Mohon tunggu...
Faqih Ma arif
Faqih Ma arif Mohon Tunggu... Dosen - Civil Engineering: Discrete Element | Engineering Mechanics | Finite Element Method | Material Engineering | Structural Engineering |

Beijing University of Aeronautics and Astronautics | 601B号房间 | 1号楼, 外国留学生宿舍 | 北京航空航天大学 | 北京市海淀区学院路 | 37學院路, 邮编 |100083 |

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

WHO Usung "Support Nurses and Midwifes" di Ulang Tahun ke-72

7 April 2020   00:07 Diperbarui: 7 April 2020   00:05 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Harlah WHO | who.int/news-room

Nurses and midwives are the backbone of every health system: in 2020 we're calling on all countries to invest in nurses and midwives as part of their commitment to health for all." - Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus, WHO Director-General dilansir dari laman resmi WHO

Hari ini merupakan ulang tahun "Hari Kesehatan Dunia" yang sekaligus menandai didirikannya Organisasi Dunia atau World Health Organization pada 07 April 1948 atau 72 tahun silam. 

Keputusan tersebut diambil berdasarkan pada Majelis Kesehatan dunia untuk pertama kalinya pada 1948. Dalam acara tersebut, majelis memutuskan bahwa pada 07 April merupakan Hari Kesehatan Dunia yang dirayakan pertama kali dua tahun selanjutnya, atau pada tahun 1950. Kenapa perlu dibahas, karena kita tahu, WHO saat ini menjadi sumber informasi terpercaya di dunia, dalam merilis berita resmi tentang pandemi COVID-19. Sebagian kecil mengerti, tapi penulis yakin banyak dari kita yang belum memahaminya, mari kita simak bersama.

Selayang pandang WHO
Tujuan didirikannya WHO menurut konstitusi adalah agar semua orang mencapai tingkat kesehatan tertinggi yang paling memungkinkan. Adapun tugas WHO selanjutnya adalah membasmi penyakit, khususnya penyakit menular yang telah menyebar luas, seperti saat ini yang sedang ditangani adalah Pandemi COVID-19.

WHO merupakan sebuah organisasi atau badan khusus yang dimiliki Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Organisasi ini bertugas untuk mengatasi kesehatan masyarakat International. Jenewa, Swiss, merupakan kantor pusat WHO, yang terdiri dari kantor semi-otonom, serta 150 kantor lapangan yang berada diseluruh dunia.

Seperti disebutkan di atas bahwa, WHO pertama kali ada pada Hari Kesehatan Dunia (07 April 1948), yang berhasil diratifikasi oleh ke dua puluh enam anggota PBB pada saat itu. Adalah Jawarharlal Nehru yang merupakan pejuang kebebasan dari India, yang menyuarakan tentang adanya WHO. 

Dilansir dari Wikipedia.org bahwa pada waktu tersebut, aktifitas WHO merupakan sisa kegiatan Liga Bangsa BAngsa dan kemudian di atur oleh komisi interim pada tahun 1946. Pergantian nama selanjutnya dilakukan melalui Resolusi Majelis Umum PBB. Pada tahun tersebut, Perancis dmasukkan dalam komisi Interim WHO pada 01 Januari 1947 untuk pelayanan epidemiologi Office International d'Hygiene Publique.

WHO menginformasikan bahwa organisasi tersebut telah berperan penting untuk kesehatan international dalam waktu 50 tahun, termasuk didalamnya adalah perubahan iklim, kesehatan mental dan lain sebagainya. Saat ini, WHO memiliki Direktur Jenderal bernama Tedros Adhanom yang menjabat sejak 2017 yang lalu. Adapun Direktur Jenderal ini telah berganti untuk ke-sembilan kalinya sejak Organisasi ini didirikan.

Jargon WHO ditengah pandemi COVID-19
WHO mengusung tema tentang kesehatan di hari ulang tahunnya, ditengah pandemic COVID-19 ini, WHO mengambil tema berupa "Support Nurses and Midwifes". Makna dari tema tersebut adalah bahwa masyarakat di dunia diminta untuk menghormati kontribusi perawat dan bidan dalam menjaga dunia tetap sehat.

Ilustrasi tenaga keseahatan | who.int/news-room 
Ilustrasi tenaga keseahatan | who.int/news-room 

Mereka (perawat dan bidan) menjadi salah satu tenaga kesehatan yang berada di garda paling depan dalam melawan dan mengendalikan COVID-19 selain dokter. Saat ini, seluruh mata tertuju kepada kiprah mereka karena pekerjaan tersebut merupakan sumberdaya yang paling berperan penting dalam menciptakan suasana lebih terkendali saat ini, terutama kondisi pasien di rumah sakit dan berbagai layanan kesehatan.

Mereka juga memberikan vaksin, memberikan saran kepada pasien, memastikan perawatan ahli selama persalinan, tanpa mereka, jutaan ibu dan anak tidak memiliki siapapun untuk mendiagnotik penyakit, mengeluarkan pengobatan atau membantu saat kelahiran.

