Hari-hari ini lantas aku berpikir, mengapa aku senang sendiri, bahkan ketika memutuskan untuk memilih sekolah, jurusan, kampus, peminatan dan lain sebagainya aku tidak terlalu mementingkan kesamaan dengan teman terdekat, aku menghargai keputusan mereka memilih jalan mereka, tapi aku akan memilih jalan sendiri karena memahami apa yang hendak kutuju. Jadi, bagaimana aku mendapatkan pembelajaran ini secara natural?
Secara tidak sadar, ternyata aku melihat dua sosok perempuan alpha dihidupku, aku bersama mereka sejak kecil, nenek dan ibuku. Dua sosok yang aku kagumi karena kemampuan mereka memperjuangkan diri mereka dan orang-orang yang mereka sayang. Nenekku yang hidup sendiri, dengan penyakit komplikasinya di usia 60-an ini masih senang mengikuti berbagai kegiatan sosial seperti senam lansia dan pengajian. Beliau juga pergi ke pasar dan rumah sakit sendiri, melakukan semua pekerjaan rumah sendiri, pandai memasak dan menjahit. Beliau bahkan sempat menawarkan diri untuk bekerja di sebuah tempat makan, namun ditolak karena usia beliau yang tidak muda lagi. Beliau adalah sosok yang kuat, dulu beliau tinggal bersama suaminya, tanteku, dan adik kakekku, namun qadarullah mereka meninggal terlebih dulu. Beliau benar-benar diuji oleh kematian orang-orang terdekat beliau, mulai dari keluarga sampai sahabat dekatnya, tapi setiap aku bertemu beliau, beliau selalu asik diajak cerita, suka bercanda, beliau juga bersikeras ingin membelaku saat aku di bully, aku tidak pernah melihat beliau sedih di lain hari kematian orang-orang terdekatnya. Meski kesepian, tapi beliau sampai hari ini kuat menjalani hari-harinya dengan baik.
Ibuku adalah sosok kedua yang amat kuat, bahkan menurut cerita teman-teman ibuku, ibuku pernah membela ayahku yang pernah difitnah menyebarkan aliran sesat, ibuku datang ke persidangan kampung saat aku masih kecil, ibuku juga perempuan sabar yang merawat ayahku saat sakit berat. Meski pun beliau tidak bisa mengungkapkan rasa sayangnya secara verbal, tapi beliau banyak bekerja keras untuk kami. Beliau adalah yang bangun paling pagi, tirakat sunnahnya paling banyak, beliau pandai memasak kue dan makanan, beliau kuliah dengan uang beliau sendiri setelah menikah, bahkan membiayai kuliah pamanku. Semua kerja keras beliau, suatu hari membuat beliau sakit stroke, dan hernia. Kami sangat terpukul mendengar kabar itu, dan kami meminta ibu untuk mengurangi beberapa aktivitas beliau. Ya, beliau adalah sosok yang menginspirasi.
Sementara ayahku, tentu saja beliau adalah sosok yang menginspirasi, beliau adalah pelengkap ibuku, suka bersosialisasi, ramah pada orang dan memiliki rasa empati tinggi. Beliau cukup sensitif, tapi dari keduanya aku belajar kedua karakter itu dan berusaha menginternalisasikan pada diriku. Inilah kisah dari kami, perempuan alpha, meski pun kuat dan kadang kami lupa batas diri kami sendiri karena sering berjuang dan memprioritaskan orang lain, tapi semoga perempuan alpha di luar sana tidak lupa untuk beristirahat. Kesehatan adalah nomor satu karena tanpa kesehatan kita tidak akan bisa bertindak apa-apa. Selamat berpetualang, perempuan alpha!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H