Bagi penulis, WHO Terlambat ambil peran. Seharusnya tim IT WHO bergerak lebih cepat agar informasi yang disampaikan dapat diserap oleh masyarakat luas. Bayangkan saja, ketika masyarakat ramai dengan penyemprotan desinfektan di anggota badan, baru setelahnya WHO memberikan sosialisi bahwa hal tersebut tidaklah benar. Kesekiankalinya, WHO Terlambat ambil peran.
Andaikan saja informasi ini lebih cepat disampaikan, tentunya akan meminimalisir masalah dan kebingungan yang terjadi di tengah masyarakat luas.
Skenario terbaik COVID-19 di Indonesia
Saat ini pemerintah kita terus berupaya untuk memberikan solusi terbaik untuk pandemi COVID-19. Permasalahan utama masih berkutat pada kapasitas rumah sakit dan pelayanannya yang tidak selaras dengan penambahan jumlah pasien dalam jumlah cukup besar.
Belum lagi dalam bidang sosial dan budaya, adanya pembatasan sejumlah daerah dalam mengantisipasi dan memberlakukan karantina wilayah, membuat hal yang tidak mudah bagi sebagian masyarakat, terlebih bagi mereka yang bisa dikatakan jauh dari mapan.
Beberapa scenario yang telah diusulkan imperialcollege juga diterapkan oleh pemerintah kita, beberapa poin di atas menjadi dasar dalam pembuatan keputusan yang dilakukan oleh pemangku negara.
Salah satu skenario dilakukan oleh pemerintah dengan cara mengendalikan transportasi publik, merumahkan siswa atau mahasiswa untuk belajar daring, kemudahan dalam peminjaman angsuran, bekerja dirumah bagi pegawai negeri, diskon khusus yang diberikan PLN selama tiga bulan, dan berbagai langkah solusi lainnya untuk membantu masyarakat dalam memahami dan mencegah infeksi Pandemi COVID-19.
"Skenario apakah yang terbaik untuk Indonesia?". Coronvirus menjadi sangat menginfeksi setelah pasien pertama dan selanjutnya terdeteksi. Pemerintah telah hadir dan merespon positif meskipun masih sangat terlambat. Jumlah korban harus ditekan, peralatan medis harus dipenuhi, atau akan menambah jumlah korban dari tenaga medis dan tenaga kesehatan.
Berikut ini skenario yang diusulkan dengan metode trial dan error, menggunakan asumsi data actual dengan cara memanfaatkan Kalkulator Epidemic untuk prediksi perkembangannya.
Analisis awal ini menunjukkan bahwa untuk pasien yang dirawat dengan pasien meninggal berjumlah 800.000 dan 210.000 jiwa. Artinya dalam tahapan ini, tingkat kematian 2.36 persen. Selanjutnya, mari kita bandingkan grafik tersebut dengan menampilkan korban terinfeksi, korban dirawat, dan korban meninggal dunia.