Secara khusus dr. Erlina juga meminta pemerintah agar peningkatan jumlah kasus terinfeksi dapat diperlambat, karena kapasitas rumah sakit tidak memadai. Penyakit Pandemi COVID-19 merupakan salah satu jenis virus yang sangat infeksius dengan gejala klinis yang ringan.
Penambahan fasilitas kesehatan
Menurut penuturan dr. Erlina, Saat ini kapasitas rumah sakit belum memadai untuk dilakukan pemeriksaan dalam skala besar. Meskipun Pandemi COVID-19 sangat infeksius, tapi 80% darinya memiliki gejala klinik yang ringan, sehingga penyakit ini akan dapat di obati.
Sebagai contoh simulasi kasus jika ada 10.000 kasus, maka 8.000 kasus adalah ringan, maka dapat di istirahatkan dirumah dan dikarantina mandiri di rumah (PDP) yang tidak bisa masuk ke simulasi.
Sementara itu, 2000 orang memerlukan perawatan. Apabila dihitung sekitar 5% atau 100 orang pasien mengalami kondisi kritis yang memerlukan fasilitas lebih canggih, maka membutuhkan fasilitas ICU yang memadai.
Berdasarkan faktual dilapangan, rumah sakit sekelas RSUP Persahabatan hanya memiliki ruangan untuk isolasi pasien sebanyak 24 kamar, yang mana akan ditambahkan menjadi 100 kamar. Sementara itu fasilitas ruang ICU hanya memiliki 4-5 ventilator saja. Jumlah ini masih jauh dari yang diharapkan.
Kesadaran Masyarakat
Terhitung hari Selasa (17/03/2020) terdapat pasien sebanyak 130 orang yang datang kerumah sakit untuk di screening di luar IGD. Ironisnya, mereka semua ingin segera ditangani, sampai-sampai pihak rumah sakit mendirikan tenda di dekat Gedung pelayanan.
Banyak dari mereka yang merupakan pasien kelas atas, yang mana selalu menuntut pelayanan lebih. Uniknya, mereka rela mengeluarkan biaya berapapun untuk memeriksakan kesehatannya apakah terjangkit COVID-19 ataukah tidak asal segera ditangani.
Nampaknya, hal ini perlu diketahui dan diedukasi bersama bahwasanya COVID-19 tidak mengenal tingkat Pendidikan, status sosial dan ekonomi. dr. Erni mengungkapkan bahwa pasien yang mendapatkan prioritas utama adalah yang sudah positif COVID-19. Bagi mereka yang sudah positif, maka pemerintah akan menggratiskan biaya pengobatannya.
APD sekali pakai dan buang, apakah itu?
APD adalah Alat Pelindung Diri. APD disejumlah rumah sakit setiap hari semakin menipis. Jika ini terus berlangsung, maka ancamannya adalah tenaga kesehatan yang jadi korban. Bahkan ada satu perawat dari RSCM yang telah meninggal dunia dan ada yang sudah positif COVID-19.
“Jadi, kalau ada yang panik, seharusnya tenaga kesehatan, saat ini yang dikhawatirkan adalah APD terbatas dan jumlah pasien yang terus meningkat”. Ujar dr. Erni dalam dialog ILC di salah satu stasiun swasta TVone