Oleh: Divisi Research and Development Generasi Baru Indonesia (GenBI) Komisariat Universitas Diponegoro Semarang
      Pertumbuhan ekonomi di Indonesia terus menghadapi tantangan dari tahun ke tahun. Permasalahan yang dihadapi tidaklah mudah baik dari segi internal maupun eksternal. Mulai dari kemiskinan, pengangguran, kemajuan teknologi, hingga rantai ekonomi global yang tidak selalu stabil menjadikan pertumbuhan ekonomi di Indonesia bergerak fluktuatif. Ada banyak faktor yang mempengaruhi perekonomian dan sifatnya sangat kompleks dan dinamis. Kajian ini mencoba membahas beberapa faktor atau aspek yang dapat ditinjau untuk melihat pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan. Diantaranya melihat perkembangan sektor produksi, kondisi ketenagakerjaan, perkembangan teknologi, pembangunan manusia, hingga Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).
     Kajian ini juga sekaligus menjelaskan bahwa begitu besar potensi yang dimiliki Indonesia. Namun, belum optimalnya kebijakan yang sudah ada serta bagaimana membuat kebijakan yang lebih relevan menjadi suatu tantangan tersendiri. Tahun 2020, menjadi salah satu titik terpuruk pertumbuhan ekonomi akibat pandemi covid-19. Tercatat pada triwulan III , pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya mampu tumbuh sebesar -3,39% setelah pada periode sebelumnya hanya mencapai -5,32% (BPS, 2021). Indonesia akhirnya dinyatakan memasuki fase resesi. Pandemi belum berakhir, namun optimisme untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi tetap hadir. Pemerintah telah melakukan serangkaian kebijakan agar perekonomian di Indonesia membaik.
Melihat Keunggulan Komparatif dari Berbagai Sektor
Keberhasilan pembangunan dalam aspek ekonomi dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi. Penentuan sektor potensi menjadi hal yang penting sebagai dasar perencanaan pembangunan di Indonesia. Sektor yang unggul dalam menyumbang peningkatan produk domestik bruto di Indonesia penting untuk diketahui dalam menentukan strategi kebijakan dalam mendorong peningkatan yang efisien.
                                      Gambar 1. Kontribusi Sektor Produksi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB)
Dari grafik diatas, dapat diketahui bahwa dalam 7 tahun terakhir, yaitu tahun 2014-2020, Industri pengolahan merupakan sektor terbesar dan selalu menempati urutan pertama yang berkontribusi dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia. Sektor kedua dan ketiga secara bergantian merupakan sektor perdagangan dan sektor pertanian, sektor keempat merupakan konstruksi, dan sektor kelima merupakan sektor pertambangan.
Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan mengubah suatu barang dasar secara mekanis, kimia, atau dengan tangan sehingga menjadi barang jadi/setengah jadi, dan atau barang yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih tinggi nilainya, dan sifatnya lebih dekat kepada pemakai akhir. Termasuk dalam kegiatan ini adalah jasa industri/makloon dan pekerjaan perakitan (assembling).
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun 2021, sektor industri pengolahan selalu menjadi penyumbang terbesar hingga tahun 2020. Pada tahun 2019, industri pengolahan menyumbang 20,79% terhadap PDB dan 32,86% dari industri pengolahan tersebut berasal dari industri makanan dan minuman. Industri pengolahan makanan juga merupakan industri dengan jumlah perusahan terbanyak di Indonesia, yaitu pada tahun 2016 berjumlah 7.708 perusahaan pada tahun 2017 berjumlah 7.505 perusahaan, dan pada tahun 2018 berjumlah 6.775 perusahaan. Meskipun jumlah perusahaan tersebut terus menurun setiap tahunnya, namun jumlah perusahaan dalam industri makanan selalu menempati urutan pertama . Adapun sektor perdagangan pada tahun 2019 menjadi sektor kedua terbesar yang berkontribusi pada PDB, yaitu sebesar 13,15%, dan yang ketiga adalah sektor pertanian dan peternakan yaitu sebesar 12,37%.
      Pada tahun 2020, apabila dihitung dari kuartal 1 hingga kuartal 3, maka sektor industri pengolahan merupakan sektor terbesar dan menyumbang 20,64% pada PDB. Sektor kedua merupakan sektor pertanian yang menyumbang sebesar 13,43% pada PDB, dan sektor ketiga merupakan sektor perdagangan yang menyumbang sebesar 12,96% pada PDB.
