Mohon tunggu...
Faqih Ma arif
Faqih Ma arif Mohon Tunggu... Dosen - Civil Engineering: Discrete Element | Engineering Mechanics | Finite Element Method | Material Engineering | Structural Engineering |

Beijing University of Aeronautics and Astronautics | 601B号房间 | 1号楼, 外国留学生宿舍 | 北京航空航天大学 | 北京市海淀区学院路 | 37學院路, 邮编 |100083 |

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama FEATURED

Isra Miraj dan Dilema Kota Suci Yerusalem

21 Maret 2020   14:44 Diperbarui: 11 Maret 2021   07:26 1991
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sebuah tembok yang membelah Yerusalem Timur dan Barat, dekat Gerbang Damaskus, pada tahun 1967. Micha Bar-Am, nytimes.com

David Ben-Gurion membaca Deklarasi Kemerdekaan Israel pada 14 Mei 1948 di Tel Aviv. Zoltan Kluger | nytimes.com
David Ben-Gurion membaca Deklarasi Kemerdekaan Israel pada 14 Mei 1948 di Tel Aviv. Zoltan Kluger | nytimes.com
Kala itu, Israel mencari alternatif ibukota selain Yerusalem karena desakan dari dunia international, termasuk Indonesia. Meskipun Israel banyak membangun pusat pemerintahan di Yerusalem barat, akan tetapi pemerintahan negara lain membangun kantor perwakilan negaranya di Tel Aviv seperti yang dikeluarkan oleh dewan PBB.

Perang jilid II Arab vs Israel
Selama 26 tahun (1967-1993) merupakan dimulainya perang kedua antara Arab dan Israel. Tepatnya pada tahun 1967 yang dikenal dengan perang enam hari.

Sayangnya, Israel kembali memenangkan peperangan dan berhasil menguasai Jalur Gaza, semenanjung Sinai dari Mesir, Tepi Barat dan Yerusalem Timur dari Yordania, serta Dataran Tinggi Golan dari Suriah. 

Akibatnya, Israel mendapatkan kecaman dari PBB karena merupakan tindakan melanggar hukum internasional.

"The turning points in 1967 were two: the great victory, including the fast shift from fears of defeat before the war to euphoria and the feeling that everything was possible, and the emotional impact of occupying the Old City," said Menachem Klein, a political scientist at Bar-Ilan University in Israel.

"Titik balik pada tahun 1967 adalah dua: kemenangan besar, termasuk pergeseran cepat dari ketakutan akan kekalahan sebelum perang menjadi euforia dan perasaan bahwa segala sesuatu mungkin terjadi, dan dampak emosional dari menduduki Kota Tua," kata Menachem Klein, seorang ilmuwan politik di Universitas Bar-Ilan di Israel dikutip dari nytimes.com.

Konvoi tank Israel dalam Perang Enam hari 1967 | news.okezone.com
Konvoi tank Israel dalam Perang Enam hari 1967 | news.okezone.com
Sepuluh tahun berikutnya sejak titik balik pada tahun 1967 adalah kemenangan partai Likud yang menjadi jalan pembuka gelombang pendatang Yahudi secara besar-besaran. 

Tidak terkecuali bagi mereka yang berasal dari Timur Tengah dan Afrika Utara. Dengan semakin besarnya kekuatan mereka, tujuan Israel menguasai Yerusalem sebagai ibu kota semakin lama semakin menjadi.

Sejak saat itu, Yerusalem secara resmi dimasukkan ke dalam kurikulum sekolah di Israel, dan digunakan untuk parade militer. Parlemen Israel secara resmi mengumumkan "Yerusalem, seluruhnya dan Bersatu, adalah ibu kota Israel" sejak tahun empat puluh tahun yang lalu atau sekitar tahun 1980.

Hal inilah yang menjadi pemicu perang dan protes keras dari Palestina kepada Israel. Israel secara sewenang-wenang dan arogan mengatur Yerusalem dan Kota Tua. 

Akhirnya, Palestina membuat perlawanan besar-besaran yang mereka namakan dengan sebutan "Intifada", setidaknya sekitar 1.900 warga Palestina telah gugur oleh pasukan Israel kala itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun