Perang jilid II Arab vs Israel
Selama 26 tahun (1967-1993) merupakan dimulainya perang kedua antara Arab dan Israel. Tepatnya pada tahun 1967 yang dikenal dengan perang enam hari.
Sayangnya, Israel kembali memenangkan peperangan dan berhasil menguasai Jalur Gaza, semenanjung Sinai dari Mesir, Tepi Barat dan Yerusalem Timur dari Yordania, serta Dataran Tinggi Golan dari Suriah.
Akibatnya, Israel mendapatkan kecaman dari PBB karena merupakan tindakan melanggar hukum internasional.
"The turning points in 1967 were two: the great victory, including the fast shift from fears of defeat before the war to euphoria and the feeling that everything was possible, and the emotional impact of occupying the Old City," said Menachem Klein, a political scientist at Bar-Ilan University in Israel.
"Titik balik pada tahun 1967 adalah dua: kemenangan besar, termasuk pergeseran cepat dari ketakutan akan kekalahan sebelum perang menjadi euforia dan perasaan bahwa segala sesuatu mungkin terjadi, dan dampak emosional dari menduduki Kota Tua," kata Menachem Klein, seorang ilmuwan politik di Universitas Bar-Ilan di Israel dikutip dari nytimes.com.
Tidak terkecuali bagi mereka yang berasal dari Timur Tengah dan Afrika Utara. Dengan semakin besarnya kekuatan mereka, tujuan Israel menguasai Yerusalem sebagai ibu kota semakin lama semakin menjadi.
Sejak saat itu, Yerusalem secara resmi dimasukkan ke dalam kurikulum sekolah di Israel, dan digunakan untuk parade militer. Parlemen Israel secara resmi mengumumkan "Yerusalem, seluruhnya dan Bersatu, adalah ibu kota Israel" sejak tahun empat puluh tahun yang lalu atau sekitar tahun 1980.
Hal inilah yang menjadi pemicu perang dan protes keras dari Palestina kepada Israel. Israel secara sewenang-wenang dan arogan mengatur Yerusalem dan Kota Tua.
Akhirnya, Palestina membuat perlawanan besar-besaran yang mereka namakan dengan sebutan "Intifada", setidaknya sekitar 1.900 warga Palestina telah gugur oleh pasukan Israel kala itu.