      Berdasarkan hal tersebut maka ketiga sektor diatas perlu mendapat perhatian dari pemerintah baik peran pemerintah menjaga dan mendorong pertumbuhan ketiga sektor tersebut maupun kerjasama dan sinergi dengan lembaga-lembaga terkait dan swasta dalam mendukung industri pada sektor tersebut, sehingga peran dan kontribusi sektor tersebut akan mendukung dalam mencapai akselerasi pertumbuhan ekonomi Indonesia kedepan secara tepat dan efisien.
Bonus Demografi dan Jumlah Angkatan Kerja  Â
      Saat ini, Indonesia telah memasuki fase bonus demografi di mana jumlah penduduk usia produktif lebih besar dari pada penduduk usia non produktif. Namun, melimpahnya sumber daya manusia yang dimiliki saat ini ternyata menimbulkan permasalahan baru, yaitu naiknya angka pengangguran. Untuk itu, penting untuk mengetahui bagaimana kondisi angkatan kerja dan  bagaimana tingkat pengangguran di Indonesia serta dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi.
      Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) merupakan indikator untuk mengukur tenaga kerja yang tidak terserap oleh pasar kerja. Pada Februari 2020 angka TPT mencapai 4,99 persen dan mengalami penurunan dari tahun sebelumnya, yaitu sebesar 5,01 persen. Sementara itu, jumlah angkatan kerja pada Februari 2020 meningkat sebanyak 1,73 juta orang dari tahun sebelumnya, menjadi 137,91 juta orang. Komponen pembentuk angkatan kerja adalah penduduk yang bekerja dan pengangguran. Pada Februari 2020, terdapat penduduk bekerja sebanyak 131,03 juta orang dan yang menganggur sebanyak 6,88 juta orang. Dibanding tahun 2019, jumlah penduduk bekerja bertambah 1,67 juta orang dan pengangguran bertambah 60 ribu orang. Peningkatan jumlah angkatan kerja tidak diiringi dengan peningkatan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK). Pada Februari 2020, TPAK tercatat sebesar 69,17 persen, turun 0,15 persen poin dibandingkan Februari 2019. Penurunan TPAK mengindikasikan adanya penurunan potensi ekonomi dari sisi pasokan (supply) tenaga kerja.
      Berdasarkan Tingkat Pendidikan, jumlah pengangguran indonesia dalam 5 tahun terakhir ditempati oleh masyarakat berpendidikan Sekolah Menengah (SMA / SMK Sederajat). Hal ini dikarenakan banyaknya perusahaan yang menetapkan minimum kualifikasi untuk lapangan pekerjaan adalah Diploma dan Sarjana. Serta kurangnya kemampuan individu yang dimiliki sehingga menyulitkan bagi masyarakat berpendidikan sekolah menengah untuk mendapatkan pekerjaan yang layak. Sementara itu, jika dilihat dari usia berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2019, rata-rata usia produktif  penduduk di Indonesia tertinggi berada pada rentang umur 10-24 tahun. Sedangkan penduduk usia 60 tahun keatas hanya sedikit yang masih produktif.
                            Gambar 2.Tingkat Pengangguran Berdasarkan Tingkat Pendidikan (Dalam Persen)
       Dengan memperhatikan data yang sudah ada, maka pemerintah sudah mengeluarkan berbagai kebijakan baik itu paket kebijakan ekonomi yang sudah dilaksanakan sejak tahun 2015 maupun dengan mengoptimalkan fungsi Kartu Prakerja. Hanya saja penyerapan untuk kartu prakerja belum memenuhi dari jumlah usia produktif di indonesia, sehingga dalam penyerapan tenaga kerja belum optimal. Dari 43 juta pendaftar, yang lolos verifikasi 19 juta orang, jadihanya 1 dari 4 orang yang mendaftar yang mendapatkan Kartu Prakerja
       Melihat kondisi ini, ada beberapa saran kebijakan sehingga ke depannya pemerintah dapat mengurangi angka pengangguran. Pertama, adanya pembaruan kebijakan yang lebih relevan dengan kondisi saat ini. Kedua, perluasan penerima kartu prakerja serta pengoptimalan anggaran yang digunakan, serta menambah jumlah sertifikasi pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Ketiga, meningkatkan lapangan pekerjaan sehingga tenaga kerja dapat terserap dengan baik sehingga dapat menurunkan tingkat pengangguran.