Selain itu, WHO memberikan beberapa alasan kenapa tema itu dipilih, diantaranya adalah (1) perawat dan bidan memberikan kontribusi yang signifikan untuk memenuhi komitmen yang dibuat dalam DEklarasi Astana 2018 tentan Perawatan Kesehatan Utama, memastikan perawatan yang berpusat pada pasien dan dekat dengan masyarakat; (2) Perawat serta bidan jumlahnya hampir 50 persen dari tenaga kesehatan global; (3) Kekurangan tenaga kesehatan global, khususnya perawat dan bidan meskipun jumlahnya sudah tertera pada poin kedua; (4) Kekurangan perawat dan bidan berada di Asia Tenggara dan Afrika; (5)

Selanjutnya, WHO juga memberikan poin kelima diantaranya agar tercapai tujuan pembangunan ketiga tentang kesehatan dan kesejahteraan, WHO memperikarakan bahwa dunia akan memerlukan tambahan Sembilan juta perawat dan bidan pada tahun 2030; (6) perawat memainkan peranan penting dalam promosi kesehatan, pencegahan penyakit dan perawatan primer kepada masyarakat; (7) untuk mencapai kesehatan bagi masyarakat, akan tergantung pada jumlah perawat dan bidang yang terlatih dan berpendidikan, dan didukung dengan fasilitas yang baik, menerima gaji, serta pengakuan yang sepadan dengan layanan dan kualitas perawatan yang mereka berikan.

Tidak kalah menarik, WHO juga memberikan tambahan di point delapan berupa investasi dalam Pendidikan dan penciptaan lapangan kerja di sektor kesehatan dan sosial menghasilkan pengembalian tiga kali lipat dan pertumbuhan ekonomi yang inklusif; (9) secara global, tenaga kesehatan dan sosial adalah wanita, dibandingkan dengan 41% di semua sektor pekerjaan. Pekerjaan keperawatan dan kebidanan merupakan bagian penting dari tenaga kerja wanita di dunia.

Kesejahteraan Perawat Indonesia
Hingga kini, pemerintah di dorong untuk dapat memperhatikan kesejahteraan perawat lebih besar lagi. Di saat praktik perawatan yang terus berkembang, juga harus selaras dengan apresiasi terhadap kinerja mereka (perawat).

Walaupun perawat telah melakukan semua tugas dan tanggungjawabnya secara professional, tapi apresiasi yang diberikan masih terlampau jauh. Jika menilik penghasilan perawat yang masih di bawah UMP, merupakan isu yang terus diperbincangkan hingga saat ini. Ada yang hanya mendapatkan satu juta rupiah per-bulan, ada juga yang mendapatkan hanya berkisar ratusan ribu. Hal yang lebih parah adalah mereka hanya diperbantukan sebagai Tenaga Kerja Sukarela (TKS) di rumah sakit ataupun puskesmas daerah.

Melayani jumlah pasien yang banyak, shifting, belum lagi beban kerja yang diatas standar, tidak kurang layak dengan penghargaan yang mereka terima saat ini.

Kita juga perlu tahu bersama, banyak perawat di Indonesia yang ingin bekerja di dunia Internasional seperti lowongan yang diberikan oleh pemerintah Jepang. Bahkan, setiap tahunnya, permintaan perawat dari Indonesia mengalami peningkatan. Hal ini bukan karena mereka tidak mau bekerja di Indonesia, akan tetapi lebih karena mereka di gaji tinggi di negara lain.

Harapan kepada pemerintah
Pemerintah dianggap diskrimatif karena hanya mengagkat dokter dan bidan yang diberikan kesempatan menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS). Padahal, perawat juga berpotensi menjadi bagian terpenting dalam memaksimalkan program masyarakat hidup sehat seperti yang dicanangkan oleh PBB melalui WHO-nya.

Perawat saat ini harus diatur tentang fungsi, peran, dan status kedudukan dalam pelayanan kesehatan, pemerintah melalui kementerian Pendidikan kebudayaan juga harus terus berupaya agar Pendidikan keperawatan ini terus berkembang.

Minimnya dukungan praktik keperawatan juga menjadi kendala tersendiri, pemerintah diharapkan dapat menempatkan perawat di setiap desa, bekerjasama dengan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi.

Selain itu, pemerintah juga diharapkan dapat menyediakan perijinan untuk melakukan praktik mandiri di tingkat desa, agar dapat membantu peran puskesmas dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, karena keberadaan puskesmas di setiap daerah juga sangat minim.
Undang-undang keperawatan perlu diharmonisasi dengan berbagai regulasi lain, termasuk dalam hal ini adalah UU kesehatan dan UU pemerintah daerah, namun siapa yang mengurusi ini? Apakah perawat perlu terjun ke politik agar suara mereka di dengar?.

Sebagai penutup, jumlah tenaga kesehatan yang begitu besar sampai kita mengirimkan ke luar negeri adalah bukti bahwa kita memiliki SDM yang mumpuni. Apakah kita akan kehilangan mereka, seperti halnya kita yang telah banyak kehilangan pakar intelektual yang juga bekerja di luar negeri dan tidak lagi berkewarganegaraan Indonesia.

Semoga bermanfaat
Copyright @fqm2020
References 1 2 3 4

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun