Percayalah yah, bu hanya doamulah yang mampu mengantarku bertahan sampai disini. Menjaga ku untuk berada di jalan yang lurus. Hanya doamulah yang membuatku percaya tak ada yang mampu berkehendak apa pun selain kekuatan doa. Terima kasih yah, bu atas doa dan pengorbananmu aku mampu mengarungi pahit manis kehidupan di perantauan. Ingatkan aku yah, bu bila kelak aku besar nanti aku menjadi anak yang lupa akan balas jasamu. Sungguh yah, bu aku mengutuk diriku sendiri untuk tak menjadi seperti itu. Terima kasih untuk cinta dan kasih lewat doa yang terapal sangat dalam, selalu disepertiga malam. Terima kasih untuk telinga yang tak pernah lelah mendengar keluh kesahku diperantauan. Terima kasih untuk terus mengucapkan, "ayo nak, semangat kamu pasti bisa. Ayah dan ibu mendoakanmu disini" ketika aku sedang menuju sebuah kompetisi. Terima kasih untuk tangan dan kaki yang tak pernah lelah membahagiakanku dari belum hadir kedunia hingga detik ini. Terima kasih untuk segala pengorbananmu yang sekarang sangat aku rindukan di perantauan.
Merantau, mengajarkanku selalu ada kasih dan sayangnya yang akan mengantarmu pulang. Pulang itu bernama rumah. Karena rumah adalah empatmu menaruh lelah, dan datangnya berkah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H