Perkembangan Teknologi sebagai Faktor Pendorong Ekonomi
      Pembangunan ekonomi adalah pertumbuhan ekonomi yang diikuti oleh perubahan dalam struktur dan corak kegiatan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi digunakan sebagai salah satu indikator untuk mengukur keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara. Menurut Suparmoko (1990), salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengukur pertumbuhan ekonomi adalah PDB (Produk Domestik Bruto). Perkembangan output yang digunakan dalam pengukuran pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh banyak faktor, baik dari dalam maupun dari luar. Menurut teori pertumbuhan neoklasik yang salah satunya dikembangkan oleh Robert Solow, tingkat pertumbuhan output tergantung pada tingkat akumulasi atau pembentukan modal, jumlah penggunaan tenaga kerja, dan teknologi.
     Robert Solow menyatakan bahwa salah satu faktor yang memengaruhi tingkat output adalah teknologi. Salah satu cara untuk mengukur pengaruh teknologi terhadap pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari TFP (Total Factor Productivity). TFP merupakan salah satu faktor yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi selain tenaga kerja dan modal. TFP dianggap sebagai kemajuan teknologi yang eksogen. Sadono Sukirno (2004) menyatakan bahwa kemajuan teknologi dapat mengarah kepada pertumbuhan output per tenaga kerja yang berkelanjutan. Dalam kajian ini, kemajuan teknologi dilihat dari kapital per tenaga kerja efektif atau tenaga kerja yang sedang bekerja. Perkembangan teknologi di Indonesia selama periode 2011-2019 ditunjukkan pada Gambar 5.
                                                            Gambar 4. Teknologi (K/L)
      Apabila ditelaah secara saksama, maka dapat disimpulkan bahwa perkembangan teknologi di Indonesia mengalami fluktuasi namun cenderung meningkat. Selain itu, perkembangan teknologi di Indonesia juga dapat dilihat dari Indeks Pembangunan TIK (Teknologi, Informasi, dan Komunikasi). Perkembangan Indeks Pembangunan TIK di Indonesia selama periode 2011-2019 ditunjukkan pada Gambar 6.
                                  Gambar 5. Indeks Pembangunan TIK (Teknologi, Informasi, dan Komunikasi)
       Apabila ditelaah secara saksama, maka dapat disimpulkan bahwa perkembangan Indeks Pembangunan TIK di Indonesia mengalami peningkatan hampir setiap tahun, kecuali pada tahun 2015. Dilihat dari data variabel teknologi dan Indeks Pembangunan TIK di Indonesia selama periode 2011-2019 yang menunjukkan kondisi fluktuatif namun cenderung meningkat mampu untuk meningkatkan PDB. Meningkatnya PDB tersebut mengilustrasikan bahwa faktor-faktor yang memengaruhi seperti teknologi dan Indeks Pembangunan TIK optimal dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia selama periode 2011-2019. Implikasi kebijakan yang dapat direkomendasikan, di antaranya adalah diharapkan pemerintah dapat mendorong kemajuan teknologi sehingga pertumbuhan ekonomi meningkat.
Indonesia dalam Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
      Pembangunan manusia terjadi di segala aspek, baik ekonomi, sosial, politik, budaya, kesehatan dan lingkungan. Pembangunan manusia difokuskan dalam pemerataan dan perluasan akses masyarakat untuk hidup secara layak, bebas, dan bermartabat. Pembangunan manusia juga merupakan pembangunan dari manusia dan oleh manusia (Neamtu Daniela & Ciobanu Oana, 2015). Oleh karena itu, fokus pembangunan manusia adalah pada manusia itu sendiri dan kesejahteraannya.
Indonesia mulai melakukan penghitungan terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) pada 1996. IPM terdiri atas tiga komponen dasar yaitu dimensi umur panjang dan hidup sehat yang dicerminkan dari umur harapan hidup, lalu yang kedua adalah dimensi pengetahuan yang dilihat dari harapan lama sekolah dan rata-rata lama sekolah, dan dimensi standar hidup layak yang dilihat dari pengeluaran per kapita. Dapat dilihat Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia masih tertinggal dari negara-negara lain di kawasan Asia Tenggara pada Gambar 4.
                            Gambar 6. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Negara-negara di Asia Tenggara
       Tahun 2016, menjadi titik awal tingkat IPM Indonesia meningkat statusnya menjadi kategori "tinggi" setelah sebelumnya di kategori "sedang". Meskipun telah mengalami banyak peningkatan, IPM Indonesia masih tertinggal dengan Singapura yang memiliki nilai IPM rata-rata lebih dari 90 setiap tahun. Indonesia menduduki posisi kelima setelah Singapura, Brunei Darussalam, Malaysia, dan Thailand pada tahun 2019. Sementara itu, dalam kurun waktu 2014-2020 trend pertumbuhan IPM di Indonesia terus mengalami peningkatan. Meskipun pada 2020, peningkatan tidak terlalu signifikan yaitu hanya sebesar 0,02 poin jika dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 71,92 (BPS, 2021). Hal ini dikarenakan adanya pandemi covid-19 sehingga mempengaruhi laju peningkatan nilai IPM di Indonesia.
      Ada banyak pendapat yang mengemukakan pengaruh antara pembangunan manusia dengan pertumbuhan ekonomi. Indonesia sendiri menggunakan IPM sebagai dasar penentuan dana transfer pemerintah pusat yaitu Dana Alokasi Umum (DAU) bagi kabupaten/kota. Ranis, Stewart, & Ramirez (2000) mengungkapkan bahwa ada dua hubungan kausal antara pertumbuhan ekonomi dengan pembangunan manusia. Pendapat berbeda datang dari Boozer dkk (2003) yang menyatakan seberapa besar hubungan kedua tergantung dari berbagai faktor yaitu kondisi suatu negara, lingkungan, dan kebijakan. Pembangunan manusia tidak hanya produk dari pertumbuhan ekonomi melainkan sebagai input penting dalam pertumbuhan ekonomi.
      Dari kondisi di atas, diperlukan adanya perbaikan terhadap kualitas pendidikan dan perluasan akses masyarakat di bidang kesehatan karena dua faktor inilah yang dirasa penting untuk membangun kualitas individu. Diperlukan adanya pengembangan karakter sejak dini baik di lingkungan keluarga dan sekolah serta pemenuhan gizi yang cukup sehingga mampu membangun kualitas masyarakat yang lebih baik kedepannya.
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) sebagai Peluang Investasi Â
Pembentukan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) merupakan salah satu kebijakan dari pemerintah dalam rangka mempercepat pembangunan ekonomi nasional. KEK diperlukan untuk peningkatan penanaman modal melalui pembangunan kawasan yang memiliki keunggulan baik secara ekonomi maupun geostrategis. Kawasan tersebut dipersiapkan untuk memaksimalkan kegiatan industri, ekspor, impor dan kegiatan ekonomi lain yang memiliki nilai ekonomi tinggi (kek.go.id, 2020).
Adanya perdagangan bebas diharapkan mampu mendorong daya saing di pasar internasional. Pembentukan KEK juga dapat dilihat sebagai suatu peluang untuk memberikan nilai tambah terhadap perekonomian nasional dan regional (daerah), meningkatkan lapangan pekerjaan serta sebagai sarana ahli teknologi serta dan ilmu pengetahuan. Pengambangan KEK juga sejalan dengan agenda prioritas pemerintah pusat yang tertuang dalam Nawacita, yaitu; membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah -- daerah dan desa dalam kerangka  sektor kesatuan, meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia, meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional, mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor -- sektor strategis ekonomi domestik.
Letak geografis yang strategis menjadikan Indonesia sebagai negara yang berdaya saing internasional patut diperhitungkan. Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki koneksi langsung dengan pasar terbesar dunia dengan Selat Malaka sebagai jalur laut paling aktif di dunia dan menjadi rute utama pelayaran global. Kondisi ini turut mendorong perdagangan bebas melalui pengembangan KEK hingga dalam kurun waktu 2014-2019, terdapat 15 zona persebaran KEK dengan 4 wilayah yang siap beroperasi dan 11 wilayah yang telah beroperasi. Wilayah KEK yang sudah beroperasi yaitu Sei Mangkei, Tanjung Lesung, Palu, Mandalika, Galang Batang, Arum Lhokseumawe, Tanjung Kelayang, Bitung, Morotai, Maloy Batuta Trans Kalimantan (MBTK), dan Sorong. Sedangkan, untuk wilayah KEK yang masih dalam tahap pembangunan yaitu Tanjung Api-api, Singhasari, Kendal, dan Likupang. KEK meliputi berbagai zona diantaranya, pengolahan ekspor, logistik, industri, pengembangan tekologi, pariwisata, energi, industri kreatif, pendidikan, kesehatan, olah raga, jasa keuangan, dan lainnya.
                                        Gambar 8. Peta Sebaran Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di Indonesia
      Salah satu faktor penting dalam keberhasilan pengembangan KEK adalah kegiatan penanaman modal. Tanpa adanya modal yang cukup maka pembangunan tidak dapat berlangsung dengan baik. KEK dapat menjadi sarana strategi pertumbuhan ekonomi untuk meningkatkan daya saing di pasar internasional melalui Foreign Direct Investment (FDI). Tentunya, peran pemerintah perlu dioptimalkan dalam mengatur kegiatan ekspor impor serta memberikan perlindungan terhadap pasar dan tenaga kerja domestik, serta memberikan pengawasan terhadap aspek lingkungan.
       Dari berbagai faktor di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa Indonesia memiliki banyak potensi untuk mendorong perekonomian. Letak negara yang strategis sebagai jalur atau lintasan perdagangan internasional, ditambah banyaknya sumber daya manusia dan kekayaan alam yang melimpah. Namun, yang perlu menjadi catatan adalah bagaimana kita mampu mendorong kualitas sumber daya manusia tersebut dari segi pendidikan dan kesehatan. Selain itu, pembangunan yang dilakukan haruslah memiliki batasan. Sampai mana pembangunan tersebut akan berlangsung, bagaimana langkah preventif dan juga mitigasi risiko-risiko yang tidak diinginkan agar tidak menganggu keseimbangan alam. Pemerintah sebagai pemangku kebijakan memiliki wewenang untuk dapat mengatur sejauh mana pembangunan tersebut dilakukan dan bagaimana memaksimalkan sumber daya yang ada.
REFERENSI
Badan Pusat Statistik, 2021. Data Produk Domestik Bruto atas Dasar Harga Konstan 2010 Indonesia 2011-2019. Jakarta.
__________. 2021. Jumlah dan Presentase Penduduk Bekerja dan Pengangguran 2019-2020. Jakarta.
__________.2021. Tingkat Pengangguran Terbuka Berdasarkan Tingkat Pendidikan 2018-2020. Jakarta.
__________.2021. Indeks Pembangunan Manusia 2010-2020. Jakarta.
Ekonomi.bisnis.com. (2020, 23 November). Pemerintah Catat Penerima Kartu Prakerja Capai 56 Juta Orang dari 43 Juta Pendaftar. Diakses pada 15 Januari 2021 dari https://ekonomi.bisnis.com/read/20201123/9/1321401/pemerintah-catat-penerima-kartu-prakerja-capai-56-juta-orang-dari-43-juta-pendaftar
Ranis, Gustav., Frances Stewart & Alejandro Ramirez, 2000. Economic Growth and Human Development, World Development, 28, vol. 2, 197-219
United Nations Development Programme, 2021. Human Development Report 2020. Swedia.
International Telecommunication Union, 2021. Data Indeks Pembangunan Teknologi, Informasi, dan Komunikasi Indonesia 2011-2019, Jenewa.
Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Indonesia, 2021. Labor Market Brief, edisi Juli 2020. Jakarta.
Kek.go.id. (2020, 17 Februari). Peta Sebaran KEK. Diakses pada 15 Januari 2021, dari https://kek.go.id/peta-sebaran-kek
Boozer, Michael., Gustav Ranis, Frances Stewart & Tavneet Suri, 2003. Paths to Success: The Relationship Between Human Development and Economic Growth, Working Papers, Economic Growth Center, Yale University
Mihaela, Neamtu Daniela & Ciobanu Oana Georgiana, 2015. Correlations Between Human Development And Economic Growth," Annals - Economy Series, Constantin Brancusi University, Faculty of Economics, vol. 1, 118-122.
Sukirno, Sadono. 2004. Pengantar Teori Makroekonomi, edisi ketiga, cetakan kelima belas. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Suparmoko. 1990. Ekonomi Pembangunan, edisi keempat, cetakan kedua. Yogyakarta: BPFE.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H