Mohon tunggu...
Farah Bachmid
Farah Bachmid Mohon Tunggu... -

Seorang manusia bodoh yang kerap kali ceroboh dan masih istiqomah dalam doa-doanya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Senandung Lara Telepon Umum

10 April 2018   23:51 Diperbarui: 11 April 2018   01:09 2827
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
metropolitan.kompas.com

"TOLONG!!! TOLONG!!!" Teriakan massal serta raungan klakson kendaraan saling beradu satu sama lain, bagaikan sirine peringatan yang tiada henti menggema membuat suasana semakin mencekam, begitu mengerikan.

"Ya Tuhan... Tolonglah kami." Aku mendengus remeh menyaksikan peristiwa yang berlangsung di hadapan kami. Rintihan putus asa terucap dari bibir mereka yang bergetar, memohon kepada sang pemilik kehidupan supaya mengasihani nyawa mereka seakan-akan tuhan akan langsung mengabulkan permohonan mereka detik itu juga.

Apa saja yang dikerjakan para manusia itu? Kemana saja mereka selama ini? tatkala mereka diberikan hidup yang tenang dan damai untuk senatiasa menyebutkan kalimat-kalimat pemujaan kepada tuhan, di sisi lain mereka malah menyia-nyiakan kesempatan itu untuk menyanyikan sesuatu yang tak berguna. Begitulah manusia, penuh dengan euforia yang sesat tapi lupa untuk bersyukur walau sesaat.

Dari kejauhan kulihat air bah datang berbondong-bondong menyeruak dengan kecepatan yang tak tertandingi, menumpahkan segala isinya di seluruh penjuru kota tanpa celah sedikit pun, tanpa pandang bulu menerjang siapapun atau apapun yang berada dalam jangkauannya. Meluluh lantahkan kota ini hingga hancur tak bersisa.

Aroma kematian berhembus kencang membawa pesan duka bagi siapapun yang merasa, mengikhlaskan ialah satu-satunya jalan melepas kehilangan.

Aku hanya diam memasrahkan diri sambil memandangi ketiga kawanku satu persatu. Sejurus kemudian apa yang telah kami bayangkan benar-benar terjadi. Kurasakan hempasan air yang begitu dahsyat, tiang yang selama ini kujadikan penyokong kehidupan terlepas dari tubuhku yang telah lemas.

Aku sekarat,

Samar-samar masih bisa kulihat di sebrang sana gedung-gedung megah yang kalian banggakan kini menjadi puing-puing reruntuhan tak berbentuk.

Inilah akhir dari kisah hidup kami yang tak pernah terpikirkan sebelumnya. Seperti yang sempat kukatakan, inilah dunia yang kalian huni penuh misteri dan teka-teki, kalian tak akan dapat memprediksikan apa yang terjadi di masa depan, cukup kau lakukan apa yang dapat kau perbuat sekarang sebelum semuanya terlambat.

***TAMAT***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun