Jika dosis yang dikonsumsi lebih sedikit dari yang dibutuhkan tubuh, maka obat tidak akan menimbulkan efek terapi (khasiat). Jika dosis yang dikonsumsi lebih besar dari yang dibutuhkan tubuh, maka akan menyebabkan overdosis.Â
Misalnya, tubuh seseorang hanya dapat mencerna dan memproses 50 gram obat, tetapi orang tersebut justru mengonsumsi 100 gram obat. Akibatnya, hanya 50 gram obat yang diproses oleh tubuh, sedangkan 50 gram sisanya tidak diproses oleh tubuh sehingga menjadi zat beracun yang berenang-renang dalam aliran darah.
Aspek lain yang perlu diperhatikan sebelum mengonsumsi obat adalah efek sampingnya. Ada efek samping obat yang dapat diperkirakan, tetapi ada juga yang tidak.Â
Efek samping obat yang dapat diperkirakan biasanya tercantum dalam kemasan obat, sehingga pencegahan dapat dilakukan dengan meminum obat yang memiliki indikasi sama tetapi bahan aktifnya berbeda. Misalnya pada obat golongan analgesik seperti paracetamol dan ibuprofen.Â
Meskipun memiliki indikasi yang sama yaitu untuk meredakan nyeri, ternyata ibuprofen dapat menyebabkan gangguan pada saluran pencernaan. Oleh karena itu, paracetamol lebih direkomendasikan daripada ibuprofen untuk orang dengan riwayat penyakit saluran cerna. Sedangkan efek samping yang tidak terduga dapat dicegah dan diminimalisir dengan mengonsumsi obat sesuai aturan pakai.
Masyarakat harus lebih waspada terhadap obat-obatan yang hendak dikonsumsi karena hal tersebut bisa berdampak pada dirinya sendiri. Oleh karena itu, masyarakat tidak disarankan untuk melakukan swamedikasi tanpa bantuan atau pengawasan ahli.Â
Masyarakat juga harus lebih berhati-hati agar tidak langsung percaya dengan rekomendasi obat yang diberikan oleh kerabat atau teman terdekatnya. Untuk mendapatkan pengobatan yang tepat, lebih baik berkonsultasi dengan orang yang profesional di bidangnya seperti dokter atau apoteker.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H