Karena penyakit ini sudah ada sejak di negara asalnya, sang dokterpun bingung, dia meminta kami menunggu untuk diskusi dengan rekan dokter yang lain. Alasannya, karena transplatasi dibiayai oleh asuransi kesehatan mahasiswa, maka rekam jejak medis tersebut harus benar-benar akurat dan tepat, karena uang yang dikeluarkan sangatlah besar.
Kami menunggu hampir 3 jam, sambil duduk diruang pemeriksaaan. Dokter pun datang, dan sang dokter mengatakan berdasarkan aturan, penyakit yang dibawa ke Beijing sebenarnya tidak dapat asuransi. Tapi karena masalah kemanusiaan dan rekan saya akan buta permanen, maka dokterpun mengambil kebijakan untuk mentransplatasi mata rekan saya. Meskipun hanya satu mata, sebelah kanan yang kondisinya parah sekali.
Operasi canggih, teknologi tinggi
Sehari berselang kami menuju rumah sakit untuk persiapan transplatasi dua hari berikutnya, karena harus menjalankan puasa, saya juga tidak tahu puasa apa. Tidak ada persiapan khusus untuk operasi, segalanya diurus oleh rumah sakit, semuanya gratis.
Rekan saya mendapatkan kamar VVIP, sangat besar, dan sendirian. Saya rencana akan menginap, namun dilarang oleh perawat, karena akan mengganggu pasien. Terbalik ya?, di Indonesia kalau ada yang sakit diminta ditemani.
Di Beijing, teman saya sudah diawasi oleh CCTV, jadi semuanya bisa terpantau tanpa perlu ada teman yang menginap, kecuali jam berkunjung yang diperbolehkan sampai dengan pukul 20.00CST.
Saya memberinya semangat, karena besoknya transplatasi akan dilakukan pada 06.00 CST. Pukul 10.00 CST sepulang kuliah dihari yang sama, saya mencoba mengirim pesan kepadanya. Menanyakan kondisinya dan sebagainya. Ajaib, rekan saya membalasnya, saya langsung bergegas menuju rumah sakit. Ini berarti Operasi sukses dan lancar.
Trauma, tidak ada rencana transplantasi lagi
Selepas duhur, saya menuju rumah sakit dan bertemu langsung dengan rekan saya. Dia bercerita, bahwa transplantasi hanya berjalan 20 menit. Dia ketakutan karena saat mata kanananya dilakukan transplatasi, mata kirinya tidak ditutup (tidak bius total).
Dia melihat berbagai peralatan operasi di depan matanya saat itu, dan seketika langsung trauma. Tidak sanggup jika tidak dilakukan bius total. Dia mengatakan kepada saya, cukup hanya satu saja yang dilakukan operasi, sementara mata kirinya akan dibiarkan begitu saja.
Lucu memang, saya pun tidak menyangka bahwa operasi akan berjalan sangat cepat dan tidak dibius total. Bahkan dua hari setelahnya rekan saya diperbolehkan pulang dengan tanpa mengeluarkan biaya sepeserpun.
Sebagai penutup, seluruh proses itu memakan waktu sekitar enam bulan sejak dilakukan pemeriksaan pertama hingga mendapatkan donor dari masyarakat setempat. Rekan saya saat ini sudah sembuh dan beraktivitas seperti biasa. Hanya saja, satu matanya memang saat ini kembali bermasalah. Beberapa kali saya tawarkan untuk kembali transplatasi, tapi sepertinya tidak berminat.
Jaga selalu kesehatan, hati-hati melakukan berbagai aktivitas sekecil apapun. Sebagai contoh karena naik sepeda, bisa menyebabkan kebutaan permanen, semoga kisah ini membawa hikmah.