ABSTRAK
Teori psikoanalisis merupakan teori yang menjelaskan terkait hakikat dan perkembangan kepribadian. Teori ini mengasumsikan bahwa kepribadian berkembang ketika terjadi permasalahan dari aspek psikologis, yang pada umumnya terjadi pada anak-anak atau usia dini. Psikoanalisis mempunyai banyak hal untuk ditawarkan kepada pendidikan. Tujuan-tujuan pendidikan yang dinyatakan berdasarkan analisis psikoanalisis merupakan memberi tuntunan bagi guru dan siswa perihal apa yang hendak dicapai, kegiatan yang mereka lakukan, dan tentang kemajuan yang dicapai oleh anak didik.
PENDAHULUAN
Teori psikoanalisis merupakan teori yang berusaha menjelaskan hakikat dan perkembangan kepribadian. Unsur yang diutamakan pada teori ini ialah motivasi, emosi dan aspek-aspek internal lainnya. Teori ini mengasumsikan bahwa kepribadian berkembang saat permasalahan konflik dari aspek psikologis tersebut, yang pada umumnya terjadi pada anak-anak atau usia dini. Pemahaman Freud perihal kepribadian manusia didasarkan pada pengalaman dengan pasiennya, analisis tentang mimpinya, dan bacaannya yang luas tentang beragam literatur ilmu pengetahuan dan kemanusiaan.
Psikoanalisis Freud dikategorikan sebagai ilmu baru tentang manusia yang mengalami banyak kontradiksi. Hingga  sekarang, teori ini juga masih banyak mendapat kritikan dari para ahli yang berseberangan. Sebagai contoh, pendapat H.J. Eysenck (Profesor Psikologi Jerman) yang menyebut psikoanalisis tidak dapat dianggap sebagai ilmu pengetahuan. Beliau merupakan tokoh aliran behaviorisme ekstrem yang menyatakan bahwa tidak wajar bila orang memberi predikat ilmiah kepada teori psikoanalisis yang sama sekali tidak bersifat behavioristik.
Hubungan antara psikoanalisis dan pendidikan sangatlah kompleks, dalam artian bahwa psikoanalisis telah memodifikasi dan memperkaya tingkat perilaku (sikap) dalam ukuran hubungan pendidikan (hubungan antara pendidik, orang tua, peserta didik yang bersangkutan). Dalam banyak hal, teori psikoanalisis menyumbang berbagai pikiran dalam perkembangan dunia pendidikan. Tujuan dari penulisan artikel ini yakni melakukan telaah mengenai Teori Psikoanalisis Sigmund Freud Dan Implementasi Dalam Pendidikan, data yang diambil berasal dari berbagai sumber literature.
PEMBAHASAN
Aliran psikoanalisis dipelopori oleh seseorang dokter psikiatri yakni Sigmund Freud pada tahun 1896. Beliau mengemukakan pandangannya bahwa struktur kejiwaan manusia sebagian besar terdiri dari alam ketidaksadaran. Secara umum psikoanalisis dapat dikatakan sebuah ide baru dimana ketidaksadaran memainkan peran sentral. Freud sendiri menjelaskan arti kata psikoanalisis tidak selalu sama salah satu yang terkenal dari tahun 1923 dan ada dalam suatu artikel yang ditulis sebagai kamus ilmiah Jerman. Didalamnya Freud membedakan psikoanalisis menjadi 3 arti yakni :
1. Istilah psikoanalisis digunakan untuk memberikan suatu metode penelitian terhadap prosesproses
psikis yang sebelumnya hampir tidak terjangkau oleh penelitian ilmiah
2. Psikoanalisis menunjukkan suatu teknik untuk mengobati gangguan-gangguan psikis yang
dialami oleh pasien neurosis
3. Istilah yang juga dipakai dalam arti lebih luas untuk menunjukkan seluruh pengetahuan
psikologis yang dipelopori melalui metode dan teknik
Freud membagikan teori psikoanalisis terdiri dari Id, Ego, dan Super ego. Menurut Freud bagian terbesar pada diri manusia yakni pada pikiran seorang pada alam bawah sadar. Bagian tersebut meliput nafsu, insting dan segala sesuatu yang masuk didalam dan sulit dijangkau, seperti traumatik, kenangan, dan emosi. Ego ialah perbedaan antara sensasi dalam dan presepsi dari luar, istilah yang digunakan dalam psikoanalisis adalah anak telah belajar untuk menguji realitas. Dengan demikian hal tadi bergantung dengan
dominasi yang terjadi pada alam bawah sadar yang terjadi antara id dan superego. Bila Id telah menjadi hal biologis manusia dan bersifat bawaan maka tentunya superego ialah pengendali das es (Id) adalah benar adanya. Funsi superego adalah mengarahkan Id dan Ego ke arah yang lebih bermoral.Â
Teori kepribadian Freud yang meliput 3 hal, seperti :
1. Id (Das Es)Â merupakan sifat alamiah manusia sejak lahir, sebagai sistem yang didalamnya berusaha mengikuti prinsip-prinsip kehidupan pada umumnya atau suatu dorongan alamiah yang dikenal ID. ID berkehendak untuk segera tersalurnya kumpulan-kumpulan energi atau ketegangan-ketegangan dan rangsangan yang dapat dalam dirinya, datangnya dari luar maupun dalam.
2. Ego (Das Ich) setelah manusia berhubungan dengan lingkungannya muncullah Ego yang berkedudukan sebagai bagian dari sistem kepribadian individu. Ego berfungsi menyalurkan dorongan-dorongan Id kedalam alam nyata. Ego merupakan bagian kepribadian yang bertugas menilai realitas dan berhubungan dengan dunia dalam bentuk mengatur dorongan. Selanjutnya Ego juga bisa dikatakan sebagai perantara antara dunia batin dengan dunia luar sebagai antisipasi supaya tidak terjadi ketegangan atau pertentangan dua sifat tersebut pada jiwa seseorang. Maka selanjutnya Ego berusaha mengendalikan konflik yang terjadi menggunakan pertimbangan kepada Id.
3. Superego (das Ueber Ich) merupakan salah satu unsur moral dan keadilan pada manusia. Superego
dalam kegiatannya selalu mendominasi untur moral dan keadilan dalam hidupnya serta pemegang
referensialam ideal. Tujuan Superego ialah membawa individu kearah kesempurnaan sesuai
dengan pertimbangan keadilan moral yang berkembang dalam masyarakat.
Freud berpendapat bahwa kepribadian ialah suatu sistem yang terdiri dari 3 unsur, yaitu das Es, das Ich, dan das Ueber Ich (dalam bahasa Inggris dinyatakan dengan the Id, the Ego, dan the Super Ego), yang masing-masing memiliki asal, aspek, fungsi, prinsip operasi, dan perlengkapan sendiri. Ketiga unsur kepribadian tadi dengan berbagai dimensinya disajikan dalam tabel berikut ini.
Teori psikoanalisis banyak diimplementasikan dalam dunia pendidikan. Diantaranya yakni :
1. Tentang konsep kecemasan yang dikemukakan oleh Freud, tentu saja berkaitan juga dengan proses pendidikan. Kecemasan ialah fungsi ego untuk memperingatkan individu perihal kemungkinan suatu bahaya, sehingga dapat disiapkan reaksi adaptif yang sesuai. Dalam pendidikan, konsep kecemasan pada tiap individu dapat diolah dan dikembangkan oleh para guru/konselor demi kebaikan peserta didik.
2. Teori psikoanalisis juga dipergunakan pada proses pendidikan yang berbasis kecerdasan majemuk. Setiap individu mempunyai kecerdasan yang berbeda-beda. Tidak akan ada dua pribadi berbeda walaupun anak kembar memiliki kecerdasan yang sama. Kecerdasan bukanlah berpatokan pada angka-angka yang berkaitan dengan IQ.
3. Konsep psikoanalisis yang menyatakan bahwa manusia merupakan makhluk yang memiliki kebutuhan serta keinginan dasar. Dengan konsep ini, guru dapat menerapkannya ke dunia pendidikan. Berbagai elemen pada pendidikan dapat dikembangkan dengan berbasis konsep ini.