Mohon tunggu...
Farah Fakhriyya
Farah Fakhriyya Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

uin raden mas said surakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pencatatan Perkawinan

20 Februari 2024   21:07 Diperbarui: 20 Februari 2024   21:09 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sejarah pencatatan pernikahan di Indonesia memiliki sejarah yang panjang. Pada masa kolonial Belanda, catatan pernikahan dilakukan oleh gereja atau lembaga pemerintah Belanda. Setelah Indonesia merdeka, pemerintah Indonesia meneruskan sistem pencatatan tersebut.

Pada tahun 1974, pemerintah Indonesia mengesahkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, yang menetapkan bahwa setiap perkawinan harus dicatat di Kantor Urusan Agama atau Kantor Catatan Sipil. Sistem ini diatur oleh Kementerian Agama untuk perkawinan yang melibatkan unsur agama dan oleh Kementerian Dalam Negeri untuk perkawinan sipil.

Pada tahun-tahun berikutnya, beberapa perubahan hukum terjadi untuk meningkatkan administrasi pencatatan pernikahan di Indonesia. Pencatatan ini penting sebagai dasar hukum serta perlindungan hak-hak pernikahan bagi pasangan yang sah.

Analisis terhadap sejarah pencatatan pernikahan di Indonesia mencerminkan evolusi sistem administrasi pernikahan dari masa kolonial hingga saat ini. Pada awalnya, catatan pernikahan dipegang oleh gereja atau pihak pemerintah Belanda, mencerminkan pengaruh kolonial dalam pengaturan kehidupan sosial.

Setelah kemerdekaan, Indonesia menetapkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, menandai peralihan ke sistem administrasi yang lebih mandiri. Dengan adanya keterlibatan Kementerian Agama dan Kementerian Dalam Negeri, mencatatkan pernikahan menjadi tanggung jawab pemerintah Indonesia, menciptakan landasan hukum yang lebih kuat.

Pencatatan pernikahan tidak hanya menjadi catatan administratif semata, tetapi juga berfungsi sebagai dasar hukum dan perlindungan bagi pasangan yang sah. Perubahan-perubahan ini mencerminkan perhatian pemerintah terhadap peningkatan kualitas administrasi perkawinan serta hak dan kewajiban yang terkait.

Dengan demikian, sejarah pencatatan pernikahan di Indonesia mencerminkan perjalanan hukum dan administratif yang berkembang seiring waktu, menciptakan dasar yang lebih solid untuk pengelolaan perkawinan dalam kerangka hukum yang lebih modern.

Mengapa pencatatan perkawinan diperlukan?

Pencatatan perkawinan diperlukan karena beberapa alasan berikut:

1. Kepastian Hukum:

Perkawinan yang sah: Pencatatan perkawinan di Kantor Catatan Sipil (KCS) atau Kantor Urusan Agama (KUA) merupakan bukti sahnya perkawinan di mata negara. Perkawinan yang tidak dicatat tidak diakui oleh negara dan dapat menimbulkan berbagai masalah hukum di kemudian hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun