Mohon tunggu...
Fauzul Faqih
Fauzul Faqih Mohon Tunggu... Desainer - Desainer Grafis, Copywritter, Penulis lepas yang ingin sekali bekerja di Tempo.

Jakarta, Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Ketimpangan Vaksinasi di Indonesia Hanya Berpihak kepada Jakarta, Jawa, dan Bali

10 Oktober 2021   05:00 Diperbarui: 13 Oktober 2021   20:01 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Data Kemenkes memperlihatkan provinsi yang membutuhkan waktu terlama untuk menghabiskan vaksin adalah Papua Barat, Papua, dan Sulawesi Utara.

Beberapa daerah ini, jika dibandingkan data cakupan imunisasi rutin di setiap provinsi, juga termasuk daerah dengan cakupan imunisasi paling rendah. Data persentase anak yang menerima imunisasi dasar lengkap di Badan Pusat Statistik menunjukkan penduduk Papua dan Aceh berada urutan terbawah menerima imunisasi selama 2019.

Ada beragam faktor yang menyebabkan tersendatnya penyerapan vaksin di tiap daerah, di antaranya sumber daya manusia atau tenaga kesehatan yang melakukan vaksinasi, distribusi dan penyimpanan vaksin, juga antusiasme masyarakat terhadap vaksinasi.

Sampai sekarang pemerintah belum merilis data resmi jumlah vaksinator di seluruh Indonesia. Siti Nadia Tarmizi hanya sempat menyinggung ada 175 ribu tenaga vaksinasi telah tersedia saat ini, tapi tidak menyebut secara rinci penyebarannya.

Namun, bila mengacu persebaran tenaga kesehatan di Puskesmas seluruh Indonesia, berdasarkan data Kemenkes per Desember 2020, totalnya 400 ribu, yang mayoritas terpusat di Pulau Jawa dan Sumatera (lebih dari 60%), dua provinsi terbesar penduduknya. 

Rasio ideal tenaga kesehatan adalah 4,45 per 1.000 populasi, menurut WHO. Daerah-daerah di luar Pulau Jawa menggambarkan rasio ideal. Di Aceh dan Sulawesi Tenggara, rasionya 5,50 dan 4,44 tenaga kesehatan per 1.000 penduduk. Daerah-daerah ini, termasuk Sulawesi Barat, Papua Barat, dan Maluku mendekati rasio ideal. Rasionya bahkan lebih tinggi jika dibandingkan sejumlah daerah di Pulau Jawa yang padat penduduk seperti di Banten 0,73 dan DKI jakarta 0,79 tenaga kesehatan per 1.000 penduduk.

Sekalipun demikian, daerah-daerah di luar Pulau Jawa punya tantangan serius dalam akses transportasi dan medan geografis. Masih banyak daerah yang fasilitas layanan kesehatannya sulit dijangkau---karena jarak terlalu jauh, akses jalan buruk, lokasi permukiman dan fasilitas pelayanan kesehatan antarpulau, dan sebagainya.

Iton, tenaga kesehatan di Kanekes, Lebak, Banten, mengisahkan masih ada permukiman warga berjarak lebih dari 10 km dari puskesmas terdekat. Daerahnya yang berbukit-bukit juga bertambah berat. "Meski hanya beberapa kilometer, karena perjalanannya menanjak, jadi waktu tempuhnya bisa berjam-jam. Kalau yang nggak biasa, pasti nggak kuat," ujarnya. Ada cerita vaksinator susah mengakses sejumlah kampung karena terpaut 16 km dari puskesmas terdekat. Ada kampung yang hanya bisa diakses melintasi jembatan gantung.

Sementara masih ada puskesmas-puskesmas belum dilengkapi sistem penyimpanan vaksin secara memadai, berdasarkan survei Center for Indonesia's Strategic Development Initiatives (CISDI) pada Februari-Maret 2021. Survei terhadap 184 responden dari 149 puskesmas di 96 kabupaten/kota di 30 provinsi ini menyebut ada 3,8% puskesmas--seluruhnya dari luar Pulau Jawa---tidak memiliki kulkas penyimpanan vaksin. 

Tak sedikit puskesmas belum memiliki alat pemantau suhu, boks pendingin, hingga ice pack. Padahal, vaksin bakal tanpa guna jika dibiarkan dalam suhu ruangan.

Tantangan Lain: Tidak Percaya Efektivitas Vaksin 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun