Mohon tunggu...
Fauzul Faqih
Fauzul Faqih Mohon Tunggu... Desainer - Desainer Grafis, Copywritter, Penulis lepas yang ingin sekali bekerja di Tempo.

Jakarta, Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Ketimpangan Vaksinasi di Indonesia Hanya Berpihak kepada Jakarta, Jawa, dan Bali

10 Oktober 2021   05:00 Diperbarui: 13 Oktober 2021   20:01 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Namun, problem yang kita hadapi sampai sekarang adalah ada ketimpangan vaksinasi di Indonesia, lebih khusus lagi wilayah-wilayah di luar Jakarta, Pulau Jawa, dan Bali.

Lapor Covid-19, koalisi warga yang mengadvokasi problem COVID-19, menyoroti 10 provinsi dengan rasio ketimpangan vaksin tertinggi (bersumber data real time per 19 September). 

Di Kalimantan Barat, rasionya 1:15, atau satu dosis vaksin diperebutkan 15 orang. Angka ini  menghitung data ketersediaan stok vaksin terhadap masyarakat yang belum divaksin. Daerah lain adalah Riau, Nusa Tenggara Barat, Lampung, Kalimantan Selatan, Papua, Kalimantan Tengah, Sulawesi Barat, Maluku, Sumatera Barat, dan Sumatera Selatan. 

Data Kementerian Kesehatan menunjukkan hanya DKI Jakarta yang bahkan melebihi target vaksinasi, yaitu 124,46% dari total target populasi. Tiga provinsi tertinggi lain, berturut-turut, adalah Bali (96,2%), Kepulauan Riau (82,75%), dan Yogyakarta (75,3%).

Risiko Vaksin Kedaluwarsa

Ketimpangan vaksinasi terjadi karena salah satunya distribusi vaksin yang jomplang. Di satu sisi, ada sejumlah daerah yang stok vaksinnya terbatas. Di sisi lain, ada daerah yang stok vaksinnya banyak tapi tidak dipakai dengan cepat. 

Sebagai contoh, di Kabupaten Aceh Selatan masih ada 8 ribu vaksin dari jatah 66 ribu dosis vaksin; rata-rata vaksinasinya 724 dosis setiap hari. Sementara di Kabupaten Aceh Timur, yang menerima 113 ribu dosis vaksin, laju vaksinasinya 638 dosis setiap hari. Katakanlah, ribuan dosis vaksin di Aceh Selatan itu akan habis dalam 12 hari, sementara Aceh Timur baru akan habis dalam 31 hari.

Padahal, jangka waktu ideal dosis vaksin yang harus dihabiskan di satu daerah tidak lebih dari tujuh hari, menurut juru bicara vaksinasi Covid-19 dari Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi. 

Ada sedikitnya 253 kabupaten yang perlu 14 hari menghabiskan stok vaksin. Kabupaten Pegunungan Bintang bahkan membutuhkan 1.300 hari dan Kabupaten Maybrat 667 hari. Vaksinasi kedua kabupaten di Papua ini kurang dari 10 dosis per hari (data per 30/9).

Bila laju vaksinasi di daerah-daerah itu tetap stagnan, yang bahkan stok vaksinnya baru bisa dihabiskan lebih dari 100 hari, ada risiko besar dosis-dosis vaksin ini kedaluwarsa dan berakhir dibuang. Ini telah terjadi di Aceh Tenggara: 1.819 dosis vaksin tidak terpakai dan mesti dibuang.

Masa kedaluwarsa tiap merek vaksin berbeda-beda. Moderna, misalnya, bisa bertahan hingga 6 bulan jika disimpan dalam suhu beku, tapi hanya bertahan selama 30 hari jika disimpan dalam suhu kulkas. Sementara AstraZeneca dan Sinovac punya umur simpan (dalam suhu kulkas) sekitar 6 bulan sampai 1 tahun. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun