagiaan sederhana itu.

Maka ketika survei AC Nielsen mengabari penulis perihal hilangnya pasar-pasar tradisional (minus 8%), hal pertama yang muncul di benak penulis adalah lenyapnya salah satu ruang sosial kami. Tempat di mana orang-orang bertemu dan berbicara tanpa mengenal batas-batas suku, agama, ras dan budaya.

Dengan hilangnya pasar tradisional sebagai salah salah satu ruang interaksi, masyarakat pun akan semakin individualistik dan kesepian. Mereka juga akan sulit menerima perbedaan sehingga berpotensi menimbulkan ketidakharmonisan dan konflik antar golongan. Kerugian ini belum termasuk pemiskinan massal 12,6 juta pedagang pasar beserta keluarga, pegawai dan pemasok komoditas yang bergantung kepadanya.

Sementara itu, di saat yang bersamaan, ‘raksasa’ pasar modern terus menghimpit dengan pertumbuhan yang cukup menakjubkan; 31,4%. Lokasi yang strategis, bersih, nyaman serta rapi menjadi pertimbangan konsumen berpindah dari pasar tradisional ke pasar modern. Inilah yang kemudian memicu inisiatif pemerintah untuk membuat program revitalisasi pasar. Harapannya, imej pasar tradisional sebagai tempat berbelanja yang kumuh dan semerawut bisa berubah sehingga mampu bersaing dengan pasar modern.

Akan tetapi revitalisasi pasar ini pun memiliki banyak catatan yang harus segera diperbaiki. Terutama mindset pemerintah mengenai revitalisasi itu sendiri. Selama ini, revitalisasi cenderung dimaknai sebagai upaya untuk merenovasi gedung atau menambah lapak dagangan serta kantor pengelola. Sedangkan aspek-aspek lain seperti produk, layanan, kelembagaan, visi/misi dan etos kerja pedagang sama sekali luput dari perhatian pemerintah.

Tak heran jika akhirnya revitalisasi hanya ‘diperalat’ pihak luar untuk kepentingan diri mereka sendiri, bukan pedagang tradisional atau pemasok komoditas dari daerah sekitar. Contoh yang paling nyata adalah maraknya komoditas impor yang dijual di pasar tradisional. Ini menjadi salah satu bukti bahwa revitalisasi justru dimanfaatkan pihak luar untuk kepentingan ekspansi bisnis.

Jika demikian yang terjadi, maka cita-cita bangsa untuk mewujudkan perekonomian bangsa yang mandiri dan berdaulat semakin jauh panggang dari api. Revitalisasi yang digadang-gadang mampu meningkatkan daya saing pasar tradisional tak lebih sekadar proyek pembangunan dan renovasi gedung semata.

Urgensi Hari Pasar Rakyat Nasional

Jika merunut pada amanah konstitusi, maka perekonomian bangsa semestinya dijalankan berdasarkan prinsip kekeluargaan dan keadilan bagi semua. Bukan prinsip kapitalistik yang memperkaya segelintir orang saja. Sebagaimana yang lazim diterapkan dalam sistem perdagangan pasar modern.

Prinsip kekeluargaan dan keadilan yang diamanahkan UUD 1945 adalah ciri utama sistem perdagangan di pasar rakyat. Di mana kesejahteraan untuk semua menjadi tujuan bersama para pelaku pasar. Karenanya, pertumbuhan negatif pasar rakyat semestinya menjadi perhatian utama seluruh lapisan masyarakat, termasuk pemerintah sebagai penanggung jawab kepentingan rakyat. Apalagi hal tersebut dibarengi dengan hilangnya ruang sosial yang membangun kesadaran kolektif untuk mewujudkan harmoni di tengah keberagaman.

Revitalisasi pasar sebagai salah satu upaya pemerintah dalam meningkatkan daya saing pasar tradisional hendaknya mampu menyentuh hal-hal yang paling mendasar, bukan sekadar menyangkut tampilan fisik belaka. Pasar rakyat juga harus digunakan sebesar-besarnya kepentingan rakyat. Dalam hal ini, pasar rakyat harus mampu memompa semangat produktifitas dengan melibatkan masyarakat ke semua lini kegiatan perdagangan, mulai dari proses produksi, distribusi, hingga konsumsi. Tujuannya, tak lain untuk memberdayakan masyarakat agar lebih mandiri secara ekonomi. Oleh karenanya, produk-produk hasil bumi, kerajinan, maupun hasil industri yang dijual di pasar rakyat pun harus merupakan produk hasil olahan rakyat sendiri, bukan berasal dari petani, perajin atau pabrik luar negeri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun